Tanti sudah tahu semuanya, Kamini selalu terbuka padanya. Namun jelas Tanti tidak akan menceritakan hal apapun pada Dirandra. Biar saudaranya itu mencari kebenaran sendiri. Ia ingin saudaranya itu bisa belajar dari kesalahan yang pernah ia lakukan. Tanti cerdas bukan?
“Gimana Mas?” tanya Tanti penasaran dengan tanggapan Dirga.
Tanti sibuk dengan ponselnya di bangku belakang sedangkan Dirga beserta dengan Dirandra duduk di depan. Dengan Dirga yang mengemudikan mobil, Dirga tampak tertekan karena sedari tadi Dirandra menyuruhnya untuk mengebut dan selalu mengumpat jika mendapati kendaraan lain menyalip mobil mereka.TantiE:Ipar syanti
Sementara Dirandra dengan menggendong bayi tersebut, ia masuk dengan terburu-dudu duluan ke rumah dengan meninggalkan mereka berdua.Mereka tidak menyadari jika ada satu mobil yang sedari tadi terparkir tak jauh dari kediaman keluarga Ekadanta. Pengemudinya mengintai aktifitas penghuni rumah.
“Pokoknya kamu nggak bisa tinggalin aku! Hanya Yolanda yang boleh mencampakkan laki-laki bukan sebaliknya. Kau dengar Nino! Brengsek kamu, laki-laki tidak tahu diri!” seru Yolanda sembari memukuli dada Nino membabi buta. Raut wajah Yolanda sudah memerah, marah. Yolanda jelas tidak akan membiarkan Nino mencampakkannya. Ia sudah memastikan bahwa anaknya dirawat oleh Dirandra. Jadi ia akan segera menggugat cerai Dirandra dan hidup bersama Nino itu rencananya. Biar saja Dirandra merasakan mengurusi anak cacat darinya itu akibatnya dulu Dirandra lebih memilih mengurusi wanita lain dan bukan dirinya.
Beberapa orang petugas kepolisian mendatangi kediaman keluarga Ekadanta untuk mengabarkan bahwa Yolanda telah meninggal dalam kecelakaan. Dirandra beserta petugas polisi segera menuju Rumah Sakit dan mengurus mayat Yolanda. Sebelumnya ia telah menghubungi orang tua Yolanda. Mereka meminta agar Yolanda dikebumikan di samping pusara adiknya Dimas. Orangtua Yolanda tampak sangat terpukul. Pasalnya dua dari keenam anaknya meninggal dalam kecelakaan, sedangkan untuk bayi yang telah dilahirkan oleh Yolanda mereka menyerahkan kepada Dirandra.
“Astaga. Jika mereka tahu apa yang Diran lakukan pada Kamini, gimana ya Yah?” tanya Dirandra. Tampak kekhawatiran menghiasi nada suaranya. Ia tahu betul siapa keluarga Berto itu, Terutama seorang Edgar Berto karena Edgar dahulu adalah kakak tingkatnya di kampus itu. Pantas saja Alex Wijaya tidak mau berterus terang padanya waktu bertemu tempo dulu, keluarga mantan istrinya bukan sembarang orang rupanya dan jika sampai ini dirinya masih utuh itu juga pasti ada andil dari istrinya. Tidak mungkin Edgar membiarkan anggota keluarganya tersakiti dan dirinya diam tanpa bereaksi.
Terdengar isak tangis dari ujung lain telepon. “Mas kenapa bisa begitu Tan?”“Aku nggak tahu Teh. Aku takut, Mas udah beda banget. Nggak mau kerja, nggak mau tengok anak dan cuma ngurung diri di kamar terus.”“Apa mungkin dia depresi?”
Mbak Titin asisten rumah tangga Kamini dengan berlari kecil menjumpai Janu.“Sini cium Mbak Titin dulu baru cus.” Mbak Titin meraih kedua sisi wajah Janu dan menciuminya gemas. Kamini dan Janu terkekeh.“Udah, nanti gantengnya Janu habis,” protes Janu. Seraya menjauhkan ke
Tanti seketika melotot dan tersedak.“Uhuk, uhuk. Aduh Bunda bikin kaget!” seru Tanti.Tania kaget dan menepuk-nepuk punggung anaknya dan mengulurkan gelas es teh kepada Tanti. Tanti menerima gelas es tersebut dan menegaknya banyak-banyak. Tanti beranjak dari duduknya kemudian menatap