"Kamu!"Mata Aryo melotot dengan raut wajah yang merah padam, menandakan amarah tengah menguasainya.Kanaya berjalan pelan namun elegan masuk ke dalam ruangan meeting yang kacau itu. Seluruh kepala staft dan komisaris seketika diam tanpa kata melihat kedatangan Kanaya beserta dua bodyguard di belakangnya. Wahono bangkit berdiri, lantas mempersilahkan Kanaya untuk duduk di kursi yang tadi ia duduki. Aryo menatap tajam Kanaya yang seolah enggan menatapnya. Hanya senyum tipis yang ia lempar membuat amarah Aryo kian meluap."Apa-apaan ini? Kenapa wanita ini bisa masuk ke perusahaan?" Tanyanya dengan nada membentak yang entah ia tujukan untuk siapa.Tak ada siapapun yang menjawab pertanyaan Aryo, semua orang sibuk dengan pikiran masing-masing melihat Kanaya diperlakukan istimewa oleh Wahono yang mereka tahu adalah pengacara keluarga Sutedja.Hening sesaat menyelimuti ruangan ini. Hingga akhirnya Wahono membuka suara."Perkenalkan, pemilik resmi PT. PURAJAYA, ibu KANAYA INDAH SUTEDJA!" T
Meledak sudah bom yang selama ini aku simpan rapat-rapat dari lelaki berhati iblis itu. Entah apa yang kini ada di otaknya? Aku sudah tidak peduli lagi. Bahkan ketika ia berlutut merengek memohon ampun, hatiku tak sedikitpun tersentuh. Dengan entengnya ia mengucapkan maaf setelah apa yang ia lakukan terhadapku dan Mamaku. Tidak, tidak semudah itu Aryo! Kau pun harus merasakan sakit yang kami rasakan. Bukan 1 tahun 2 tahun kami menderita akibat keserakahanmu dan dengan tanpa tahu malu kau berucap maaf? Pintu maafku sudah tertutup rapat semenjak aku tahu akan kisah hidupku. Pikiranku terlempar pada kejadian 13 tahun yang lalu. Dimana itulah kali pertama aku mengetahui siapa diriku."Neng, kenapa teh pulang-pulang nangis sesenggukan begitu? Ada apa?" tanya wanita sepuh yang aku panggil Bibik itu kala aku pulang dari sekolah dengan bersimbah air mata. Tanpa kata aku merangsek ke dalam pelukan wanita renta itu. Beliau membelai kepalaku dengan ketulusan."Apa benar aku anak pungut, Bik?" t
"Kamu!" pekik Ratna kala ia melihat Kanaya yang tengah berjalan dengan elegan memasuki rumah besar yang selama ini ia tinggali bersama Aryo."Hallo, Nyonya Ratna! Apa kabar? Aku lihat kau nampak menyedihkan!" ejeknya dengan senyum miring."Bangs*t! Jadi semua ini ulah kamu, HAH!" jeritnya lagi dengan meronta berusaha melepaskan ikatan di kedua tangannya dibelakang tubuhnya.Kanaya mengabaikan jeritan Ratna dan beralih menatap Dewa dengan kondisi yang sama-sama menyedihkan."Pak Dewa! Jantung masih berdetak sempurna, kan?" tanya Kanaya yang lebih seperti ejekan."Apa maumu?" tanya Dewa tetap tenang dan justru membuat Kanaya tertawa keras."Mauku? Kalian masih tak tahu apa mauku?" desis Kanaya."Kalau kau hanya mau Bara, ambillah! Setelah semua harta Aryo jatuh ke tangan Suci." ucap Ratna tanpa tahu malu."Benar! Setelah itu kami tak akan lagi menganggumu!" dukung Dewa."Wooow. . .pasangan yang sangat kompak!" decak Kanaya seraya menggeleng pelan.Kanaya menjatuhkan tubuhnya di sofa be
"Rin-jani!" Aryo diam mematung di tempatnya dengan wajah pucat pasi. Pandangan matanya tak beralih sedikitpun dari wanita yang ia nikahi 35 tahun yang lalu. Wanita yang sampai hari ini masih sah sebagai istrinya secara hukum negara. Rinjani menatap nyalang Aryo Wijaya. Ia bangkit berdiri dan melangkah pelan mendekati Aryo Wijaya."Bagaimana kabarmu, suamiku?" Tanyannya dengan senyum mengejek."Ka-kamu-" gagapnya dengan memindai Rinjani dari atas hingga bawah."Kau tentu tak menyangka, bukan? Aku bisa menginjakkan kaki lagi di rumah ini? Rumah peninggalan orang tuaku, rumah sedari aku kecil." Ucapnya menatap tajam Aryo. Aryo meneguk ludah susah payah. Gemetar tubuhnya kian jelas terlihat."Selamat datang, kalian para pengkhianat!" Ujarnya dengan suara lantang. Lantas ia kembali berdiri di samping Kanaya juga Bara. Aryo mematung di tempat, seolah tak mampu menggerakkan kakinya sedikitpun. Detik berikutnya ia tersadar, ia menghampiri Rinjani dan berlutut di kakinya."Jani, maafkan ak
"Kau, sudah tahu dari lama?" Gumam Ratna tak percaya."Benar! Sejak di bangku SMA aku sudah tahu jika kau bukan Ibuku!" Jawabnya mantap dengan mata memerah menatap tajam Ratna yang kian ciut nyali."Kalian manusia serakah tapi bodoh! Dan saatnya kalian menerima balasan dari apa yang sudah kalian lakukan terhadap Kakakku dan Mamaku. Juga terhadap Kakek dan Om Satya serta Pak Marko." Desisnya masih menatap tajam ketiga orang paruh baya yang menyedihkan kondisinya."Kalian belum melupakan pengakuan yang keluar dari mulut kalian sendiri tentang ketiga orang itu, bukan?" Ejek Arkan dengan senyum kemenangan di bibirnya.Aryo, Ratna dan juga Dewa semakin tak berkutik. Pasalnya, setiap kejadian apapun mereka membicarakannya di hadapan Arkan. Tanpa mereka sadari hal itulah yang kini jadi boomerang bagi mereka sendiri.Tak lama masuklah segerombol polisi yang sudah Arkan siapkan dan segera meringkus mereka. Ratna menjerit dan meraung hingga suaranya memenuhi ruangan."Arkan, jangan perlakukan M
Hari ini kantor pusat PURAJAYA mengadakan acara penyambutan untuk pemimpin baru mereka yaitu Kanaya. Semua sudah dipersiapkan oleh Satria Abimanyu, atau yang lebih akrab dipanggil Bima yang merupakan CEO dari PURAJAYA selama ini.Kanaya tiba di kantor dengan didampingi Arkan juga Rinjani. Kedatangan mereka disambut hangat oleh seluruh staf dan jajaran yang dengan setia bekerja untuk kemajuan perusahaan.Beberapa di antara ratusan orang di perusahaan itu, terlihat salah tingkah kala bertemu Kanaya. Pasalnya merekalah yang sempat meragukan jati diri Kanaya dan memihak pada Aryo Wijaya."Selamat datang kembali, Bu Rinjani!" Sambut Bima begitu Rinjani dan kedua anaknya melewati karpet merah penyambutannya dan berjalan menuju podium yang sudah disiapkan."Terimakasih, Pak Bima! Terimakasih sudah setia dengan kami selama ini," ucap Rinjani tulus dan dibalas senyum hangat CEO kepercayaan Aryo Wijaya itu. Namun nyatanya, dedikasi dan loyalitasnya untuk perusahaan tidak bisa diragukan lagi.Ri
"Mau apa lagi?" hardik Kanaya dengan bersedekap dada menatap Suci yang membelakanginya.Suci berbalik dan mendapati Kanaya dengan raut wajah tak bersahabat."Nay, aku mohon kembalikan Sofia!" pintanya memelas. Kanaya sedikit tertegun dengan perubahan Suci padanya. Biasanya dia akan datang dengan marah-marah ataupun mengamuk kesetanan, kini ia datang dengan tatapan permohonan bahkan matanya berkaca-kaca."Sofia ada sama Bara, bukan padaku. Kenapa kau minta padaku?" ucap Kanaya membuang pandangannya ke arah lain, ia tak mau luluh dengan wajah memelas yang Suci tunjukkan."Nay, aku mohon! Bujuk Bara supaya mengembalikan Sofia padaku! Hanya dia yang aku punya sekarang, Nay," pintanya lagi bahkan kini air mata telah luruh di kedua pipinya. Kanaya bergeming, satu sisi hatinya iba melihat Suci yang demikian. Ia merasa bersalah telah memisahkan Sofia darinya, biar bagaimanapun Sofia memanglah hak Suci. Tapi ia ragu bahwa dia akan memperlakukan Sofia dengan baik, karena selama ini ia bahkan
Hening menyelimuti perjalanan kami menuju rumahku. Ya, untuk sementara waktu kami akan tinggal sementara di rumah yang selama ini aku tempati sampai rumah Mama selesai direnovasi. Bukan renovasi total, hanya renovasi di beberapa bagian dan sedikit merubah desain interiornya saja. Juga mengganti warna cat dan mengganti perabotan di dalamnya, untuk menghilangkan jejak Ratna dan Aryo di sana.Tak sampai 30 menit kami sudah sampai di rumah sederhana ini. Rumah ini 10x lebih kecil di banding rumah Mama, tapi sangat nyaman buatku. Karena rumah ini adalah hasil jerih payahku sendiri, murni tanpa bantuan dari siapapun termasuk Bik Rum."Yuk, Ma!" Ajakku lantas bergegas membuka pintu mobil dan segera turun. Tak lama terdengar dentuman pintu mobil dari arah belakang dan kemudi.Segera aku melangkah membuka pintu rumah yang sudah 3 hari ini aku tinggalkan. "Maaf, ya, Ma, rumahnya kecil," ungkapku setelah kami masuk ke dalam. Mama menatapku dengan pandangan yang, entahlah."Mama bangga padamu, N