KUSUMA Ardhana mempersilahkan Heru duduk di sofa dalam ruang kerjanya, dan dia pun duduk di dekat Heru. Mbak Retno, sekretarisnya, segera menyediakan Cold Drip Coffee yang dicampur dengan sedikit susu. Minuman ini selalu disiapkan untuk pak dirut, dan hampir selalu dihidangkan jika ada tamu tanpa perlu menanyakannya lagi.
âPak Heru, maafkan kejadian tadi,â kata pak Kusuma mengawali obrolan mereka. Bagi Heru sih kejadian itu bisa dimaklumi dan tidak perlu dibahas lagi.
âTidak apa-apa, pak,â sahut Heru. âOh, ya, panggil saya Heru saja,â sambungnya merasa risih dengan panggilan âpakâ. Orang di hadapannya itu sudah sangat senior, mungkin umurnya sudah lebih dari 50 tahun, atau bahkan sudah 60? Penampilannya perlente, memakai jas dan dasi, pantas sebagai seorang direktur utama perusahaan besar. Sementara dirinya, tetap berpakaian âbiasaâ, kemeja polos warna khaki dengan celana ankle warna hitam, sesuai dengan jiwanya yang masih muda. Untung saja dia term
Demikianlah kisah KALIMAYA (Mencari Cinta Sejati), harus diakhiri sampai di sini. Cinta Heru yang terombang-ambing di antara sekian wanita mendapatkan muara pada seseorang melalui perjodohan. Namun cinta yang tumbuh bisa jadi adalah cinta yang sejati, bukan karena harta dan tahta. Mungkin pembaca menyadari bahwa salah satu bab, yaitu bab 37, tidak ada di buku ini. Bab itu terpaksa dicopot agar pembaca merangkai sendiri adegan demi adegan yang ada dalam bab itu. Bisa, kan? HeheâĶ Tentu masih banyak pertanyaan yang harus dijawab. Bagaimana nasib pak Kusuma? Bagaimana nasib Bunga? Bagaimana nasib Rara? Dan bagaimana kehidupan Heru dan Laksmi selanjutnya? Mudah-mudahan kisah KALIMAYA 2 (Cinta Yang Hilang) bisa segera hadir, karena akan disela oleh kisah yang lainnya, seperti BELLANOVA. Ditunggu saja, sampai jumpaâĶ
LAKSMI menatap Heru yang baru datang. Matanya sudah sembab karena menangis. âSorry, sayangâĶ tadi aku segera ke sini, cuma jalanan benar-benar padat,â bujuk Heru sambil meraih dan memeluk Laksmi. âGimana, masâĶ papi ditangkap polisiâĶâ Laksmi kembali menangis di pelukan Heru. âKamu tenang dulu, ya, nanti kita mengurusnya. Ini mungkin hanya kesalahan sajaâĶâ Heru lalu menelepon Rudi. Dalam situasi seperti ini, tidak ada orang yang mampu mengatasinya selain sahabatnya itu. âRud, pak Kusuma ditangkap polisi,â lapor Heru. âIya, aku tahu,â jawab Rudi di ujung sana. âKenapa, Rud?â âTindak pidana, Her. Sebaiknya kita ketemu untuk membicarakan ini, kurang baik kalau bicara di telepon.â âOke, aku akan ke tempatmu.â âĶ Heru tampak tegang sekali ketika menemui Rudi. âKamu harus menolongnya, Rud,â pinta Heru. Tetapi Rudi langsung menepisnya. âSorry, kali ini tidak bisa, Her. Pak Kusuma telah mengg
HERU bukan tidak tahu Bunga sangat merindukannya, begitu pun dia, sangat merindukan Bunga. Gadis centil itu telah merampas hatinya, membuatnya selalu terkenang, membuatnya menatap matahari yang bersinar di antara bunga-bunga di taman indah. Tetapi jika dia terus berhubungan dengan Bunga sementara dia akan menikah dengan Laksmi, pasti akan lebih menyakitkan lagi. Dia telah membuat keputusan, orang tuanya pun sudah datang melamar Laksmi secara resmi, pernikahan sudah disiapkan. Tidak ada jalan mundur lagi. âCintaâĶ Apakah itu cintaâĶBertanyaâĶ tanpa sengajaâĶâ Kembali alunan lagu itu mengiang di telinganya. Apakah benar dia telah jatuh cinta kepada Bunga? Apakah Bunga yang menjadi cintanya? Ah, sulitnya meramalkan jodoh, siapa yang dicinta dan siapa yang dinikahiâĶ âTetapi, berikanlah Bunga sedikit kesempatan untuk bertemu,â teriak hati Heru sendiri. âJangan biarkan dia, kasihan, jangan didiamkan. Apa salahnya? Kamu harus bertan
SEBENARNYA, Heru dan Laksmi tidak ingin merayakan pernikahan mereka secara besar-besaran. Bahkan mereka ingin menikah di luar negeri saja, tanpa pesta. Tetapi pak Kusuma mempunyai keluarga besar yang ningrat dari Yogyakarta, tidak mungkin anak tunggalnya menikah begitu saja tanpa perayaan yang melibatkan keluarga besar. Sementara dari keluarga Heru yang di Malang, tidak terlalu mempersoalkan pesta pernikahan. Heru sudah merantau sejak tamat SMA ke Jakarta, dan jarang pulang. Heru sudah seperti âanak hilangâ. Dalam rangka pernikahan ini, orang tua Heru hanya sekali datang ke Jakarta untuk melakukan prosesi lamaran. Sesuai janjinya, pak Kusuma mengatur semua pesta pernikahan di sebuah hotel mewah di Jakarta, termasuk seluruh biayanya. Bagi pak Kusuma, pesta pernikahan putri tunggalnya ini adalah show atas keberhasilannya di ibukota. Seluruh keluarga besarnya tidak boleh memandang rendah kepadanya! Laksmi menjadi repot sekali dengan urusan w
BERITA tentang rencana pernikahan Heru dengan Laksmi ternyata disampaikan oleh pak Kusuma kepada Rudi. âJadi, kamu memutuskan untuk nikah dengan Laksmi,â kata Rudi ketika mereka bertemu di sebuah kafe. Heru tidak segera menjawabnya, dia ingin tahu dulu bagaimana sikap Rudi. Hal ini terkait dengan banyak hal, termasuk âmisiânya menjadi direktur di perusahaan Rudi, serta --dugaan Heru-- hubungannya dengan Bunga yang menjadi sahabat Astrid! Tetapi karena Rudi sendiri memilih diam tidak berkomentar lagi, Heru akhirnya bertanya, âapakah kamu keberatan?â Rudi menatap Heru dan tersenyum. Entah kenapa, senyum Rudi kali ini terasa misterius bagi Heru. âMemangnya kenapa aku keberatan, brother!â kata Rudi. Tetapi Heru yakin, kata-kata Rudi itu hanyalah lip service belaka. Ada hal lain yang seharusnya dia katakan, sehingga dia meminta Heru untuk bertemu. âKatakan, Rud! Apa menurutmu?â desak Heru. Rudi menyeruput kopinya, b
MINGGU pagi, sudah cukup siang, Heru iseng mengunjungi lapak bu Ratna. âSelamat pagi mas, butuh Bunga lagi?â sapa bu Ratna ceria. Heru tersenyum. âTidak bu, saya butuh secangkir cairan hangat,â jawab Heru berteka-teki. Bu Ratna mengerenyit, mencoba berpikir apa yang dimaksud Heru. âSecangkir kopi?â âTidak bu Ratna cantikâĶâ sahut Heru nakal menggoda, membuat wajah bu Ratna merona merah. Efek pujian gombal itu ternyata masih mengena pada bu Ratna. Memang bu Ratna belum terlalu tua, dan masih selalu berdandan. âSaya mau bu Ratna membuatkan saya secangkir coklat panas, mau kan bu?â Coklat panas tidak ada dalam menu yang dijual bu Ratna, tetapi siapa tahu bu Ratna mau berbaik hati mebuatkannya? Heru hanya mencari sesuatu yang tidak biasa saja. âOh, tentu saja!â ternyata bu Ratna menyanggupinya. Ketika Heru sedang menikmati coklat panas spesial itu, tiba-tiba Laksmi muncul dan mendatangi. Laksmi berpakaian olah raga, terlihat
âBAIKLAH Heru, kamu menang,â berkata pak Kusuma akhirnya. Heru bimbang, karena tidak paham maksud pak Kusuma itu. âApa maksud bapak?â tanyanya. âAku tidak akan mencampuri hubungan kalian, hubunganmu dengan Laksmi. Tapi aku mohon, sebagai bapaknya, jangan permainkan anakku! Dia anak kami satu-satunya, kami besarkan dia dengan sepenuh hati, kami sekolahkan dia di luar negeri, dan kini kami support dia dalam bisnisnya. Dia anak yang sangat baik, penurut kepada orang tua. Dan jugaâĶ sudah waktunya kami mempunyai cucu! Maka kalianâĶ segeralah kalian menikah!â Walaupun sudah berusaha menyimak kata-kata pak Kusuma, Heru masih belum paham juga maksud di balik kata-kata itu. Kata-kata itu terlihat sederhana. Lebih merupakan kata-kata seorang bapak biasa. Tetapi, ini yang mengucapkannya adalah seorang direktur utama perusahaan besar, seorang direktur senior. Tidak mungkin sesederhana kedengarannya! Tetapi apa yang bisa dia lakukan sekarang? Membatalkan perjodohan
HARI sudah siang ketika ponsel Heru berteriak, ada telepon dari kantor! âPak, maaf. Apakah bapak masuk kerja hari ini?â tanya Lia, sekretarisnya. Heru mengucek-ucek matanya agar penglihatannya menjadi terang. Sudah lewat jam sebelas siang! Dia bangun kesiangan, gara-gara tidak bisa tidur semalaman. âMasuk, mbak Lia,â jawab Heru meyakinkan. âTadi pak dirut ke ruang bapakâĶâ âOh ya, nanti saya akan menemuinya,â sahut Heru. Telepon ditutup. âAda apa lagi dia mau menemuiku? Laksmi pasti sudah melapor ke papinya!â gerutu Heru dalam hati. Masih terasa berat otaknya untuk bekerja. Dia masih lelah karena mimpinya, di tengah suasana pernikahannya, seorang wanita datang menuntutnya untuk membatalkan pernikahan itu, dia bilang lebih berhak untuk dinikahi karena telah memiliki anak darinya! Keluarga wanita itu mengejarnya, ingin menangkapnya untuk dinikahkan dengan wanita ituâĶ Pas jam 13, Heru masuk ruangan pak Kusuma. âSelamat siang, pak,â
KETIKA kembali ke apartemennya, Heru tidak bisa tidur. Hari ini terasa paling berat dari seluruh hari yang pernah dilaluinya. Dilabrak sama calon mertua, masih bisa dia atasi dengan mudah. Tetapi menghadapi seriusnya hubungan dengan anaknya, barulah dunia ini terasa sangat berat. Dia sekarang dihadapkan pada kenyataan bahwa dalam perjalanan hidupnya, dia harus KAWIN! Dia harus memilih dengan siapa dia akan kawin, dan menghabiskan seluruh sisa hidupnya dengan perempuan itu saja. Jika dia bersama perempuan lain, maka itu perbuatan selingkuh, perbuatan tidak setia dengan pasangan, dan akan mengancam keharmonisan keluarga, bukan hanya rumah tangga. Kapan dia akan kawin? Selama ini dia belum punya rencana, bahkan belum memikirkan akan kawin. Hubungannya dengan perempuan-perempuan masih sebatas ketertarikan biologis, kekaguman terhadap kecantikan, dan kadang-kadang (atau lebih sering?) karena keberuntungan melibatkan dia dengan perempuan-perempuan yang tidak mampu