Share

Chapter 4

Lucas bersama teman menikmati indahnya malam di pinggir laut, dibawah sinar bulan empat remaja duduk di atas pasir dengan damai. Bahkan mereka tidak takut jika akan kotor karena debu.

"Sudah baikkan bro?" tanya Defan.

Lucas tersenyum tipis, suasana indah laut membuatnya melupakan semua beban dalam hidup yang dia alami setiap hari. Berkumpul seperti ini adalah obat terbaik yang dia butuhkan sekarang.

"Kita akhirnya jadi mahasiswa" ucap Gino bangga.

"Hah~ aku harus jadi seorang mahasiswa!" keluh Defan.

Dia belum siap untuk menjadi dewasa terlalu cepat, Defan masih ingin main-main dengan bebas tanpa beban dan tugas yang menumpuk!.

"Lo seperti anak tidak tahu diri" sindir Aldo.

Gino terkekeh,

"Benar, perasaan ini anak dari jaman SMA sampai sekarang masih aja malas"

"Eithssss! enak saja loh, gue ini rajin dan malah plus baik hati" puji Defan pada dirinya sendiri.

Lucas dan Aldo saling melirik.

Gino melempar Defan dengan pasir,

"Rajin mainin hati cewe iyeee! sejak kapan nama lo nagkring di mading jadi anak baik?"

Semua orang juga tahu betapa brengseknya Defan di sekolah, bahkan para guru sudah lelah menegur setiap perbuatan nakal yang sengaja dilakukan oleh Defan.

Defan menunjuk Lucas

"Kok gue doang yang di ingat?, Lucas yang nyuruh gue buat masalah setiap hari"

"Kapan?"

Defan syok melihat wajah sok suci Lucas,

" Lucas kita buat bersama kok cuma gue yang harus tanggung jawab, apakah kamu lupa masa indah kita dulu? kamu jahattt! " sedihnya.

"....."

Aldo menatap jijik,

"Sampah loh"

Gino menatap bulan diatas,

"Aku harap bisa bertemu dengan dosen cantik disana nanti"

"Mimpi aja"

.

.

Clari menatap cemas,

"Jadi dokter, apa saya sakit parah?"

Dokter Rian tersenyum,

"Kamu sehat Clari"

"Tapi kok hati saya sering tidak enak gitu loh" cemasnya.

Raihan yang duduk disampingnya juga ikut panik, dia merasa gagal menjaga baby Clari.

"Itu hanya perasaan kamu saja, lihat ini semua datanya bagus dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan" menunjukkan hasil lab Clari.

Dokter Rian menahan marah sejak tadi, sudah tiga jam dia menjelaskan pada anak ini jika dia sehat! tapi tetap saja anak ini masih bertanya tentang hal-hal yang tidak seharusnya dia jawab. Apakah dia harus menutup tempat praktek ini dan pindah tempat?.

"Sayang mungkin kamu hanya lelah" sahut Raihan.

Clari menggeleng,

"No! aku itu sering sekali merasa gelisah saat malam hari raihan~" meletakkan tangan kirinya ke dada.

"Disini dokter rasanya sakit sekali"

"Dokter apakah itu jantung?" tanya Raihan khawatir.

Dokter Rian menatap Clari dengan lembut "Sebelum merasa sakit apa yang kamu lakukan?"

Raihan menatap intens sang kekasih, dia juga penasaran dengan kegiatan Clari kemarin malam.

"Ehm, aku saat itu baru mandi dan hmm setelahnya aku main hp buat chat sama anak bem dan Lia! lalu aku juga ngemil sambil nonton" ungkapnya.

Dokter mengangguk serius,

"Apa yang kamu tonton?"

Clari melotot,

" Drakor~ oh!!! tahu kan dokter jika dramanya seru bangettt! Clari sangat menyukainya~"

Raihan sudah malas mendengar, pasti ujung-ujungnya tidak penting.

Tiba-tiba memasang wajah sedih,

"Tapi setelahnya cowo itu mati dan hatiku jadi gelisah"

"Hati yang gelisah? apakah kamu cemas dan tidak bisa tidur sepanjang malam Clari"

Mengangguk semangat,

"Benar dokter!"

" Begitu, Clari kamu hanya merasa sedih karena terlalu terjerat dalam alur cerita drama yang kamu tonton"

"Benarkah?"

Dokter Rian mengambil buku di lemari belakangnya, memberikan pada Clari dengan ikhlas.

"Buku ini bagus buat kamu baca"

Raihan yang kepo ingin mengintip judul buku, tapi tidak terlihat.

(〒﹏〒)

Clari menatap binar,

"Terimakasih dokter"

"Sama-sama"

.

.

Di dalam mobil Clari terus menatap buku dengan bahagia, dia sangat suka hadiah yang diberikan orang lain untuk dirinya.

"Kamu suka?"

"Eum"

Raihan lega jika kekasihnya senang, sungguh repot jika anak ini sampai sedih dan tidak mau makan.

"Kamu itu jangan banyak nonton dong, kasihan tu air mata selalu terbuang buat orang asing" sindir Raihan.

Clari itu cengeng, tapi anak ini tidak pernah menangis untuk dia! selalu saja menangisi hal yang sepele seperti semut yang terendam di dalam gelas teh dan daun yang jatuh atau ban mobil yang meledak.

"Tapi kan seru sayang, aku tuh lagi senam buat cuci mata loh~ kan banyak oppa" bela Clari.

Dia kan ingin cuci mata dengan lihat orang tampan di drama korea~ seperti orang lain di kampusnya.

"Kok kamu malah cuci mata lihat orang lain? kamu kan bisa lihat aku saja sayang" balas lembut Raihan.

Clari memukul manja lengan raihan yang sedang membawa mobil,

"Kamu kan jelek! Kok malah nyuruh aku cuci mata lihat kingkong~ nooooo  lahhh! Kamu mau tanggung jawab jika aku kenapa-kenapa?"

"....."

Dia harus sabar dan tidak boleh marah, dapat pacar cantik jaman sekarang itu susah.

"Terserah kamu aja deh"

Raihan kembali fokus membawa mobil, dia jadi malas ngajak kekasihnya bicara kalau ujung-ujungnya buat sakit hati.

BOMHnnnn

Raihan refleks menahan Clari yang akan terjengkang ke depan, mobil mereka tiba-tiba di tabrak dari belakang.

"Kamu ok sayang?" tanya Raihan khawatir.

Clari mengangguk walau masih syok,

"Raihan?"

"Kamu tunggu di dalam sayang"

Raihan keluar dari mobil dengan kesal, apakah yang menabraknya tidak pakai mata!.

"Ohhh, sory bro" ucap Gino bersalah.

Raihan menatap dua lelaki di depannya dengan datar,

"Kamu itu mabuk?"

Gino menggeleng,

"Tidak"

"Terus kenapa bisa nabrak"

Raihan masih tidak puas, bukan masalah mobilnya rusak atau minta ganti rugi. yang buat dia cemas jika kekasihnya terluka apa yang harus dia katanya pada camer.

Aldo menyenggol lengan Gino,

"Uda jujur saja"

"Sebenernya aku dan teman sedang main true or dare, sialnya aku yang kena dan memilih dare" ucap Gino santai.

Raihan menatap kesal,

"Jadi maksud lo mobilku di jadikan dare buat kamu?",  jika anak ini jawab 'ya'  maka dia akan langsung memukul wajah sombongnya!.

"Hehehe"

.

Clari yang didalam mobil berulang kali ingin keluar karena kepo, dia bosan di dalam mobil sendiri.

"Kok raihan lama~" merengut imut.

Akhirnya dia memutuskan untuk keluar, membuka pintu mobil dengan sangat pelan. Clari melirik mobil yang berada di belakangnya dengan penasaran.

"Tapi kemana Raihan?"

Melangkah dengan malas menuju mobil yang menabraknya dan Raihan,

"Apakah ada orang?"

Clari mendekatkan wajahnya ke dekat jendela, dengan penasaran dia melotot ke dalam mobil melalui kaca jendela berwarna hitam.

Mungkin Clari tidak melihat sama sekali keadaan di dalam mobil, tapi bagi orang yang berada di dalam dapat dengan jelas melihatnya!.

"Ffttttttthhh", Defan berusaha menahan tawa saat melihat wajah besar Clari di jendela.

Lucas menatap jam,

"Kenapa mereka belum kembali?"

"Mungkin sedang senam otot" jawab asal Defan.

Lucas menatap wanita bodoh yang masih betah mengintip mobil mereka dari luar jendela.

"Tapi kok aku ngaa asing sama ini wajah?", guman Defan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status