Home / Romansa / Jodohku Ternyata Mantan Suamiku / Bab 2: Entah Terjerat atau Terselamatkan

Share

Bab 2: Entah Terjerat atau Terselamatkan

last update Last Updated: 2024-05-02 15:52:20

Mobil mewah meluncur dengan tenang di jalanan yang sepi, membawa Nora dan Brandon menjauh dari keramaian bar yang sebentar tadi menggelorakan hiruk-pikuk pelelangan. Nora duduk di kursi penumpang, wajahnya dipenuhi dengan rasa penasaran yang tak tersembunyi.

“Anda mau membawaku ke mana, Tuan?” tanya Nora dengan suara lembut, mencoba untuk mencari tahu tujuan Brandon membawanya pergi.

“Ke apartemen, tentu saja. Sebaiknya kamu diam saja, Nona,” jawab Brandon tanpa menoleh, konsentrasi terfokus pada kemudi mobilnya yang bergerak dengan lancar.

Nora mengerutkan keningnya, merasa sedikit heran dengan sikap dingin Brandon. “Kenapa kamu membeliku dengan harga yang sangat tinggi? Sayang sekali, uang sebanyak itu hanya untuk seorang wanita malam sepertiku,” ucapnya, suaranya dipenuhi dengan kebingungan dan sedikit rasa putus asa.

“Meskipun kamu seorang wanita malam, tapi kamu masih gadis, bukan?” timpal Brandon, dengan nada yang sedikit merendahkan, membuat Nora terdiam sejenak. Ia terpaksa mengakui kebenaran kata-kata Brandon, meski hatinya tersayat oleh pengingkaran diri.

Nora hanya bisa terdiam, merenung dalam-dalam. Keheningan mereka terputus ketika Nora memutuskan berbicara.

“Sebenarnya aku pernah menikah. Hanya saja, berakhir karena kesalahpahaman. Dia memutuskan untuk mengakhiri pernikahan kami,” ungkap Nora dengan nada yang datar, namun terdengar ada getaran emosi yang terselip di baliknya.

Brandon menaikkan alisnya, rasa penasaran memenuhi pikirannya. ‘Mengapa kisahnya begitu familiar?’ ucapnya dalam hati, berusaha meraba-raba memori masa lalu.

Ingatan akan insiden beberapa minggu lalu datang tiba-tiba, mengingatkan Brandon akan alasan di balik kemarahan bosnya yang tak terkendali pada saat itu.

“Lantas, mengapa kamu masih perawan? Apakah suamimu tidak pernah menyentuhmu?” tanya Brandon dengan tajam, mencari jawaban atas keheranan yang memenuhi pikirannya.

Nora menggeleng pelan, matanya menyimpan kesedihan yang dalam. “Entahlah. Mungkin dia jijik padaku. Atau mungkin hanya untuk mendapat status saja. Aku tidak tahu. Sudahlah, jangan membahas itu lagi. Aku sedang malas menceritakan tentang orang itu!” ucapnya dengan nada yang tegas, melipat tangan di dadanya dengan sikap yang menutup diri.

Saat lift bergerak ke atas, Brandon, dengan senyumnya yang menggoda, menyaksikan Nora dengan penuh perhatian. 'Pantas saja Tuan Steve menginginkan wanita ini. Ternyata lucu juga,' gumamnya dalam hati, merasakan kegembiraan yang menggelora di dalam dirinya.

Setelah beberapa menit perjalanan, lift akhirnya berhenti di lantai tiga puluh. Brandon menarik tangan Nora dengan lembut, membawanya keluar dari lift menuju pintu apartemen yang terletak di ujung koridor.

Nora menghela napas panjang saat mereka berjalan. Dia memperhatikan Brandon dengan pandangan tajam, mungkin mencoba menembus misteri di balik perilaku pria itu.

“Ekhem! Tuan. Maaf jika aku terlalu lancang. Aku harap … aku harap kamu mengenakan pengaman,” ujar Nora dengan suara yang sedikit gemetar, berusaha mencairkan kekakuan di antara mereka.

Brandon menahan senyumnya, tetapi ekspresinya tetap ramah. “Baiklah. Aku akan mengenakan pengaman,” jawabnya, sambil menuruti permintaan Nora.

Segera setelah itu, mereka tiba di depan pintu apartemen. Nora memandang Brandon dengan kebingungan yang jelas terpancar di matanya.

“Tuan. Mengapa kamu menekan belnya? Bukankah ini kamar apartemenmu?” tanya Nora, kebingungan memenuhi suaranya.

Brandon menghela napas, lalu menatap Nora dengan penuh pertimbangan. “Sebenarnya bukan aku yang membelimu, Nona Nora. Melainkan bosku,” jelasnya, mencoba menjelaskan situasi kepada Nora.

Nora mengangkat alisnya, ekspresinya memperlihatkan keheranan yang jelas. “Bosmu? Lantas, mengapa harus kamu yang datang, bukan dia langsung?” tanyanya, ingin memahami alasan di balik keputusan tersebut.

Brandon mengangkat bahunya dengan santai. “Mungkin gengsi? Tunggu sebentar, bosku menghubungiku,” jawabnya sambil menyalakan ponselnya.

Tidak lama kemudian, telepon masuk. Brandon menjawab dengan cermat. “Halo, Tuan. Saya dan Nora telah sampai di depan unit apartemenmu,” ucapnya dengan suara yang tenang.

“Bawa dia masuk. Kau pulang saja,” jawab suara dari seberang telepon.

“Baik, Tuan,” jawab Brandon singkat, sebelum menutup panggilan tersebut.

Dengan sigap, Brandon membuka pintu apartemen tersebut. “Silakan masuk, Nona. Tugasku hanya sampai di sini saja,” ucapnya, memberi isyarat agar Nora masuk ke dalam apartemen.

“Tunggu, sebentar!” Nora menahan tangan Brandon yang hendak meninggalkan dirinya. 

“Ya?” ucap Brandon menatap Nora. 

Nora menghela napasnya. “Maaf, jika pertanyaanku agak kurang ajar. Apakah … bosmu masih muda?” tanyanya dengan hati-hati. 

Brandon yang mendengarnya lantas tertawa. “Sebaiknya kamu lihat saja secara langsung. Aku harus pergi sekarang, karena tak ingin membuat bosku marah. Sampai jumpa, Nona Nora!” 

Dengan hati yang berdebar-debar, Nora menarik napas dalam-dalam sebelum menginjakkan kakinya ke dalam apartemen tersebut.

Langkahnya terhenti secara tiba-tiba ketika ia melihat lelaki yang telah membelinya tengah berdiri di depan jendela, memandangi pemandangan kota yang terhampar di bawah cahaya gemerlap malam.

Hening menyelimuti mereka berdua, seolah waktu berhenti sejenak dalam ruang yang terang benderang itu. Dalam keheningan itu, Nora mencoba mengumpulkan keberanian untuk berbicara.

“Selamat malam. Aku Nora. Yang telah asisten Anda beli di pelelangan—” ucapnya perlahan, suaranya terputus oleh kehadiran lelaki di depannya.

“Mengapa kau mengorbankan diri seperti itu hanya untuk uang?” potong Steve tajam, suaranya penuh dengan penekanan. Pandangannya masih melihat pemandangan kota dari dalam apartemen miliknya.

Nora terdiam, ia terkejut dengan pertemuan yang sama sekali tidak ia duga. Netranya menatap Steve yang tengah memunggunginya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Mutia Arumi
nahloohh kaan
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
penasaran kenapa Steve menceraikan Nora waktu itu kesalahpahaman apa ya yang terjadi sama mereka
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jodohku Ternyata Mantan Suamiku   Bab 105: Sudahi Penderitaan ini

    Sinar matahari Yunani yang lembut menyelinap melalui tirai kamar mereka, membangunkan Nora dan Steve dari tidur yang tenang.Mereka berdua bangun dengan senyum di wajah, merasakan kehangatan pagi dan kebahagiaan yang memenuhi hati mereka.Steve, dengan tatapan penuh cinta, menatap Nora yang masih berbaring di tempat tidur. "Selamat pagi, sayang. Bagaimana tidurmu?" tanyanya dengan suara lembut.Nora tersenyum, mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Steve. "Tidurku nyenyak, suamiku. Bangun di tempat yang indah ini bersamamu adalah kebahagiaan tersendiri."Steve mengangkat Nora dari tempat tidur dengan lembut, lalu memimpin menuju kamar mandi. "Bagaimana kalau kita memulai hari ini dengan mandi bersama?" katanya sambil tersenyum nakal.Nora tersipu, tapi tak bisa menolak pesona Steve. Dia mengikuti suaminya, merasa antusias untuk mengawali hari dengan cara yang intim dan penuh cinta.Di bawah pancuran air hangat, mereka berbagi momen keintiman yang penuh kasih. Air mengalir melewati t

  • Jodohku Ternyata Mantan Suamiku   Bab 104: The Next Gift

    Di bawah langit Yunani yang biru cerah, di mana langit bertemu laut dalam nuansa biru yang tak terlukiskan, Nora berdiri di tepi pantai dengan mata berbinar, menikmati setiap detik momen yang berharga ini.Angin laut berbisik lembut, mengibaskan rambutnya yang panjang dan halus. Steve, yang berdiri di sampingnya, memandangnya dengan senyum penuh kasih sayang."Nora," katanya lembut, suaranya membawa nada penuh kehangatan yang hanya bisa muncul dari cinta yang mendalam. "Selamat ulang tahun. Aku ingin kamu tahu betapa berartinya kamu bagiku."Nora menoleh, matanya bertemu dengan tatapan penuh cinta Steve. Dia terdiam sejenak, merasakan kebahagiaan yang menggelora dalam hatinya, seperti ombak yang memecah di pantai."Steve, ini terlalu indah. Aku tak pernah membayangkan bisa berada di sini, di Yunani. Ini seperti mimpi."Steve tersenyum, menarik Nora lebih dekat dalam pelukannya. "Aku ingin memberikanmu segalanya, Nora. Semua yang bisa membuatmu bahagia. Karena itu adalah yang paling pe

  • Jodohku Ternyata Mantan Suamiku   Bab 103: Kejutan untuk Nora

    “Woah!”Di bawah langit yang memerah saat matahari mulai tenggelam, Nora dan Steve akhirnya tiba di The Wharf Skyline Views.Tempat itu memancarkan keindahan yang memukau, seolah-olah alam dan kemewahan berpadu dalam harmoni yang sempurna.Pemandangan laut yang luas terbentang, dengan perahu-perahu yang tampak kecil dari kejauhan, membingkai pemandangan kota yang gemerlap di malam hari.“Steve … tempat ini indah sekali.”Dekorasi di dalam ruangan privat yang mereka tempati tidak kalah memukau. Lilin-lilin yang berkerlap-kerlip menghiasi setiap sudut, dan bunga-bunga segar yang tertata rapi menambah kehangatan suasana.Aroma bunga yang lembut bercampur dengan udara laut yang segar, menciptakan suasana yang begitu menenangkan.Nora mengagumi keindahan dekorasi tersebut, menyadari bahwa semua ini telah diatur dengan sangat hati-hati.“Kau menyukainya, hm?” tanya Steve dengan tangan melingkar di pinggang Nora.Wanita itu mengangguk antusias. “Ya. Aku sangat menyukainya, Steve!”Brandon, s

  • Jodohku Ternyata Mantan Suamiku   Bab 102: Bagaimana Mungkin Aku Lupa

    Dua hari kemudian, suasana di ruang rapat pimpinan di kantor Steve terasa tegang namun penuh harapan.Para eksekutif dan pemegang saham utama telah berkumpul untuk membahas masa depan EIF Group, perusahaan yang sahamnya terguncang setelah skandal yang melibatkan Jemmy, mantan pemegang saham mayoritas.Steve, duduk di ujung meja dengan Brandon di sisinya, memulai pertemuan dengan nada serius."Kita semua tahu kondisi saham EIF Group saat ini sangat tidak stabil," ujarnya, memandang para pemegang saham yang hadir. "Jemmy telah meninggalkan perusahaan dalam situasi yang sulit, dan para investor menantikan solusi dari kita."Mike, kepala bagian keuangan, mengangguk setuju. "Benar, saham perusahaan terus menurun karena tidak ada yang memegang kendali. Para investor berharap penuh pada Anda, Tuan Steve, untuk mengambil alih dan membawa perusahaan kembali stabil."Steve mengangguk, wajahnya menunjukkan ketegasan. "Saya siap mengambil alih saham tersebut, tapi dengan syarat saya mendapatkan 7

  • Jodohku Ternyata Mantan Suamiku   Bab 101: Malam yang Indah

    Di sebuah restoran yang penuh dengan nuansa keanggunan dan keindahan, Steve memandang istrinya, Nora, yang sedang melamun sejak tadi.Matanya terfokus pada sesuatu yang jauh, seolah pikirannya berkelana ke tempat yang tak dapat dijangkau oleh siapa pun kecuali dirinya sendiri.Steve, yang selalu peka terhadap perasaan Nora, memanggilnya dengan lembut, "Sayang, ada yang mengusik pikiranmu?"Nora tersadar dari lamunannya, menggeleng pelan dan tersenyum. "Tidak ada, Steve. Aku hanya menikmati suasana restoran ini. Tempat ini benar-benar indah dan nyaman," jawabnya dengan suara lembut, mencoba mengalihkan perhatian Steve.Meskipun tersenyum, hati Nora sedikit terganggu. Ada sesuatu yang ia harapkan dari Steve, sesuatu yang seharusnya datang sebentar lagi."Apakah kau sedang memberiku kejutan di sini?" tanyanya dengan nada penuh harap, matanya bersinar dengan ekspektasi.Steve terkekeh pelan, menyadari harapan di mata istrinya. "Kejutan, huh? Tidak ada, Sayang. Aku hanya ingin membawamu ma

  • Jodohku Ternyata Mantan Suamiku   Bab 100: Pertemuan yang Terakhir

    "Biarkan kuasa hukumku yang menjelaskan. Kau tinggal tanda tangan saja surat cerai itu untuk diproses di pengadilan,” kata Luna dengan nada tegas.Justin menoleh ke arah Federick yang sudah siap menjelaskan alasan Luna ingin menggugat cerai Justin. Pria itu tersenyum miring, lantas membuka kacamata dan menaruhnya di atas meja berlapis kaca."Jadi, kau ingin berpisah denganku karena Steve sudah tahu semuanya tentang masa lalu kita? Bukankah kau sendiri yang memutuskan untuk selingkuh denganku? Kau sendiri yang bilang jika Frank terlalu sibuk sampai melupakanmu?" tanya Justin, suaranya terdengar penuh ejekan.Luna menghela napas panjang. “Saat itu aku memang bodoh dan egois. Dan mencintaimu adalah hal yang paling aku sesali seumur hidupku. Kau pikir aku bahagia menikah denganmu?“Tentu saja tidak, Justin! Kau hanya ingin mencari keuntungan dariku. Seharusnya aku mendengarkan permintaan anakku untuk tidak menikah lagi. Tapi, karena aku terlena oleh bujuk rayumu, aku mengabaikan anakku se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status