Share

2. Dua Pengawal Setia

KAUM TERAKHIR

2. Dua Pengawal Setia

Seorang gadis dengan gaun hitamnya itu menatap datar bangunan istana yang berdiri kokoh di hadapannya. Tiga pasang sayap di punggungnya seketika hilang ketika kedua kakinya telah menginjak tanah. Ada pancaran kerinduan dan juga kesedihan di manik hitam legam gadis itu. Bayangan masa lalu, membuatnya diam-diam mengepalkan kedua tangannya.

"Nona."

Hingga suara itu membuatnya berbalik. Ditatapnya dua orang laki-laki dengan pakaian lengkap prajuritnya. Kedua laki-laki itu setia menunduk membuat sang gadis menghela napas panjang. Kyana tidak mengerti mengapa dua pengawal pribadinya itu memilih tinggal bersama dengannya dan memutuskan kontrak dengan sang raja dari segala raja hanya demi dirinya. Bahkan jika dipikir-pikir dirinya tidak sebanding dengan Sang Lord yang kekuatannya jauh lebih tinggi darinya. Maka dari itu, Kyana berpikir ada yang salah dengan otak dua laki-laki di hadapannya sekarang.

"Kembalilah ke istana sang lord," ucap Kyana datar.

"Tidak, Nona kami telah bersumpah menjaga Nona sampai akhir hayat kami."

Mendengar jawaban itu membuat Kyana kembali mengingat kejadian di mana dua laki-laki itu dengan lantang mengucap janji mereka di hadapan para petinggi dan sang lord sendiri. Mereka juga dengan suka rela mencabut kedudukan mereka di istana sang lord hanya demi setia bersamanya.

"Tidak seharusnya kalian melakukan ini," ucap Kyana kembali. Walau begitu dia tidak bisa mengusir keduanya. Dia masih memiliki sedikit hati nurani untuk membalas jasa dan kesetiaan mereka.

Karena itu, Kyana kini melangkah mendekati keduanya. Mengarahkan kedua tangannya di atas kepala dua laki-laki itu yang tanpa diperintah langsung melipat salah satu kaki mereka, lalu menundukkan kepala. Setelah menarik napas dalam-dalam, Kyana mulai berucap lantang.

"Aku Kyana Azaquel, dengan ini mengangkat kalian Archeros dan Orxphulus sebagai pegawai setiaku!"

Cahaya terang bersinar dari dua telapak tangan sang gadis. Sebelum akhirnya menyinari pucuk kepala dua laki-laki yang masih setia menunduk. Semakin lama, cahaya itu semakin menjalar, membungkus dua laki-laki itu. Setelahnya tidak lama kemudian sepasang sayap terbentuk di punggung dua laki-laki itu. Bersamaan dengan berubahnya penampilan mereka yang sesungguhnya.

Archeros–laki-laki itu kini memakai pakaian resminya. Pakaian berwarna putih dengan hiasan bulu-bulu serigala putih itu terlihat gagah di tubuhnya. Ditambah dengan manik matanya yang berubah menjadi hijau kekuningan, dengan dua buah telinga serigalanya bergerak ke sana-kemari dengan begitu imut membuat siapa saja tahu bahwa dialah sang serigala putih satu-satunya yang perkasa.

Sedangkan Orxphulus, kini dia memakai pakaian resminya yang berwarna merah ke oranye-annya. Di punggung pakaiannya terdapat gambar harimau berwarna merah keemasan. Telinga harimau dengan manik emas itu terlihat begitu memukau. Dialah sang harimau emas yang selalu dicari-cari semua kaum karena kekuatannya.

"Hormat kami yang, Mulia Ratu!" Keduanya dengan serempak langsung menunduk, memberi hormat kepada sang gadis yang kini tersenyum tipis.

"Bangunlah." Perintah Kyana yang langsung dituruti kedua pengawal setianya. Dengan tersenyum tipis dia kembali menjawab, "Ayo masuk."

Orxphulus dan Archeros dengan serempak menghilangkan sepasang sayap baru mereka. Keduanya langsung mengekor di belakang Kyana. Menjaga gadis itu dari belakang.

***

"Oi! Oi! Archeros lihatlah aku! Aku sudah bisa terbang!"

Seruan dari Orxphulus membuat Archeros yang sejak tadi tidak kunjung bisa mengepakkan kedua sayap barunya dengan benar mendongak. Melihat sang teman yang sudah berhasil terbang dengan lancar. Tetapi, tidak lama kemudian tubuh Orxphulus goyah dan berakhir tersungkur dengan tidak elitnya di taman belakang istana. Membuat Archeros yang semula berdecak kagum kini tertawa terbahak-bahak menertawakan nasib sang teman.

Orxphulus yang ditertawakan memasang wajah kesalnya. Wajah tampannya begitu kotor oleh tanah. Bahkan, sayap coklatnya juga sudah terhiasi ranting dan daun-daun kering yang menyangkut di sana.

Sedangkan Kyana, gadis itu hanya mengawasi dua pengawal pribadinya itu dari balkon kamarnya. Dia memang menyuruh mereka untuk berlatih menggunakan sayap baru mereka. Tidak jarang, gadis itu dibuat geli dengan ulah konyol dua pengawalnya.

"Diamlah! Jangan tertawakan aku, Arc!" ketus Orxphulus membuat Archeros mati-matian menahan tawanya.

Setelah merasa puas melihat kedua pengawalnya, Kyana memilih untuk kembali ke dalam kamarnya. Tatapannya tertuju ke arah figura besar di mana terdapat foto sang ayah. Melihat wajah ayahnya, membuatnya teringat kejadian dua belas tahun silam. Di mana di depan matanya sendiri, sang ayah terbunuh dengan begitu sadisnya.

"Akui kesalahanmu, Raja Regan maka aku akan memberikan peringanan terhadap hukumanmu," ucap laki-laki dengan mahkota kebesarannya di kepalanya.

"Cuih! Aku tidak sudi mengakui tindakan yang bahkan bukan kesalahanku sama sekali!" Balasan dari Raja Regan membuat laki-laki bermahkota itu menggeram marah.

"Bunuh dia Lord!"

"Ya bunuh saja dia!"

Seruan dari rakyatnya membuat sang lord semakin tersulut emosi. Terlebih ketika salah satu raja di hadapannya itu dengan berani meludahi dirinya.

"Sujudlah kepadaku maka akan kuampuni tindakanmu tadi terhadapku, Raja Regan!" Teriakkan sang lord membuat Raja Regan berdecih.

"Orang sepertimu tidak pantas menjadi lord di dunia ini!"

"Hukum pancung dia!"

Perintah mutlak sang lord membuat para prajurit yang ada di sana dengan segera menarik tubuh Raja Regan yang telah bersimbah darah itu ke tempat pancung yang telah disiapkan. Para kaum yang melihat itu dengan segera berseru semangat. Tidak sabar menanti adegan hukuman mati raja kegelapan itu.

Tubuh Raja Regan didorong paksa dengan posisi lehernya yang telah berada di tengah-tengah kayu. Di atas kepalanya dengan ketinggian sekitar sepuluh meter, sebuah mata pisau besar terlihat mengkilap ketika terkena sinar mentari. Terlihat begitu tajam. Hanya sekali lepasan anak tali yang mengikatnya, sudah dipastikan kepala sang korban akan terpotong dari lehernya.

Walau begitu, Raja Regan terlihat datar. Netranya menatap tajam orang-orang yang kini menatapnya remeh. Tidak ada raut ketakutan di sana. Hanya ada amarah yang begitu membara.

"Apa ada kalimat terakhir, Raja Regan?" Pertanyaan Sang Lord membuat Raja Regan menatap tajam laki-laki itu.

"Aku akan membalas dendam semua perbuatan kalian! Mati kalian semua!"

Crasshh!

"Ayah!"

Kyana memejamkan kedua matanya. Kedua tangannya telah mengepal kuat, hingga kuku-kukunya menjadi berwarna putih. Mengingat kejadian itu berhasil membuat emosinya tersulut.

Pintu ruang kamarnya tiba-tiba diketuk dari luar, membuat gadis itu kembali mendatarkan wajahnya. Dengan tegas dia berucap, "Masuk!"

Orxphulus datang dan langsung menunduk, memberi hormat. "Yang Mulia, Putri Queem datang ke mari," lapornya membuat Kyana mendengus.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia berjalan keluar. Menemui tamu tidak diundangnya. Kenapa putri vampir itu bisa mengetahui dengan begitu cepat jika dirinya telah dikembalikan ke mari?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status