Share

BAB 43. Ayah Gila.

🌸🌸🌸🌸

“Nah, ini dia sudah pulang. Kenapa kamu lama sekali, sih!” ucap Nindi saat aku baru saja membuka pintu rumah.

“Eh, bisu ya! Itu mulut kenapa diam saja!” serunya lagi.

Aku malas menanggapi ucapan Nindi kuayunkan kaki menuju tempat makan rasanya aku lapar sekali padahal tadi aku sudah makan di kantin.

“Mbok, aku mau makan!” teriakku saat kudapati tidak ada satu asisten pun di rumah ini. Mendengar teriakanku justru Nindi tertawa terbahak-bahak.

“Mau kamu teriak sampai tenggorokanmu rusak tidak akan ada yang menyahut. Mereka sudah dipecat Om Hendra. Pekerjaan rumah kamu yang kerjakan sendiri.” Sebenarnya aku terkejut mendengar pengakuanku Nindi, tapi berusaha untuk biasa saja. Aku tahu sifatnya, dia akan sangat puas jika lawan bicaranya kalah.

“Kamu akan jadi Upik abu di istanamu sendiri, Al. Duh, kasihan deh!” ejeknya.

“Kamu berisik banget sih, sudah seperti kaleng rombeng. Pergi sana aku mau makan!” Usirku.

“Heh, Upik abu. Kamu enggak usah berlagak Nyonya lagi ya, di sini. Seka
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status