"Minta apa, Kak?" tanya Kanaya tak sabar.
"Gugurkan kandungan kamu!" bisik Leon.Kanaya terhenyak mendengar pemintaan Leon. Gadis itu menggelengkan kepala lalu bertanya, "apa alasan kak Leon meminta menggugurkan kandunganku?""Ck, nggak perlu tahu alasanya. Kamu ikuti saja saran kakak. Kalau nggak -- "Leon menggantungkan kalimatnya. Dia juga berpikir tindakan apa yang harus dia lalukan agar bayi yang dikandung adiknya itu keguguran.Kanaya menunggu Leon melanjutkan ucapan. Namun Leon masih bergeming dan tetap berdiri terpaku di tempat."Kak ... " seru Kanaya membuyarkan konsentrasi Leon yang sedang berpikir sesuatu."Hhmm, " Leon hanya menggeram menanggapi."Kalau nggak? Apa maksudnya?" ulang Kanaya bertanya meski rasa takut pada Leon kian mendera."Karena kamu nggak tahu siapa ayah janin itu, Kanaya. Kamu mau nama baik keluarga kakak tercoreng?" bentak Leon menatap tajam wajah adik angkatnya yang kini tertunduk layu.Meski perih Kanaya rasakan. Namun ia membenarkan perkataan Leon. Nama baik keluarga Arga Pradipta Dewangga harus diselamatkan. Hanya dengan cara inilah Kanaya membalas semua kebaikan keluarga Arga.Tanpa mau berpikir lebih lama. Kanaya setuju saran dari Leon. "Baiklah, kak. Besok Naya ikut kakak," putus Kanaya mengiyakan ajakan Leon meski hatinya diliputi keraguan. Mendengar sang adik setuju dengan usulannya. Leon lekas berbalik badan menghadap Kanaya. "Jangan bilang apapun ke Fardan juga ke Papa sama Mama!" kata Leon berpesan sebelum dia berlalu keluar dari kamar adiknya. Sekilas mata Leon melirik Kanaya yang masih diam terpaku. Leon keluar dan kembali menuju kamarnya.Di balik dinding kamar Kanaya. Bi Sari tengah menunggu Tuan mudanya keluar dari dalam sana.Hati Bi Sari terenyuh melihat nasib malang anak angkat sang majikan. Pelayan itu bertekad memberitahukan kecurigaan dia pada Laki-laki yang sudah menanam benih di rahim gadis malang tersebut."Sebelum terlambat, aku harus kasih tahu Non Kanaya supaya membatalkan niatnya untuk menggugurkan janin yang tak berdosa itu," gumam Sari.Pelayan itu lalu mengetuk pintu. Berharap Kanaya jangan tidur dulu. Ia ingin menyampaikan beberapa pesan dan nasehatnya. Sebelum semua semakin terlambat dan menjadi sebuah penyesalan pada akhirnya."Non, buka pintunya, ini Bibik."Mendengar suara pelayan datang, Kanaya segera berjalan menuju pintu untuk membuka.Clek!"Eh ... Bibi, ada apa? Kok belum tidur?" tanya Kanaya saat sudah membuka pintu dan melihat pelayan itu berdiri di hadapannya."Ada yang mau Bibi sampaikan ke Non Naya. Apa tidak mengganggu? Ini penting sekali soalnya, Non.""Apa itu, Bi?" tanya Kanaya penasaran.Bi Sari memastikan dulu tidak ada yang mendengar pembicaraan dirinya dan Kanaya. Setelah dipastikan aman. Bi Sari menutup pintu kamar Kanaya dan menarik gadis itu untuk menjauh dari pintu."Non, sebelumnya Bibi Minta maaf kalau Bibik menyampaikan kabar ini membuat Non marah dan kecewa ke Bibi," ucap Bi Sari yang akan memulai ceritanya."Santai saja, Bi, kaya nggak tahu Nay ajah," balas Kanaya memaksa tersenyum ke arah Sari yang nampak gugup."Ada apa, Bi?" sambung Kanaya tak sabar karena penasaran apa yang mau pelayan itu sampaikan."A ... anu, Non." Kembali Bi Sari terdiam. Hatinya mendadak ragu untuk menyampaikan kecurigaan tentang laki-laki yang sudah menanam benih di rahim gadis malang tersebut."Anu apa, Bi? Ayo katakan saja!" tekan Kanaya semakin tak sabar juga penasaran."Non Kanaya janji dulu sama Bibi ya, Non. Jangan kasih tahu Tuan Arga, Nyonya Rossa, Tuan Muda Leon juga Tuan Fardan. Bibi belum siap kalau harus berhenti kerja di sini," mohon Sari.Sari takut kehilangan kerjaan di rumah yang menurut dia sang majikan sangat baik. Apa lagi Sari harus membayar hutang-hutang keluarga dia di kampung halaman. Dengan bekerja di rumah Arga. Sari merasa perekonomian dia cukup terbantu."Nay janji, Bi. Ayo cepat katakan!" tekan Kanaya lagi. Gadis itu kian merapatkan posisi duduk ke pelayan.Sari terdiam. Ia mengatur pernapasan lebih dulu."Non ... sebenarnya Bibi mencurigai Tuan Leon ayah dari anak Non Kayla. Tapi belum yakin sih, Non. Antara Tuan Leon sama Tuan Fardan," kata Sari."M ... maksud Bibi?" Kanaya terhenyak mendengarnya."Malam itu ... "Sari menceritakan apa yang dia lihat beberapa minggu yang lalu tepatnya di malam hari.Sari terdiam sesaat. Lagi -lagi dia menarik napas dalam - dalam lalu mengehembuskan perlahan."Saat Bibi berniat menghampiri Non Naya. Bibi melihat ada laki-laki mematikan lampu dan menaruh sesuatu diminuman Non, waktu Non Kanaya naik dulu ke kamar. Bibi awasi terus hingga Non turun lagi dan tanpa Non curiga langsung meminumnya saat lampu udah nyala lagi. Kemudian ... Non Kanaya nonton TV sampai ketiduran. Nah ... Bibi lihat kaya Tuan Leon."Kanaya terhenyak. "Ap ... apa, Bi? Jadi -- " Kanaya membekap mulut kala suara isak tangis lolos dengan sendirinya.Seketika buliran bening meluncur deras di pipi mulus gadis malang itu. Ia tak menyangka jika kedua kakak angkat tega melakukan perbuatan sebejat itu padanya. Hanya saja, Bi Sari belum tahu pasti siapa pelaku sebenarnya antara Leon juga Fardan. Atau bisa jadi kedua kakak beradik itu sama - sama menyentuhnya.'Kalian jahat kakak,' jerit Kanaya dalam batin."Sabar ya, Non. Suatu hari nanti, pasti tahu siapa ayah bilogis di antara Tuan Leon dan Tuan Fardan," ucap Bi Sari seraya mengusap lembut bahu Kanaya.Toh dari sewaktu masih SMA juga kalau berangkat dan pulang sekolah selalu dikawal kakak-kakaknya. Mana mungkin gadis itu berani macam-macam. Apa lagi Kanaya type anak yang penurut dan tahu diri. Pikir Sari."Apa yang harus Nay lakukan, Bi?" tanya Kanaya disela tangisnya. Suaranya berubah parau merasakan sesak di dada karena tak menyangka kehormatannya telah diruda paksa oleh orang yang selama ini dianggap kakak pelindung baginya."Lebih baik ... Non Naya selidiki saja antara Tuan Leon dan Tuan Fardan. Jangan sampai mengugurkan janin itu. Calon anak Non Naya nggak berdosa sama sekali," pungkas Sari memberi saran.Kanaya mengangguk mendengar saran dari pelayan. Sari kemudian berpamitan untuk segera menuju kamar peribadinya karena malam kian larut dan besok pagi harus segera bangun untuk menyiapkan sarapan para majikan.Kanaya sendiri masih bergulat dengan pikirannya. Antara bertahan di rumah itu sampai tahu siapa yang sudah menodai ketika dia tertidur, dan Kanaya yakin jika orang itu telah mencampurkan obat tidur dalam minuman setiap mau melakukan perbuatan terkutuknya.Ataukah Kanaya memilih pergi saja dengan membawa serta aib yang akan dia tanggung sendirian. Di usianya yang masih sangat muda. Mampukah ia hidup mandiri di luaran sana?Membayangkan perut yang akan semakin memebesar. Lalu, Leon maupun Fardan kian membencinya membuat Kanaya memutuskan pergi dari rumah itu.Setelah itu, Kanaya keluar kamar bermaksud mematikan CCTV di semua ruangan yang akan dia lewati. Juga, dia memastikan security yang berjaga di gerbang utama masihkah mereka terjaga atau sudah tertidur.Setelah dipastikan aman sesuai harapan Kanaya. Dia segera kembali ke kamar untuk mengambil barang yang akan dia bawa.Tujuan Kanaya akan mencoba hidup mandiri dalam kesederhanaan. Jauh dari gemerlapnya kemewahan yang selama ini ia nikmati di tengah keluarga angkatnya."Maafkan Nay, Mama, Papa!" isak tangis Kanaya pada akhirnya lolos juga saat mencium foto Arga dan Rossa yang ada di meja rias dalam kamarnya.Kanaya keluar, lalu segera menuju lantai bawah. Kanaya terus berjalan keluar rumah, saat sudah melewati gerbang, sebuah taxi melintas di hadapan dia. Kanaya segera menyetop taxi tersebut meski tak tahu tujuan dia kemana."Bukankah itu adiknya Leon?" ucap seseorang dari dalam mobil tak jauh dari taxi yang akan membawa Kanaya pergi.Pagi hari telah menyapa dengan pancaran sinarnya yang merekah indah. Arga keluar dari kamar dengan berpakain olah raga. Kebiasan rutin yang Arga lakukan setiap pagi adalah berolah raga untuk menjaga kebugaran tubuhnya.Sementara Rossa sendiri kembali ke alam mimpi setelah selesai menunaikan kewajiban sebagai umat muslim. Rasa lelah setelah menempuh perjalanan ke luar negri membuat Rossa ingin istirahat lebih lama dulu.Teringat kemaren, baru saja tiba di kediamannya. Sudah disambut dengan kabar yang membuat seisi rumah merasa terkejut dan tak percaya. Karna hal itupula membuat kepala Rossa tiba - tiba berdenyut nyeri. Maka tadi malam Arga meminta Rossa untuk istirahat saja lebih dulu dan jangan memikirkan banyak hal. Meningat kondisi sang istri yang memang mudah sakit."Selamat pagi, Tuan!" sapa Bi Sari ketika berpapasan dengan Arga yang baru turun dari lantai atas dan kini berjalan menuruni anak tangga."Pagi juga, Bi," sambut Arga tersenyum ramah pada pelayan itu.Arga memang terken
Di sisi lain, Fardan menanyai security yang berjaga. Tapi, Kanaya rupanya telah mengatur rencana kepergiaan dia serapi mungkin. Sehingga tak ada jejak yang mencurigakan."Di mana kamu, Nay? Maafin kakak, Kanaya."Fardan menyesali sikap dan perbuatannya. Ia tak menyangka jika sang adik akan berbuat senekat ini.Sama halnya seperti sang mama. Fardan sangat mencemaskan nasib adik bungsunya di luar sana."Kenapa bisa gini jadinya sih," lirih Fardan mengacak rambut frustasi.Sayangnya, sebulan sudah Kanaya pergi meninggalkan rumah. Tapi, belum ada tanda sama sekali.Padahal, Leon dan Fardan telah melakuan pencarian hingga ke berbagai penjuru kota.Begitu pula dengan Arga. Suami Rossa itu semakin terlihat gelisah dibuatnya. Apalagi Rossa yang tiba-tiba jatuh sakit karena terus terusan memikirkan putri bungsunya.''Pa, kapan papa bisa bawa putri kita kembali ke rumah ini?'' tanya Rossa terdengar parau. Beberapa hari kebelakang wanita itu tak henti-hentinya menangisi Kanaya. Istri dari Arga
''Ngapain kau ke kantorku?'' sentak Leon menatap tajam wajah gadis yang ternyata Ayunda.Ayunda yang tempo hari tak sengaja tertabrak oleh Leon. Gadis itu terluka di kaki cukup parah hingga terpksa cuti kuliah.Rendy memberitahukan kedaan Ayunda yang terpaksa harus rawat inap. Dan Leon bertanggung jawab akan kesembuhan gadis itu.Rupanya Ayunda memanfaatkan kebaikan Leon hingga banyak permintaan yang gadis itu ajukan kepada Leon. Awalnya. Leon tak curiga macam-mcam pada gadis itu.Namun lama kelamaan Leon menyadari kalau ayunda menaruh harapan lebih.Siapa sangka, Ayunda semkain berani saja pada Leon membuat pria arogan itu merasa jengah akan kelakuan gadis itu.''Siapa yang ngizinin kamu ke kantor saya?'' Leon membuang pandangan ke arah lain saat bertanya pada Ayunda.Putra sulung Arga itu tak sudi rasanya membuka hati untuk wanita manapun sebab hatinya telah di tempati seorang gadis yang diam-diam ia cintai.''Aku kangen kamu, Mas,'' ucap Ayunda.''Ck, dasar sinting," desis Leon.Ay
Leon bergeming. Ia kini tak bisa mengelak lagi sebab Fardan sudah mengetahui pengakuannya tadi.''Jawab, bajingan!'' sentak Fardan masih terdengar emosi.''Kamu diam dulu, Fardan! Biar Papa bicara sama abangmu,'' hardik Arga dengan suara yang menggelegar memenuhi ruangan.Siapa yang tak kesal, melihat anaknya saling hajar tanpa tau akar permasalahannya. Belum juga selesai masalah Kanaya, ditambah Rossa yang malah jatuh sakit. Ini lagi di kantor, anak-anaknya malah adu jotos mengeluarkan kekuatan masing-masing.Memijat pelepis yang kembali terasa berdenyut nyeri. Arga tak habis pikir dengan masalah yang terjadi.Pikiran pria paruh baya itu kini semakin bercabang. Semenjak hilangnya kanaya, Arga tiba-tiba mengingat seseorang yang menjadi dewa penolong kala dirinya hampir kehilangan nyawa pada waktu itu.''Cepat katakan sama papa, Leon! Apa yang sudah kamu lakukan sehingga memantik amarah adikmu?'' tekan Arga kemudian.Leon masih diam membisu. Tangannya mengusap sudut bibir dia yang pecah
Leon datang ke rumah sakit untuk menjengkuk Arga. Rasa bersalah sangat kentara di wajah tampan Leon. "Papa, gimana kondisi papa?" Tanya Leon saat sudah berada di ruangan Arga.Arga malah membuang pandangan ke arah lain saat tau Leon yang masuk menemuinya. Kekesalan Arga pada Leon belum sirna. "Mau apa kamu ke sini, Leon? Kamu mau bikin papa mati berdiri?" ucap Arga datar.Leon mendekat. Dirabanya tangan sang ayah, "Pa, maafin aku. Aku akui aku salah," kata Leon dengan menunduk dalam."Sekarang kamu menyesal karena ketahuan adikmu. Kalau Fardan tak mendengar ucapan kamu, apa kamu akan akui kebejatan kamu itu, Leon?" Sentak Arga.Jika saja kondisinya tidak lemah, mungkin suami Rossa itu akan menghajar putra pertamanya ini. Arga merasa sudah gagal mendidik putranya.''Kalau kamu memang benar menyesal, cari Kanaya dan bawa dia pulang kerumah,'' tegas Arga tak ingin dibantah.Leon masih berdiri terpaku di tempat. Ia sendiri bingung harus mencari Kanaya kemana lagi. Anak buah dia sudah ia ke
Di sebuah rumah mewah. Seorang gadis masih tertidur di atas ranjang empuk. Tak berapa lama, kelopak matanya nampak mengerjap - ngerjap ketika cahaya mentari pagi menerobos masuk lewat pentilasi membuat silau mata sang gadis. "Euh ... " lenguhnya."Eh, aku di mana?" Gadis itu terlihat panik saat menyadari dirinya berada di atas tempat tidur empuk bukan miliknya.Lekas ia turun dari ranjang dengan sedikit merapikan rambutnya yang berantakan.Ia mengitari ruangan yang terasa asing baginya. Dalam kebingungan. Ia dikejutkan kembali suara ketukuan pintu kamar.Tok tok Buru - buru ia merapikan baju sebelum membuka. Entah kenapa dadanya seolah berdekup kencang takut jika dirinya dalam cengkraman orang jahat. "Semoga bukan orang suruhan papa atau kek Leon sama Kak Fardan." Katanya yang ternyata Kanaya. Malam itu, Kanaya keluar dari tempat kost-an yang sudah dia sewa. Niat Naya mencari makanan. Namun tiba - tiba matanya melihat dua orang mencurigakan terus membuntuti. Kanaya berlari tetapi
Kenzie kini tengah berada di dalam mobil miliknya dan berhenti didekat salah satu rumah megah nan mewah berlantai tiga. Matanya terus tertuju ke bangunan bergaya eropa itu. Pagar rumah yang menjulang tinggi berdiri kokoh menjadi pembatas rumah dengan jalan."Apa ini rumahnya? Lelaki tadi sepertinya masuk di dalam rumah ini," gumam Kenzie.Kenzie mempunyai tujuan menyelidiki penyebab kecelakaan kedua orang tua dan hilangnya adik bungsu bernama Nada Putri Damian.Kenzie yakin, kecelakaan yang di alami keluarganya akibat adanya sabotase dalam kendaraan yang di tumpangi ayah dan ibu serta adik bayinya dulu. Entah apa alasan Kenzie curiga dengan sahabat papanya yang bernama Arga itu.Kenzie merasa penasaran dengan Leon yang memiliki wajah sangat mirip dengan Arga. Kenzie menemukan foto Arga saat bersama mendiang ayahnya. Pria itu belum pernah bertatap muka secara langsung dengan Arga. Oleh karna itulah Kenzie belum begitu hafal wajah Arga. Tetapi melihat wajah Leon, sangat mirip dengan waj
Kanaya sibuk mencari cara agar bisa keluar dari rumah Kenzie ini. Entah kenapa, Kanaya memiliki kecurigaan lain pada Kenzie. Kanaya takut kalau ternyata Kenzie adalah orang jahat yang sengaja menyekap dirinya. Atau bisa saja musuh keluarga angkatnya."Gue harus cepat keluar dari rumah ini. Tapi gimana caranya," gumam Kanaya.Cukup lama Kanaya berpikir. Lalu, "hah, gue dapat ide." Kanaya menjentikan jarinya."Gue pura - pura ajah beli vitamin untuk ibu hamil. Kan bi Wati udah tau kalo gue lagi hamil," lanjutnya.Setelah itu. Kanaya lekas berganti baju. Ia akan segera turun ke lantai bawah dan menemui Wati yang sedang melakukan pekerjaannya di rumah ini.Drap drap drapLangkah kaki Naya terdengar di anak tangga membuat Wati yang tengah membersihkan ruang tamu menoleh seketika.Kening Wati nampak mengerut melihat Kanaya sudah rapi sepeprti akan pergi. "Non Naya, mau kemana? Kok udah rapi gitu?" tanya Wati gusar. Ia takut Kanaya akan keluar rumah. Bisa - bisa Kenzie marah besar."Bi, Nay