Share

Chapter 2

Part 2

Defan masih saja belum bisa move on dari mading kampus, mereka benar-benar kacau! Ini BEM kampus mereka? Sungguh luar biasa.

"Aku akan mendaftar kesana, mau lihat sekacau apa mereka" ucap semangat Defan.

Lucas mengangguk setuju,

"Sangat kacau"

"Apakah ini semacam kejahilan mereka untuk mahasiswa baru?" Tanya penasaran defan.

"Mungkin"

Lucas juga tidak peduli jika ini hanya iseng atau yang lainnya, tapi dia tidak terima mereka dengan gampang mengubah nama orang lain tanpa rasa bersalah sama sekali.

"Lu udah tanya belum?"

Lucas melirik acuh,

"Jika dia butuh akan datang sendiri"

"Benar sih, tapi bro lu tahu kan kalau gengsi alex itu sebesar rumahnya, yakin banget jika itu anak akan tetap diam seperti orang bodoh" ucap Defan iba.

Lucas menatap layar handphone miliknya, "Jadi salah siapa?"

"Salahku mungkin"

Lucas bersama Defan mampir ke kantin kampus, walaupun tidak terlalu luas tempat ini bersih dan nyaman. Hal ini cukup membuat Lucas lega.

"Gue mau pesan mie ayam, lu pesan apa?" tanya Defan.

Lucas menatap sekitar sambil terlihat berpikir keras.

Defan menggeleng pelan,

"Stop bro, ngaa usah dicari mcb. Disini tidak ada makanan yang lu cari"

"Aku akan melihat sendiri" balas Lucas malas.

Akhirnya dua sabahat sehidup tapi tak serumpun itu berpisah demi kebutuhan metobolisme.

.

.

Lucas benar-benar bingung melihat pemandangan di depannya, kenapa mereka menjual ayam bakar mercon dan mie ayam tetangga??? Jika milik tetangga kenapa mereka jual?.

Karena terlalu bingung lucas mundur tanpa sadar dia terus mundur hingga.

"ADOH! PACAR CLAIRI BANGSATTT!" latah Lia.

Lucas terkejut mendengar suara teriakan cewek ini,"

"Sory"

Lia yang marah tiba-tiba saja mulutnya menjadi rem saat tahu jika di orang di depannya ini adalah titisan dewa.

'Astaga wajahnya seperti majalah semi dirumahku~', batin Lia.

Lucas bingung melihat cewek didepannya yang masih diam, "Maaf mie kamu" tunjuknnya dilantai.

Lia yang tersadar mengikuti arah tunjuk Lucas, "Omg mie ayam baby Clai!" paniknnya.

Bagaimana ini!!!!.

"Aku bisa ganti yang baru" ucap Lucas.

Lia menatapnya dan menghela nafas berat, bagaimana? ini bukan masalah ganti mengganti tapi mie ayam Clairi ini sangat spesial!.

"Tapi"

Ucapan Lia terpotong ketika Clairi datang dengan minuman dinginnnya.

"Lia kenapa diam?" Tanya clairi.

Lia menatap wajah polos Clari yang seperti anak tikus jadi tidak tega untuk bicara, huh!.

Clairi terseyum imut dan menatap Lucas,

"Oh, kamu siapa?"

Lucas yang ditanya sedikit bingung,

"Lucas, mahasiswa baru"

Lia terkejut, anak ini adalah adek letingnya, tapi kenapa wajahnya seperti kating.

"Kamu tua" ucap Clairi.

"Huh?"

"Yah kamu tua, wajahmu boros dan tinggimu juga boros"

Lucas sedikit kesal, apa masalah cewek dihadapannya ini? kenapa menyebut wajahnya boros.

"Maksud lo apa?"

Dia sangat kesal dengan ini cewek.

Clari tersenyum manis,

"Yah~ mukamu terlalu boros buat anak kecil" keluhnya.

Lucas akan segera membalas jika saja Lia tidak memotong.

"Hahaha temanku suka bercanda" melirik Clari horor.

Clari menatap Lia polos.

"Maklumi dia mulutnya belum diservis jadi oli buat rem masih merek lama" ucap Lia cepat.

Berdecak, Lucas memilih meninggalkan dua senior aneh ini.

"Plus sombong" sambung Clari.

Lia menatap temannya lembut,

" Sayangku yang imut, wajar saja dia seperti itu", membelai rambut panjang Clari, "mulut manismu sangat menjengkelkan tahu"

Dan hanya tawa kecil yang jadi balasan untuk Lia.

.

.

Defan makan dengan sangat lahap, siapa yang mengira jika mie ayam disini sangat lezat,

"Benar-benar nikmat" pujinya.

Lucas setuju, bubur ayam dikantin ini sangat baik dan lezat. Pantas saja banyak yang datang ke kantin ujung.

"Luc aku dengar bisnis papamu semakin bagus" sindir Defan.

"Hm"

Terkekeh,

"Keluarga Barnave selalu membuat bangga ah, andai saja aku jadi bagian dari kalian" keluhnya.

"Aku akan menunggumu"

Defan tertawa mendengar jawaban Lucas,

"Aku berharap bisa menemukan banyak gadis manis tahun ini"

"Mungkin"

Defan menatap Lucas,

"Apakah kau masih membenci wanita?"

Lucas tidak menjawab dan Defan tahu arti kediaman temannya.

"Kuharap kau berubah, aku tahu jika itu tidak mudah Lucas. Tapi jika kau terus membenci wanita lama-lama kau akan suka padaku" kata Defan bercanda.

Lucas tersenyum, dia tidak membenci wanita tapi jijik. Apakah itu masih bisa dibilang benci?.

Melihat Lucas termenung Defan jadi merasa bersalah, bagaimana bisa dia mengatakan hal bercanda seperti tadi.

"Ok! lebih baik kita makan dan langsung menuju kelas untuk melihat-lihat, bagaimana?".

"Apa yang ingin kau lihat?"

Defan tampak berpikir sambil menatap Lucas,

"Calon pacar" tersenyum genit.

Lucas menatap malas, apakah pacar harus jadi prioritas utama mereka saat masuk universitas.

"Makan" ucap Lucas.

Defan tertawa, temannya ini selalu saja menghindar jika sudah membahas masalah wanita.

"Ok~ papa"

.

.

Raihan menatap minat mie ayam Clari,

"Jadi lapar"

"Sayang kamu lapar?"

Raihan mengangguk kecil,

"Tapi aku ingin makan bakso saja deh  sayang" dia lagi mau yang bulat-bulat.

"Yauda sama beli" balas Lia cuek.

Raihan langsung pergi ke kantin.

Lia menatap Clari,

"Beb tumben kamu ngaa menemani Raihan" sindirnya.

Clari tersenyum,

"Dia kan bukan anak kecil lagi, jadi biarkan saja dia pergi sendiri hehe"

"Benar sih, tapi anak itu kan selalu saja merengek minta ditemani" ingat Lia saat Raihan dengan manja minta Clari untuk menemani dia rapat di kampus sebelah.

Padahal kan Raihan bisa mengajak wakil atau yang lainnya untuk ikut, Clari kesana juga tidak ada yang bisa dibantu. apalagi manfaatnya membawa anak ini kesana.

Lia terkadang bingung dengan hubungan antara Raihan dan Clari, mereka bersama tapi tidak seperti bersama. Banyak yang meragukan ketulusan hati Clari pada Raihan, apakah ini hanya untuk sekedar mainan atau tulus?.

"Aku akan menyusul Raihan"

Lia menatap Clari,

"Untuk apa?"

"Hehehe tentu saja makan g****s!" Clari langsung pergi dengan antusias.

Lia tertawa, mungkin sudah nasib Raihan.

.

.

Clari mengambil bakso Raihan dan memakannya dengan nikmat,

"Bakso buk minah memang tidak ada lawan!" mengagumi kenikmatan bakso.

"Kamu benar, sayang sekali jika nanti setelah kita tamat tidak bisa makan disini setiap hari" guman sedih Raihan.

Memotong bakso menjadi kecil, Clari membaginya dengan semangat.

.

.

Lucas keluar dari mobil, berjalan menuju pintu rumah.

"Kamu sudah kembali?"

Kakek Lucas berdiri tegak dengan tongkat ditangan kanan, sekilas dia seperti juragan tanah yang akan menagih hutang pada orang-orang.

"Hm"

Mengerut kecil,

"Jika kau buat masalah aku akan langsung mengirimmu ke luar seperti wanita bodoh itu!"

Lucas berusaha menahan emosi dengan, "Tidak"

"Masuk"

Lucas berjalan meninggalkan kakeknya diluar, dia juga tidak ingin berlama-lama dengan orang tua kejam itu disana.

"Anak itu sangat mirip dengannya hah, sudah lama tapi masih saja batangannya masih ada" menatap bunga-bunga yang tumbuh di taman.

"Bahkan bunga ini masih saja hidup dan kembali berbunga, hidup manusia tidak ada yang tahu" gumamnya.

Langsung masuk jalan ke rumah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status