Nora tidak pernah menyangka jika nasibnya akan berakhir di sebuah pelelangan di sebuah club malam karena ulah sang ibu yang memiliki banyak utang pada lintah darat. Tanpa disadari oleh Nora, Steve, yang tak lain adalah mantan suaminya terlibat dalam tawaran harga tertinggi untuk membebaskannya dari situasi itu. Namun, dengan identitasnya yang tersembunyi, bagaimana Steve bisa menjelaskan tindakannya kepada Nora tanpa mengungkapkan rahasia yang mungkin menghancurkan segalanya?
view more“Lima juta lima ratus ribu dollar, untuk wanita cantik bergaun biru itu,” ujar seorang pria kaya tampan dengan nada bersemangat, menyulut antusiasme para penawar yang duduk di sekitar ruangan.
Sorak sorai penawar pun mulai terdengar, menciptakan suasana yang semakin mencekam di dalam ruangan itu.
“Sepuluh juta dollar!” teriak seorang pria tua kaya raya dengan penuh antusiasme, mengepulkan asap rokok ke udara dengan angkuhnya.
Malam ini, klub bintang itu mengadakan lelang untuk para lelaki hidung belang, mereka akan menawar dengan harga tinggi demi mendapatkan wanita dan bisa bermalam dengan mereka, termasuk Nora, yang telah diserahkan oleh Shopia, sang Ibu untuk ditebus dengan harga fantastis. Shopia yang terlilit utang menggunung pada Tuan Liam, si lintah darat akan melakukan apa saja agar utangnya lunas.
Nora menghela napas kasar, bibirnya bergetar. Dalam hatinya, dia terus bertanya-tanya tentang nilai dirinya di mata ibunya, tentang bagaimana hatinya bisa sekeras batu sehingga sanggup menjualnya begitu saja.
Namun, dengan hati yang hancur, Nora hanya bisa pasrah. Ibunya, si mata duitan itu tidak akan pernah mau melepaskan genggamannya yang rakus terhadap kekayaan yang ditawarkan oleh para miliarder.
“Sepuluh juta dua ratus ribu dollar!” ucap lelaki tampan lainnya sembari mengacungkan nomornya.
“Wah! Semakin memanas. Semua orang menginginkan gadis perawan itu,” bisik para penonton yang semakin asyik melihat pelelangan itu.
‘Siapa pun tolong aku. Aku tidak ingin dibeli oleh orang-orang gila wanita ini,’ ucap Nora dalam hatinya.
Jantungnya semakin berdegup kencang melihat para tamu yang datang semakin banyak. Penawaran demi penawaran terdengar jelas di telinganya.
**
Steve melonggarkan dasi yang ia kenakan lalu mengambil kunci mobilnya, memilih pergi ke bar untuk menenangkan pikirannya yang tengah kalut karena ancaman dari sang ibu.
Luna, sang ibu yang tiba-tiba datang ke kamarnya lalu mengancam dirinya agar segera menikah. Jika tidak, maka warisan yang akan orang tuanya berikan, dibatalkan. Tentu saja hal itu membuat Steve tidak betah berada di rumah kedua orang tuanya.
“Bukan main, mereka bahkan mengancamku!” gerutu Steve sembari duduk di bangku bar yang masih tersedia malam ini.
Malam itu, suasana bar cukup ramai. Steve mengerutkan kening melihat beberapa wanita cantik dengan tampilan seksi duduk berjejer di atas panggung.
Seraya meneguk minumannya, Steve melihat beberapa pria yang mengangkat nomor dan menyebutkan nominal yang fantastis.
“Tsk … para bedebah itu.” Steve bergumam dan beranjak dari kursinya.
Steve menoleh pelan ke arah wanita cantik yang berjalan menyusuri lantai kemudian duduk di antara empat wanita yang akan dilelang itu.
Mata Steve langsung membola saat melihat ada Nora di sana. “Wanita itu?”
Ia terkejut melihat sosok perempuan yang wajahnya ia kenali di antara para wanita yang akan dilelang. Matanya membeliak tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
“Dia adalah wanita incaran banyak pria, karena hanya dia satu-satunya wanita yang masih perawan.” sang bartender menjelaskan karena melihat wajah Steve yang terlihat begitu penasaran dengan wanita yang sedang dilelang dengan harga tinggi itu.
Steve tidak menanggapi perkataan sang bartender, ia tidak menyangka bahwa pertemuan pertamanya dengan perempuan itu harus di sini.
Steve Alexander, masih berdiri di belakang para pria yang bersikeras meninggikan harga, memperhatikan setiap penawaran yang dilontarkan untuk gadis itu oleh para penawar yang antusias.
Steve mengepalkan tangannya dengan erat, matanya menatap dingin ke arah gadis itu.
Namun, ketika harga semakin melambung tinggi, Steve semakin merasa cemas. Hatinya hampir meledak ketika penawaran naik menjadi sebelas juta, lima belas juta, dan terus berlanjut. Setiap kali harga meningkat, Steve merasakan ketegangan yang semakin memuncak.
Sementara itu, sang gadis masih terduduk dengan kepala tertunduk, ekspresinya penuh dengan ketakutan dan keputusasaan. Di dalam hatinya, dia berdoa agar ada yang menyelamatkannya dari nasib yang mengerikan ini.
Melihat Nora semakin terpuruk, Steve tak bisa bertahan lagi. Dia segera menghubungi asisten pribadinya, memberitahu agar segera datang ke tempat pelelangan tersebut.
“Cepat kemari. Aku tunggu di Star Club sekarang juga!” titah Steve kepada Brandon.
“Baik, Tuan. Saya segera ke sana.” Brandon harus cepat-cepat ke sana, khawatir terjadi sesuatu pada bosnya itu. Sebab tidak biasanya ia memintanya agar segera datang ke sana jika bukan karena urgent.
Dengan penegasan yang kuat, ia mengangkat tangan dan mengucapkan kata-kata yang akan merubah segalanya.
“Tujuh belas juta dollar ….”
Steve menoleh ke arah pria itu. Ia mengerutkan keningnya. Pun dengan gadis yang semula menunduk itu, gadis itu mencari tahu siapa pria yang menyebutkan harga tertinggi.
“Henry? Apa yang sedang dia lakukan di sini?” gumam Nora menatap Henry.
Di sisi lain, Brandon berlari terengah-engah ke arah Steve.
“Tuan Steve. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Brandon yang akhirnya tiba.
“Berikan harga yang lebih tinggi dari pria yang ada di sana, untuk wanita yang berbaju biru itu.”
“Tiga puluh juta dollar!” teriak seseorang lagi.
Steve memijat keningnya mendengar harga orang yang memberi harga tinggi lagi. Apapun yang terjadi, ia harus menang.
“T-tapi … Tuan, Anda mau beri harga berapa?” tanya Brandon kemudian.
“Harga tertinggi yang berhak memenangkan wanita cantik ini. Perlu kalian semua tahu, satu gadis cantik ini masih perawan! Waktu pelelangan lima menit lagi. Jika tidak ada lagi yang memberi harga tinggi, maka pemenangnya adalah ….”
“Tujuh puluh juta dollar!” ucap Brandon, berdiri tepat di depan panggung.
Semua orang tercengang mendengar harga untuk satu wanita malam itu.
“Tidak ada lagi yang lebih besar dari nomor tiga puluh? Tuan…,” tanya sang MC kepada para penawar yang hadir, berusaha memancing minat mereka untuk menaikkan harga.
“Brandon!” ucap pria tampan yang duduk di ujung ruangan, memberi tahu sang MC dengan tenang.
“Ya, Tuan Brandon. Tujuh puluh juta dollar. Mungkin ada yang ingin menambah lagi?” sang MC terus berusaha mencari tahu apakah ada penawar lain yang ingin menantang Brandon.
Namun, tak ada suara yang terdengar. Brandon, dengan tenangnya, menunggu keputusan terakhir.
“Baiklah! Waktu telah habis dan Tuan Brandon pemenangnya! Silakan dipilih, Tuan. Siapa wanita yang ingin Anda ambil?” ucap sang MC, memberikan keputusan akhir kepada pria tampan itu.
Brandon menatap sekeliling ruangan sejenak sebelum akhirnya menunjuk Nora dengan tegas. “Wanita bergaun biru yang sedari tadi menunduk itu,” ucapnya dengan suara mantap, seakan telah membuat keputusan yang bulat.
“Nora? Baiklah. Selamat kepada Nora. Silakan diambil gadis perawan ini,” ujar sang MC dengan sedikit kegugupan, memastikan semua berjalan sesuai prosedur.
Nora merasa dunianya runtuh saat mendengar nama itu. Sebelum dia sempat bereaksi, dua pria besar di sekitarnya telah mendekat dan menuntunnya menuju Brandon, pemilik baru yang telah membayar harga yang mahal untuk memiliki dirinya.
Dalam hati, Nora hanya berdoa agar ada harapan yang tersisa baginya.
Sinar matahari Yunani yang lembut menyelinap melalui tirai kamar mereka, membangunkan Nora dan Steve dari tidur yang tenang.Mereka berdua bangun dengan senyum di wajah, merasakan kehangatan pagi dan kebahagiaan yang memenuhi hati mereka.Steve, dengan tatapan penuh cinta, menatap Nora yang masih berbaring di tempat tidur. "Selamat pagi, sayang. Bagaimana tidurmu?" tanyanya dengan suara lembut.Nora tersenyum, mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Steve. "Tidurku nyenyak, suamiku. Bangun di tempat yang indah ini bersamamu adalah kebahagiaan tersendiri."Steve mengangkat Nora dari tempat tidur dengan lembut, lalu memimpin menuju kamar mandi. "Bagaimana kalau kita memulai hari ini dengan mandi bersama?" katanya sambil tersenyum nakal.Nora tersipu, tapi tak bisa menolak pesona Steve. Dia mengikuti suaminya, merasa antusias untuk mengawali hari dengan cara yang intim dan penuh cinta.Di bawah pancuran air hangat, mereka berbagi momen keintiman yang penuh kasih. Air mengalir melewati t
Di bawah langit Yunani yang biru cerah, di mana langit bertemu laut dalam nuansa biru yang tak terlukiskan, Nora berdiri di tepi pantai dengan mata berbinar, menikmati setiap detik momen yang berharga ini.Angin laut berbisik lembut, mengibaskan rambutnya yang panjang dan halus. Steve, yang berdiri di sampingnya, memandangnya dengan senyum penuh kasih sayang."Nora," katanya lembut, suaranya membawa nada penuh kehangatan yang hanya bisa muncul dari cinta yang mendalam. "Selamat ulang tahun. Aku ingin kamu tahu betapa berartinya kamu bagiku."Nora menoleh, matanya bertemu dengan tatapan penuh cinta Steve. Dia terdiam sejenak, merasakan kebahagiaan yang menggelora dalam hatinya, seperti ombak yang memecah di pantai."Steve, ini terlalu indah. Aku tak pernah membayangkan bisa berada di sini, di Yunani. Ini seperti mimpi."Steve tersenyum, menarik Nora lebih dekat dalam pelukannya. "Aku ingin memberikanmu segalanya, Nora. Semua yang bisa membuatmu bahagia. Karena itu adalah yang paling pe
“Woah!”Di bawah langit yang memerah saat matahari mulai tenggelam, Nora dan Steve akhirnya tiba di The Wharf Skyline Views.Tempat itu memancarkan keindahan yang memukau, seolah-olah alam dan kemewahan berpadu dalam harmoni yang sempurna.Pemandangan laut yang luas terbentang, dengan perahu-perahu yang tampak kecil dari kejauhan, membingkai pemandangan kota yang gemerlap di malam hari.“Steve … tempat ini indah sekali.”Dekorasi di dalam ruangan privat yang mereka tempati tidak kalah memukau. Lilin-lilin yang berkerlap-kerlip menghiasi setiap sudut, dan bunga-bunga segar yang tertata rapi menambah kehangatan suasana.Aroma bunga yang lembut bercampur dengan udara laut yang segar, menciptakan suasana yang begitu menenangkan.Nora mengagumi keindahan dekorasi tersebut, menyadari bahwa semua ini telah diatur dengan sangat hati-hati.“Kau menyukainya, hm?” tanya Steve dengan tangan melingkar di pinggang Nora.Wanita itu mengangguk antusias. “Ya. Aku sangat menyukainya, Steve!”Brandon, s
Dua hari kemudian, suasana di ruang rapat pimpinan di kantor Steve terasa tegang namun penuh harapan.Para eksekutif dan pemegang saham utama telah berkumpul untuk membahas masa depan EIF Group, perusahaan yang sahamnya terguncang setelah skandal yang melibatkan Jemmy, mantan pemegang saham mayoritas.Steve, duduk di ujung meja dengan Brandon di sisinya, memulai pertemuan dengan nada serius."Kita semua tahu kondisi saham EIF Group saat ini sangat tidak stabil," ujarnya, memandang para pemegang saham yang hadir. "Jemmy telah meninggalkan perusahaan dalam situasi yang sulit, dan para investor menantikan solusi dari kita."Mike, kepala bagian keuangan, mengangguk setuju. "Benar, saham perusahaan terus menurun karena tidak ada yang memegang kendali. Para investor berharap penuh pada Anda, Tuan Steve, untuk mengambil alih dan membawa perusahaan kembali stabil."Steve mengangguk, wajahnya menunjukkan ketegasan. "Saya siap mengambil alih saham tersebut, tapi dengan syarat saya mendapatkan 7
Di sebuah restoran yang penuh dengan nuansa keanggunan dan keindahan, Steve memandang istrinya, Nora, yang sedang melamun sejak tadi.Matanya terfokus pada sesuatu yang jauh, seolah pikirannya berkelana ke tempat yang tak dapat dijangkau oleh siapa pun kecuali dirinya sendiri.Steve, yang selalu peka terhadap perasaan Nora, memanggilnya dengan lembut, "Sayang, ada yang mengusik pikiranmu?"Nora tersadar dari lamunannya, menggeleng pelan dan tersenyum. "Tidak ada, Steve. Aku hanya menikmati suasana restoran ini. Tempat ini benar-benar indah dan nyaman," jawabnya dengan suara lembut, mencoba mengalihkan perhatian Steve.Meskipun tersenyum, hati Nora sedikit terganggu. Ada sesuatu yang ia harapkan dari Steve, sesuatu yang seharusnya datang sebentar lagi."Apakah kau sedang memberiku kejutan di sini?" tanyanya dengan nada penuh harap, matanya bersinar dengan ekspektasi.Steve terkekeh pelan, menyadari harapan di mata istrinya. "Kejutan, huh? Tidak ada, Sayang. Aku hanya ingin membawamu ma
"Biarkan kuasa hukumku yang menjelaskan. Kau tinggal tanda tangan saja surat cerai itu untuk diproses di pengadilan,” kata Luna dengan nada tegas.Justin menoleh ke arah Federick yang sudah siap menjelaskan alasan Luna ingin menggugat cerai Justin. Pria itu tersenyum miring, lantas membuka kacamata dan menaruhnya di atas meja berlapis kaca."Jadi, kau ingin berpisah denganku karena Steve sudah tahu semuanya tentang masa lalu kita? Bukankah kau sendiri yang memutuskan untuk selingkuh denganku? Kau sendiri yang bilang jika Frank terlalu sibuk sampai melupakanmu?" tanya Justin, suaranya terdengar penuh ejekan.Luna menghela napas panjang. “Saat itu aku memang bodoh dan egois. Dan mencintaimu adalah hal yang paling aku sesali seumur hidupku. Kau pikir aku bahagia menikah denganmu?“Tentu saja tidak, Justin! Kau hanya ingin mencari keuntungan dariku. Seharusnya aku mendengarkan permintaan anakku untuk tidak menikah lagi. Tapi, karena aku terlena oleh bujuk rayumu, aku mengabaikan anakku se
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments