Share

Chapter 3

PRANK

Lucas menatap dingin handphone yang baru saja dibanting, amarah yang ada di dalam dirinya membuat dia tidak bisa berpikir jernih sesaat. Dia benar-benar ingin bebas dari rumah terkutuk ini untuk selamanya.

Semua ini karena seorang wanita yang dipanggil dengan ibu, dia yang melahirkan lucas dan saudaranya. karena sosok ini dia harus terjebak dalam rumah hina ini selama 18 tahun hidupnya! dia bersumpah akan pergi dari sini ketika semua sudah jelas, hal yang paling penting dia harus tahu dibalik rahasia rumah terkutuk ini terhadap saudara kandungnya.

Flashback on

Lucas kecil berlari riang ditaman yang dipenuhi bunga-bunga indah, halaman belakang rumah yang sangat luas membuat lucas bisa dengan bebas berlari kesana-kemari. Tawa indah lucas kecil membuat beberapa pelayan tersenyum lembut saat menatapnya.

"Lihat ada hewan kecil", tunjuk lucas pada sosok mahluk kecil yang berjalan di atas kelopak bunga warna kuning.

Ibu Rita, seorang wanita 24 tahun. Bekerja sebagai pengasuh lucas dari bayi, sosok wanita muda manis dengan rambut hitam sebahu yang indah dan tubuh langsing rita dan kulit putih membuat orang selalu salah paham dengan status rita dirumah ini. Banyak yang mengira jika dia seorang nyoya besar dari keluarga besar ini.

Rita berjalan mendekati Lucas,

"Tuan ini disebut kumbang, mahluk kecil ini sedang mencari makanan"

"Benarkah?" antusias Lucas.

"Hm"

Lucas menatap kumbang dengan kagum, mata besarnya membulat seketika melihat kumbang berjalan mendekat . Dengan antusias Lucas menaruh tangan di depan kumbang agar mahluk kecil itu bisa naik ke atas tangan kecilnya.

"Dia sangat kecil", gumannya takjub.

Ibu Rita tersenyum,

"Hm, seperti tuan muda"

Lucas mengangkat tangan kecilnya ke atas langit dengan bahagia, menatap kagum warna-warna yang berada di tubuh sang kumbang, berbalik untuk menunjukkan kumbang kecilnya pada bibi pengasuh.

"Lihat!!!"

Para pelayan terkekeh kecil melihat antusias tuan mereka terhadap mahluk kecil, padahal hanya seekor kumbang.

"Sangat cantik" puji ibu Rita.

Lucas mengangguk semangat.

Plak

Tamparan keras membuat perhatian mereka teralih pada sosok anggun, dia adalah wanita muda cantik dengan kulit putih yang halus. Berdiri anggun menatap tajam sosok remaja di bawah.

"Tidak berguna" ucap wanita dingin.

Sosok yang ditatap hanya bisa menunduk takut sambil memegang pipi kanannya.

Lucas langsung sembunyi dibelakang ibu Rita dengan wajah ketakutan, dia sangat takut pada ibunya sendiri.

"Nyonya besar" sapa ibu Rita lembut.

Wanita yang dipanggil nyoya hanya mendengus melihat Rita, wajah jijik tidak bisa disembunyikan ketika menatap rita yang menatapnya hormat. Langsung pergi tanpa perduli sosok dibawah.

Pelayan wanita membantu remaja yang masih duduk dibawah.

"Lepaskan! jangan menyentuhku! Dasar pelayan hina!" Teriak anak remaja.

Lucas terkejut mendengar teriakkan, menatap takut pada sosok  yang masih marah pada pelayan wanita. Dia tidak pernah akur sama kakaknya, entah apa yang membuat mereka menjauh satu sama lain seperti orang asing.

"Obati luka tuan muda Felif" ucap ibu Rita lembut.

Felif yang ditatap lucas hanya berdecih,

"Dasar lemah" pergi bersama pelayanan wanita.

Ibu Rita berjongkok di depan Lucas,

"Tuan, mungkin tuan muda Felif sedang lelah, lebih baik kita masuk ke dalam untuk makan siang"

Lucas mengangguk kecil, walau kata-kata ibu Rita membuat dia paham tapi lucas tahu jika kakaknya Felif selalu  membenci dia. Walau lucas tidak pernah tahu kenapa sang kakak membenci dia.

Flashback off

Kring~kring~

Lamunan lucas terhenti saat mendengar suara dering handphone, Lucas menatap bingung handphone yang berada di lantai. Dia sama sekali tidak mengira jika benda itu tidak rusak, mengambil handphone dengan malas.

"Hm"

'Kau dirumah?'

Suara Defan yang riang terdengar.

"Hm"

'Kami akan pergi kesana malam ini, apa kau ingin gabung temannku~'

"Hm"

'Apa kau sedang pakai masker wajah?'

Lucas memutar mata malas,"

Tidak"

'ooo, yauda ditunggu eyyy! eyyy!! '

Lucas kembali duduk di atas ranjang, melirik lemari hitam di dengan desain pohon natal yang indah. Warna lemari sangat kontras dengan desain yang terukir diatasnya.

.

.

Raihan tertawa senang melihat Clari yang cemberut di depan kaca, saat ini mereka sedang belajar di kamar Clari.

"Kamu seperti idiot"

Clari menatap dirinya sendiri di cermin dengan sedih, kenapa wajahnya menjadi merah seperti ini!.

"Aku benciiiii~" ngambek Clari.

Raihan meletakkan buku diatas meja belajar kamar Clari, menaruh tangan di dagu sambil berpose manis untuk menatap wajah bengkak pacarnya yang mirip dengan rambutan.

Tatapan raihan membuat Clari jadi salah tingkah ditempat.

"Sayang apa kamu makan udang?"

Mengangguk pelan,

"Habisnya udang Buatan Lia sangat lezat~" balas manja.

"Yah, itu jadi resikomu sendiri" balas cuek Raihan.

Sudah beberapa kali dia mengingatkan pacarnya untuk menjauhi yang namanya udang, sudah tahu alergi tapi masih saja dimakan. Apakah mengikuti selera perut lebih penting dari kesehatannya?.

"Akuuuu tu tidak mau kuliah besok! aku malu tahu~" rengek Clari.

'Beh, sifat manja dan kekanak-kanakannya mulai kambuh lagi, bentar lagi jadi mode alien nih. Aku harus kabur sekarang juga' batin Raihan.

Dia tidak ingin menjadi tumbal kekejaman pacarnya sendiri, lebih baik mengorbankan orang lain daripada dia.

"Sayang uda jam segini, aku harus pergi buat beli barang buat acara besok"

Menatap tajam,

"Barang apa? kok aku ngaa tahu ada acara besok? kamu bohongi aku yaaa!  Raihan~"

"Kok bohong sih, wajar aja kamu ngaa tahu sayang. kan kamu bukan panitia"

"Kok gitu!"

"Kamu sendiri yang tidak mau loh, malah nangis-nangis minta pulang hari itu" ucap Raihan malas.

Clari berjalan mendekat,

"Kapan? jangan bohong ih!"

"Astaga ini anak",  Raihan mengelus dada dengan sabar.

Padahal jelas-jelas anak ini sendiri yang tidak mau ikut dengan alasan panas dan capek saat itu.

"Kamu harus temani aku ke dokter lo Raihan, tanggung jawab"

"Tapi, kok kamu ngomongnya ambigu sayang?"

Bagaimana jika ada yang dengar, orang akan mengira dia berbuat hal yang tidak-tidak pada kekasihnya.

"Tidak ada tapi! pokoknya harus"

Raihan hanya bisa mengalah demi hidup makmur di dunia, jawabannya saja sudah tidak nyambung gitu.

"Uda buat janji?"

Clari mengambil handphone untuk mengirim nomor Dokter ke Raihan,

"Kamu saja yang hubungi"

Raihan dengan iklas membuka handphone, dia tidak habis pikir dengan sifat malas Clari untuk bicara dengan orang asing.

"Sayang kok dokter hewan, memang kamu hewan ya?"

Clari melotot,

"Jika aku hewan kamu juga tahu, ini kok bisa ada nama dokter hewan ya?" Bingungnya sendiri.

"Ya kamu mungkin Kasih nomor dokter bubu"

Bubu nama anjing Clari yang berusia 2 tahun.

"Hmm"

Kembali mengirimkan nomor dokter kepada Raihan, dia harus sabar jika ingin tetap sembuh dari alergi.

Raihan mengetik pesan untuk dokter,

"Sayang kamu sudah tiga kali konsul dalam bulan ini?"

"Empat kok"

"Tapi kata dokter hanya tiga kali loh" balas Raihan sabar, takutnya Clari lupa.

Clari mendekat,

"Empat tahu~"

"Oh, kapan saja?"

" Sekali diantar sama papa, kedua saat mamaku pergi dan aku ikut aja sih"

"Terus"

"Sama istri paman weekend untuk cek lab"

"Itu saja kan"

Clari menggeleng kencang.

Raihan menatap kekasihnya,

"Tapi kata dokter tiga kali, coba kamu ingat dulu"

Clari tersenyum manis,

"Empat sayang, yang ketiga sama istri paman!" jawabnya antusias.

"Kapan?"

Tertawa kecil,

"Saat paman main kerumah kami, Raihan aku sudah mengundangmu untuk ikut waktu itu tapi kamu malah sibuk"

Membelai rambut lembut Clari,

" Sayang saat itu kami BEM sedang persiapan buat pemilihan presiden kampus loh" balas lembut Raihan.

"Eunm"

Clari memeluk erat lengan kanan pacar, dia mengantuk sekarang karena lelah mengerjakan banyak tugas buat kampus dan BEM.

"Tapi kapan satu lagi?" Ingat Raihan.

Clari memegang tangan Raihan erat,

"Tentu saja dalam mimpiku~"

"....."

Seharusnya dia tidak berharap banyak

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status