Menjelang malam Dinda merapikan kamarnya dan bersiap untuk tidur.
"Ahh aku lupa jika malam ini Mas Rangga tidak tidur bersamaku!!" keluh Dinda.Ia lalu menutup pintu kamarnya, tapi Rangga menahannya."Izinkan aku masuk!" izin Rangga."Masss...." Dinda memaksa untuk menutupnya, namun tangan Rangga tetap menahannya."Jangan seperti ini Mas!!!" larang Dinda pada suaminya.Dinda yang tidak mampu menahan tenaga Rangga akhirnya terdorong masuk."MASSS," bentak Dinda."Aku gak bisa tidur dengan wanita lain Din!" rengek Rangga sambil memeluk Dinda."Mas dia istrimu bukan wanita lain, kamu sudah mengucap janji suci di hadpaan Allah dan orangtuanya," jelas Dinda, lalu ia melepas pakasa pelukan suaminya."Aku tidur di sini saja!!" paksa Rangga yang malah merebahkan diri do tempat tidur."Masss.... aku mohon jangan buat Mamah mu marah lagi!!" bujuk Dinda pada suaminya.Mata Rangga menatap langit-langit kamar Dinda."Aku hanya ingin bahagia, itDi dalam kamar Fasha terus memperhatikan Rangga. Fasha membuka perlahan kancing baju yang Rangga kenakan, namun Fasha mengurungkan niatnya."Apa bagusnya wanita jalang itu?" kesal Dinda, ia lalu kembali tidur membelakangi Rangga.Ternyata malam pertama Fasha dan Rangga gagal. Masuk kamar tak lama Rangga langsung tertidur pulas ia sengaja minum obat tidur terlebih dulu agar bisa tidur cepat. Hal membuat Fasha kesal saat tidur Rangga terus saja mengigau memanggil-manggil Dinda.****Dinda melakukan aktivitasnya seperti biasa selesai sholat subuh ia langsung turun ke bawah untuk mempersiapkan sarapan untuk keluarga."Pagi Bi Darmi, " sapa Dinda.Bi Darmi hanya mengangguk, namun tak melepaskan tatapan matanya dari Dinda.Bi Darmi menggelang, ia salut pada Dinda yang tetap tegar dan masih bisa beraktivitas seperti biasa."Non Dinda TOP," puji Bi Darmi sambil mengacungkan jempolnya."Apaan sih Bi ah," canda Dinda pada Bi Darmi.Mereka pun tersenyum bersama.Dinda memasak makanana spesial ke
Suasan makan malah terlihat menjadi canggung karena sebelumnya Fasha dengan bangga memamerkan dirinya yang kewalahan melayani Rangga."Hmmmm masakan istriku selalu paling enak!!" puji Rangga sambil tersenyum pada Dinda.Fasha yang tau mau kalah menyambar ucapan Rangga, "Nanti makan malam aku masakin kamu makanam enak yah!!" Rangga hanya mengangguk."Wahh... kamu bisa masak?" tanya Mamah Tari."Aku pernah ikut kelas masak Mah," jawab Fasha."Perempuan yah harus bisa masak! jadi pagi-pagi tuh makanan udah tersaji di meja, kalau bangun aja sampai kesiangan bagaimana bisa layani suami," sindir Papah Harto pada Fasha yang bangunnya kesiangan, seketika Fasha menunduk karena malu.Mamah Tari langsung membela, "Pinter sih, tapi kan mandul.""MAHH!!"Brukkkk, terdengar sura meja yang pukul oleh Papah Harto."Ini masih pagi Mah,"bentak Papah Harto yang langsung berdiri dan meninggalkan meja makan.Semua langsung terdiam. Papah Harto sepertinya mara
Selesai bekerja Rangga pun menemani Fasha untuk cek kesehatanny ke dokter kandungan."Bapak dan Ibu silahkan duduk saya akan menjelaskan hasil pemeriksaannya!" Dr. Nia mempersilahkan Rangga dan Fasha untuk duduk."Coba di lihat ini adalah kantung yang nantinya akan menampung cairan sperma dan yang akan menjadi bakal anak. Kondisinya sangat baik yah jika Bapak dan Ibi merencanakan untuk memiliki seorang anak!!" papar Dr. Nia."Jadi tidak ada masalah sama sekali Dok?" tanya Rangga penasaran karena Fasha pernah sakit keras sebelumnya."Sama sekali tidak Pak, kondisi Ibu sehat, rahim beliau pun sehat!!" jelas sang dokter.Rangga terlihat begitu lega dan tersenyum bahagia.****"Lihat aku sudah sehat kan, kenapa kamu tidak mau menyentuhku sama sekali?" tanya Fasha atas kejadian semalam.Rangga terdiam karena di satu sisi dia memikirkan perasaan Dinda yang membuatnya begitu berat, apa lagi pernikahan terjadi atas dasar paksaan. Rasa cinta Rangga pada Fasha
"Kamu senang??" tanya Rangga."Bangettttt," jawab Fasha."Makasih yah Ngga....," ucap Fasha yang langsung memeluk Rangga.Awalnya Rangga ragu untuk memeluk kembali Fasha, namun lambat laut Rangga pun membalas pelukan Fasha. Sepertinya Rangga mulai menemukan rasa kenyaman itu kembali."Fasha, mengapa takdir kita harus berakhir seperti ini?" batin Rangga."Kamu lapar gak?" tanya Rangga seraya melepaskan pelukannya.Fasha mengangguk."Ya udah kita makan dulu yah!" ajak Rangga.Rangga pun membuka tangannya di hadapan Fasha. Fasha bengong karena tidak mengerti, Rangga pun terus menyodorkan tangannya. Fasha pikir Rangga mau pinjam uangnya. Ia mengeluarkan dompetnya."Ya ampun!!" kesal Rangga. Ia langsung menggandeng tangan Fasha."Ohh... tangan," Fasha pun tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya.Rangga mengajak Fasha makan di sebuah mall. Rasanya memang masih canggung, tapi Rangga kembali menggandeng tangan Fasha. Sepanjang mer
Selesai makan malam, Fasha dan Rangga memutuskan untuk pulang."Mas malam ini padahal aku sudah janji mau memasak buat kamu," ucap Fasha diperjalanan pulang."Gak papa lain kali aja, tapi emang bener Sha kamu bisa masak?" tanya Rangga seolah tak percaya."Ya elah.... kamu tuh raguin kemampuan aku," kesal Fasha."Secara yahh seorang Fasha yang aku tau dia dulu makan aja kadang masih suka di suapin sama Tante Maya, makanya waktu kamu bilang mau masak buat aku, aku tuh ya gak yakin," cerita Rangga yang mengenang kemanjaan Fasha dulu."Itu kan dulu, sekarang tuh aku udah jago!" bangga Fasha."Masak apa? paling masak air," goda Rangga pada Fasha."Yeee serius, entar yah kalau aku masak pasti langsung jatuh cinta sama masakan aku!" tantang Fasha yang siap mengadu rasa maskannya."OKE!!" mantap Rangga.**** Akhirnya mereka sampai. Di rumah Mamah Tari sudah tidak sabar mendengar hasil pemeriksaan."Gimana hasil pemeriksaannya?" tanya Mamah Tari yang sudah tidak sabar."Suruh duduk saja dulu
"Sepertinya kamu begitu bahagia dengan Fasha, Mas," sindir Dinda yang melihat suaminya datang dengan mood yang sumringah."Dinnn... masa aku harus cuek sih sama dia? Kan kamu yang selama ini selalu nyuruh aku buat adil, bahkan sekarang pun Fasha lho yang minta aku buat temani kamu!!" balas Rangga yang mulai terlihat membela Fasha."Oh jadi kamu ke sini karena di suruh Fasha bukan karena kemauan kamu Mas?" kesal Dinda pada suaminya."Kamu ko malah jadi nyalahin Fasha sih Din? selama ini kan kamu yang selalu suruh aku buat adil, sekarang aku berusha buat adil antara kamu dan Fasha, tapi kamu malah marah kaya gini?" Rangga bingung dengan sikap istrinya yang justru malah marah saat ia berusah untuk bersikap adil."Aku kan biasanya juga prioritasin kamu Din, bahkan kadang aku abaikan Fasha sampai aku pun tak pernah sedikitpun menyentuh dia!" ucap Rangga yang mulai emosi karena sikap Dinda padanya."Kalau kamu mau tidur sama dia ya silahkan!!" tutur Dinda.Rangga menarik nafasnya mencoba me
Fasha yang sadar dengan tatapan Rangga padanya lalu menutup tubuhnya kembali dengan cardigan dan ia pun tidur di samping Rangga."Ko di pakai lagi sih?" tanya Rangga agak canggung sebenarnya."Emhh... aku takut kamu gak nyaman! Maaf yah, soalnya aku udah biasa pakai baju seperti ini kalau tidur," jawab Fasha.Rangga jadi merasa bersalah dan kikuk.Dia bingung apa yang harus ia lakukan. Fasha bangun kembali lalu menyodorkan segelas air pada Rangga. Air tersebut langsung di teguknya habis seketika.Rangga pergi ke kamar mandi. Ia benar-benar bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya dan otaknya yang tidak bisa berpikir jernih.Saat keluar dari kamar mandi ia melihat Fasha sudah berbalut selimut tebal. Rangga malah merasa bersalah pada Fasha.Melihat Fasha yang sudah tertidur Rangga lalu pun ikut berbaring di sisinya."Selamat malam is-triku," satu kecupan mendarat di kening Fasha. Ia pun coba untuk memejamkan matanya, namun itu semua tak berhasil.Rangga menoleh pada Fasha yang tidu
Saat terbangun rasanya seperti mimpi bagi Fasha akhirnya dia bisa memiliki laki-laki yang yang begitu ia cintai. Tak sia-sia jika selama ini ia menjaga dirinya untuk ia persembahkan semua untuk Rangga. Rangga pun yang terbawa suasana malam tadi masih memeluk erat Fasha karena di hati kecil Rangga masih ada ruang untuk Fasha."Morning," sapa lembut Fasha pada suaminya.Rangga agak terkejut ia mengintip selimut yang membalut mereka berdua. "Ahh... semalam aku melakukannya," batin Rangga.Ia agak canggung dengan Fasha, namun apa yang terjadi bukanlah sebuah dosa karena mereka sudah menikah. "Pagi juga," balas Rangga."Apa kamu menyesal?" tanya Fasha sedih karena melihat ekspresi dari Rangga."Engga lah, ini sudah kewajiban buat kita!" jawab Rangga sambil memberi senyum pada Fasha."Kalau begitu aku mandi dulu yah," kata Fasha yang beranjak pergi dari tempat tidurnya, namun memberikan sinyal nakal pada Rangga dengan menggigit telinga Rangga.Sontak Rangga hampir saja reflek menyingkirk