16. TerdesakArcheros lantas mengepakkan kedua sayapnya, melesat menuju ke langit-langit ruangan. Menajamkan indera penglihatannya, mencari gerak-gerik sekumpulan pelaku yang melesat ke sana-sini mengubah posisi penyerangan mereka. Dengan mendengus kecil, kedua tangan terangkat dengan bola-bola api yang mengelilingi tubuhnya-berputar menunggu perintah. Hanya dengan sekali gerakan tangan bola-bola itu terlempar menyerang sekumpulan orang-orang berpakaian hitam.Sedangkan Glo mengaktifkan jiwa naganya tetapi tetap mempertahankan sifat manusianya. Manik birunya menyala, senyum geli terpatri di wajahnya. Menertawakan nasib sekumpulan sampah yang tengah menjemput kematiannya. Semua indera tubuhnya menajam, dia langsung memberikan pukulan telak kepada beberapa orang yang melesat maju hendak menyerang sang ratu.Kyana berdiri di belakang Glo, gadis itu tengah memfokuskan diri untuk memberi pelindung tak kasat mata kepada kaum lain yang masih kesulitan mencari jalan keluar. Anggap saja gadis
17. Lenyapnya Kaum Satu per SatuDi halaman Istana Vampir tidak sebaik yang mereka pikir. Entah dari mana para mayat yang telah ribuan mati pun tiba-tiba kembali bangkit, berhasil mengepung mereka. Kyana jadi bertanya-tanya apakah mereka juga mengepung seluruh penjuru Dunia Immortal?"Ratu, semua ini akan sia-sia. Kita hanya akan kehabisan banyak tenaga," ujar Glo.Apa yang dikatakan laki-laki itu benar. Mereka sudah membuktikan sebelumnya bahwa mereka tidak bisa membunuh mayat hidup itu. Jika mereka terus memaksa untuk menyerang, yang ada mereka akan kehilangan banyak tenaga dan berujung kematian menyambut mereka. Tidak ada pilihan lain, selain pergi dari tempat itu.Kyana mengangguk setelah menimbang-nimbang keputusannya. "Kita pergi," ucapnya tegas lantas menaikki punggung Glo yang dengan sigap berubah wujud menjadi seekor naga hitam. Tidak lupa dia juga membawa turut serta sang adik.Dari atas, mereka mengamati keadaan di bawah sana yang tampak lenggang. Bahkan tidak ada peneranga
18. Kerusakan Portal Antar Dunia"Berhentilah mencemaskan ibumu dan kaummu. Mereka baik-baik saja."Queem yang memang terbangun lebih awal tidak terkejut lagi mendapati sang kakak yang kini duduk di belakangnya dengan secangkir teh hangat, terlihat dari udara yang mengepul. Kedua bahunya yang semula tampak kaku perlahan mengendur. Sejak kecil dia sangat percaya kepada kakaknya itu. Semua yang sang kakak ucapkan maka dia akan langsung mengangguk percaya hingga sekarang. Tanpa berbalik, gadis itu bertanya dengan sorot mata yang melayang jauh ke depan."Lalu, di mana mereka?"Kyana tidak langsung menjawab. Dengan anggun dia menyeruput teh hangatnya, mencicip minuman manis nan hangat yang berhasil menenangkan pikirannya. Setelah meletakkan cangkir kecil itu di atas meja kecil yang memang tersedia di setiap balkon kamar, gadis itu barulah menjawab dengan tenang. "Berada di tangan yang tepat. Sebentar lagi kalian akan bersama, entah karena mereka kembali karena bencana ini mereda untuk sej
19. Sekelompok Anjing PenggonggongOrxphulus berjongkok, mengambil sesuatu yang tergeletak di rimbunnya rerumputan. Sesuatu yang berhasil menarik perhatiannya. Kedua matanya memincing, mencoba mengamati dengan seksama potongan kristal berwarna hitam. Sinar mentari membuat ujung kristal itu mengkilap. Laki-laki beranjak dari tempatnya, menghampiri sang ratu yang tampak berdiri menatap intens percikan petir yang sesekali menyambar dari gerbang portal."Ratu saya menemukan sesuatu," ujar Orxphulus seraya menyerahkan potongan kristal hitam yang dia temukan. Kyana menoleh, meraih potongan kristal itu dan mengamatinya dengan seksama. Tidak lama kemudian Archeros dan Glo datang sembari melaporkan bahwa mereka juga menemukan potongan kristal hitam.Ketiga potongan kristal itu Kyana terbangkan di depannya dengan posisi berjajar. Menggunakan kekuatannya, dia mencoba menyatukan potongan kristal itu dari garis retakan yang rupanya benar apa yang menjadi dugaan gadis itu bahwa ketiga potongan itu
20. Hukuman Untuk Raja Eslav"Yang Mulia Lord."Avram mengangkat tangan kanannya memberi perintah kepada kedua pemimpin Kerajaan Malaikat yang tengah menunduk memberi hormat kepadanya untuk kembali berdiri tegak melalui gerakan tangan. Ruang singgasana itu ramai dengan barisan para prajurit yang mengisi setiap sudut ruangan, sepasang pemimin Kaum Malaikat dan Avram sendiri. Biasanya di kanan-kirinya berdiri kedua pengawalnya, hanya saja sekarang kedua pengawalnya sedang melakukan perintahnya."Katakan," ucapnya tegas.Kedua pemimpin Kaum Malaikat itu tampak saling lempar pandang sejenak, sebelum sang raja melangkah maju. Tanpa mengurangi rasa hormatnya, Skyless berkata, "Kami meminta maaf karena tidak bisa menjalankan tugas dengan baik, Yang Mulia. Kami tidak bisa mencari keberadaan kaum peri."Avram masih duduk tenang di tempatnya. Tatapannya yang selalu menghunus tajam itu disalah artikan oleh kedua pemimpin kaum malaikat itu. Dengan tubuh bergetar keduanya dengan serempak menjatuhk
21. Ratu dari Segala RatuSemilir angin malam menerbangkan surai hitam legam milik seorang gadis bergaun hitam yang kini tengah berdiam diri di balkon kamarnya. Hawa dingin yang menyelimuti dunia immortal malam itu rupanya tidak berhasil untuk membuat gadis itu memilih meringkuk di dalam selimut atau menghangatkan tubuhnya dengan secangkir teh hangat seperti kebanyakan orang. Manik sekelam malam itu mengamati kerlap-kerlip bintang di angkasa. Malam itu, tanpa kehadiran sang rembulan. Walau begitu ribuan bintang cukup untuk memperindah dan menerangi langit malam ini.Hembusan angin yang cukup kencang menabrak wajahnya membuatnya reflek memejamkan kedua matanya sejenak. Tampak berbalik pun dia tahu tamu tak diundang yang tengah menemuinya lagi secara diam-diam seperti ini. Aroma tubuh yang aneh nan khas namun sialnya berhasil membuat seorang Kyana kewalahan dengan aroma yang memabukkan sudah menjadi jawaban pasti untuk gadis itu. Dia belum cukup terbiasa dengan aroma memabukkan itu, yan
22. H-2 "Apa? Kenapa dipercepat?" Pertanyaan penuh keterkejutan itu terlontar begitu saja dari bibir mungil Queem. Cangkir yang dia genggam bergetar hebat, sebelum akhirnya pecah karena tidak bisa menahan tekanan genggaman gadis itu. Seorang pelayan yang berdiri di belakangnya, menunduk dalam-dalam. Merasakan aura yang dipancarkan sang ratu, membuatnya takut mendapat amukan dari gadis itu karena telah membawakan kabar yang kurang sedap bagi sang ratu. Queem melangkahkan kedua kakinya lebar-lebar keluar dari kamarnya dan menuju ke tempat sang ibunda berada. Hanya dengan mengandalkan indera pendengarannya yang semakin menajam semenjak penobatannya, dia dapat dengan mudah mengetahui di mana sang ibunda berada. Langkahnya terhenti ketika punggung sang ibunda telah terlihat. Mengembuskan napas panjang, melonggarkan kepalan kedua tangannya yang sejak tadi mengepal kuat menahan amarah. Memasang ekspresi datar, lalu mendekati sang ibunda yang tampak sibuk mencicipi beberapa stok darah yang
23. Anak Emas Dewa Kematian "Aku bukan pemimpin Kaum Malaikat yang bisa mencoba berkomunikasi atau seorang luna besar Kaum Worewolf yang mendapatkan izin untuk bertemu Dewi Bulan." "Bukankah kau mendapat hak istimewa dari Dewa Kematian?" Kyana menatap tajam sang adik yang tampak kekeuh membujuknya untuk membawa gadis itu atau membantunya bernegosiasi akan takdir gadis itu. Bukannya dia tidak mau membantu, hanya saja permintaan adiknya kali ini di luar kemampuannya. Mencoba merusak takdir sama saja akan merusak kehidupannya sendiri. Banyak orang yang mengeluh atau tidak menerima akan takdirnya yang dirasa begitu kelam maupun rumit, tetapi Kyana yakin semua itu ada alasannya. Bagaimana pun Sang Pencipta kehidupan lebih banyak tahu yang terbaik untuk kehidupan kita daripada kita sendiri sebagai makhluk ciptaan. "Itu tidak bisa dipercaya, Queem," desis Kyana tajam. Pikirannya menjadi melayang jauh ketika dia menginjak usia tujuh tahun. Saat itu dia belum mengerti untuk paham. Dia hany