Share

BAB 52. Ayah ingin bertemu.

“Nenek tahu ini sudah jadi ketentuan yang di atas, tapi Nenek juga merasa bersalah kenapa Nenek tidak tahu semuanya. Andai Nenek tahu, pasti Kejadian tidak akan seperti ini.”

“Nek, aku tahu Nenek sedih, aku pun sangat merindukan Ibu dan juga merasa kehilangan. Aku benci orang-orang itu. Rasanya aku ingin sekali membunuh mereka semua, tapi apa dayaku. Tangan mungil ini tidak bisa berbuat lebih, Nek.”

Aku dan nenek berpelukan saling menguatkan.

Takdir hidup siapa yang tahu. Tugas kita hanya menjalani sebaik mungkin. Nasihat itulah yang selalu aku pegang hingga kini, nasihat dari ibuku.

“Eeh, kok pada nangis gitu, itu makanan juga dianggurin aja. Kasihan nanti nansinya nangis. Om makan aja, ya?” ucap Om Ardi yang tiba-tiba sudah ada di pintu kamarku.

“Om lapar, ya? Sama aku pun lapar.”

“Sini Ibu suapin.” Nenek menarik lengan Om Ardi. Kami bergantian disuapi seperti anak kecil. Kalau Aldi masih ada pasti dia juga akan berebut minta disuapin.

“Kok nangis lagi?” Om Ardi menjawil hidungku.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status