Home / Fantasi / KAUM TERAKHIR / 2. Dua Pengawal Setia

Share

2. Dua Pengawal Setia

Author: Kyna
last update Last Updated: 2023-03-06 19:40:36

KAUM TERAKHIR

2. Dua Pengawal Setia

Seorang gadis dengan gaun hitamnya itu menatap datar bangunan istana yang berdiri kokoh di hadapannya. Tiga pasang sayap di punggungnya seketika hilang ketika kedua kakinya telah menginjak tanah. Ada pancaran kerinduan dan juga kesedihan di manik hitam legam gadis itu. Bayangan masa lalu, membuatnya diam-diam mengepalkan kedua tangannya.

"Nona."

Hingga suara itu membuatnya berbalik. Ditatapnya dua orang laki-laki dengan pakaian lengkap prajuritnya. Kedua laki-laki itu setia menunduk membuat sang gadis menghela napas panjang. Kyana tidak mengerti mengapa dua pengawal pribadinya itu memilih tinggal bersama dengannya dan memutuskan kontrak dengan sang raja dari segala raja hanya demi dirinya. Bahkan jika dipikir-pikir dirinya tidak sebanding dengan Sang Lord yang kekuatannya jauh lebih tinggi darinya. Maka dari itu, Kyana berpikir ada yang salah dengan otak dua laki-laki di hadapannya sekarang.

"Kembalilah ke istana sang lord," ucap Kyana datar.

"Tidak, Nona kami telah bersumpah menjaga Nona sampai akhir hayat kami."

Mendengar jawaban itu membuat Kyana kembali mengingat kejadian di mana dua laki-laki itu dengan lantang mengucap janji mereka di hadapan para petinggi dan sang lord sendiri. Mereka juga dengan suka rela mencabut kedudukan mereka di istana sang lord hanya demi setia bersamanya.

"Tidak seharusnya kalian melakukan ini," ucap Kyana kembali. Walau begitu dia tidak bisa mengusir keduanya. Dia masih memiliki sedikit hati nurani untuk membalas jasa dan kesetiaan mereka.

Karena itu, Kyana kini melangkah mendekati keduanya. Mengarahkan kedua tangannya di atas kepala dua laki-laki itu yang tanpa diperintah langsung melipat salah satu kaki mereka, lalu menundukkan kepala. Setelah menarik napas dalam-dalam, Kyana mulai berucap lantang.

"Aku Kyana Azaquel, dengan ini mengangkat kalian Archeros dan Orxphulus sebagai pegawai setiaku!"

Cahaya terang bersinar dari dua telapak tangan sang gadis. Sebelum akhirnya menyinari pucuk kepala dua laki-laki yang masih setia menunduk. Semakin lama, cahaya itu semakin menjalar, membungkus dua laki-laki itu. Setelahnya tidak lama kemudian sepasang sayap terbentuk di punggung dua laki-laki itu. Bersamaan dengan berubahnya penampilan mereka yang sesungguhnya.

Archeros–laki-laki itu kini memakai pakaian resminya. Pakaian berwarna putih dengan hiasan bulu-bulu serigala putih itu terlihat gagah di tubuhnya. Ditambah dengan manik matanya yang berubah menjadi hijau kekuningan, dengan dua buah telinga serigalanya bergerak ke sana-kemari dengan begitu imut membuat siapa saja tahu bahwa dialah sang serigala putih satu-satunya yang perkasa.

Sedangkan Orxphulus, kini dia memakai pakaian resminya yang berwarna merah ke oranye-annya. Di punggung pakaiannya terdapat gambar harimau berwarna merah keemasan. Telinga harimau dengan manik emas itu terlihat begitu memukau. Dialah sang harimau emas yang selalu dicari-cari semua kaum karena kekuatannya.

"Hormat kami yang, Mulia Ratu!" Keduanya dengan serempak langsung menunduk, memberi hormat kepada sang gadis yang kini tersenyum tipis.

"Bangunlah." Perintah Kyana yang langsung dituruti kedua pengawal setianya. Dengan tersenyum tipis dia kembali menjawab, "Ayo masuk."

Orxphulus dan Archeros dengan serempak menghilangkan sepasang sayap baru mereka. Keduanya langsung mengekor di belakang Kyana. Menjaga gadis itu dari belakang.

***

"Oi! Oi! Archeros lihatlah aku! Aku sudah bisa terbang!"

Seruan dari Orxphulus membuat Archeros yang sejak tadi tidak kunjung bisa mengepakkan kedua sayap barunya dengan benar mendongak. Melihat sang teman yang sudah berhasil terbang dengan lancar. Tetapi, tidak lama kemudian tubuh Orxphulus goyah dan berakhir tersungkur dengan tidak elitnya di taman belakang istana. Membuat Archeros yang semula berdecak kagum kini tertawa terbahak-bahak menertawakan nasib sang teman.

Orxphulus yang ditertawakan memasang wajah kesalnya. Wajah tampannya begitu kotor oleh tanah. Bahkan, sayap coklatnya juga sudah terhiasi ranting dan daun-daun kering yang menyangkut di sana.

Sedangkan Kyana, gadis itu hanya mengawasi dua pengawal pribadinya itu dari balkon kamarnya. Dia memang menyuruh mereka untuk berlatih menggunakan sayap baru mereka. Tidak jarang, gadis itu dibuat geli dengan ulah konyol dua pengawalnya.

"Diamlah! Jangan tertawakan aku, Arc!" ketus Orxphulus membuat Archeros mati-matian menahan tawanya.

Setelah merasa puas melihat kedua pengawalnya, Kyana memilih untuk kembali ke dalam kamarnya. Tatapannya tertuju ke arah figura besar di mana terdapat foto sang ayah. Melihat wajah ayahnya, membuatnya teringat kejadian dua belas tahun silam. Di mana di depan matanya sendiri, sang ayah terbunuh dengan begitu sadisnya.

"Akui kesalahanmu, Raja Regan maka aku akan memberikan peringanan terhadap hukumanmu," ucap laki-laki dengan mahkota kebesarannya di kepalanya.

"Cuih! Aku tidak sudi mengakui tindakan yang bahkan bukan kesalahanku sama sekali!" Balasan dari Raja Regan membuat laki-laki bermahkota itu menggeram marah.

"Bunuh dia Lord!"

"Ya bunuh saja dia!"

Seruan dari rakyatnya membuat sang lord semakin tersulut emosi. Terlebih ketika salah satu raja di hadapannya itu dengan berani meludahi dirinya.

"Sujudlah kepadaku maka akan kuampuni tindakanmu tadi terhadapku, Raja Regan!" Teriakkan sang lord membuat Raja Regan berdecih.

"Orang sepertimu tidak pantas menjadi lord di dunia ini!"

"Hukum pancung dia!"

Perintah mutlak sang lord membuat para prajurit yang ada di sana dengan segera menarik tubuh Raja Regan yang telah bersimbah darah itu ke tempat pancung yang telah disiapkan. Para kaum yang melihat itu dengan segera berseru semangat. Tidak sabar menanti adegan hukuman mati raja kegelapan itu.

Tubuh Raja Regan didorong paksa dengan posisi lehernya yang telah berada di tengah-tengah kayu. Di atas kepalanya dengan ketinggian sekitar sepuluh meter, sebuah mata pisau besar terlihat mengkilap ketika terkena sinar mentari. Terlihat begitu tajam. Hanya sekali lepasan anak tali yang mengikatnya, sudah dipastikan kepala sang korban akan terpotong dari lehernya.

Walau begitu, Raja Regan terlihat datar. Netranya menatap tajam orang-orang yang kini menatapnya remeh. Tidak ada raut ketakutan di sana. Hanya ada amarah yang begitu membara.

"Apa ada kalimat terakhir, Raja Regan?" Pertanyaan Sang Lord membuat Raja Regan menatap tajam laki-laki itu.

"Aku akan membalas dendam semua perbuatan kalian! Mati kalian semua!"

Crasshh!

"Ayah!"

Kyana memejamkan kedua matanya. Kedua tangannya telah mengepal kuat, hingga kuku-kukunya menjadi berwarna putih. Mengingat kejadian itu berhasil membuat emosinya tersulut.

Pintu ruang kamarnya tiba-tiba diketuk dari luar, membuat gadis itu kembali mendatarkan wajahnya. Dengan tegas dia berucap, "Masuk!"

Orxphulus datang dan langsung menunduk, memberi hormat. "Yang Mulia, Putri Queem datang ke mari," lapornya membuat Kyana mendengus.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia berjalan keluar. Menemui tamu tidak diundangnya. Kenapa putri vampir itu bisa mengetahui dengan begitu cepat jika dirinya telah dikembalikan ke mari?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KAUM TERAKHIR   109. End

    109. End"Oh lihat siapa tamu tak diundang yang datang."Kyana menatap tajam pria berjubah hitam yang kini wajahnya telah terpampang jelas karena tudung jubahnya yang berhasil terlepas. Gadis itu tampak terlihat santai, sepertinya gadis itu telah memprediksikan hal ini akan terjadi. Berbeda dengan Kyana yang telah memprediksikan hal ini sehingga membuatnya bersikap tenang tanpa lagi merasa terkejut, berbeda dengan Avram yang saat ini berdiam diri memandang terkejut pria yang berdiri di hadapannya. Pria yang sejak tadi dirinya lawan. Pria yang menjadi dalang dari peperangan ini terjadi. Pria yang menjadi musuhnya sendiri."Ayah ...." Kalimat itu akhirnya meluncur di bibir Avram. Memandang pria yang selama ini dia kira telah tiada-meninggalkannya di dunia ini. Tetapi rupanya, kematian sang ayah hanyalah rekayasa semata.Raja Demian mengulas senyum ketika panggilan itu keluar dari bibir putra semata wayangnya. "Kau akhirnya bisa mengingatku hm?" balasnya seraya terkekeh. Mengingat sejak

  • KAUM TERAKHIR   108. Kekalahan Lawan

    108. Kekalahan Lawan Kedatangan gadis itu tentu saja mengejutkan banyak orang terutama pihak musuh. Terlebih ketika kubah ungu yang sejak tadi mencoba dihancurkan dengan mudah runtuh saat gadis itu perlahan mendekat ke area perang. Hanya dengan tekanan aura yang gadis itu bawa, kubah yang sangat mustahil dihancurkan itu melebur tanpa disentuh sama sekali. Sang orc dengan perlahan menurunkan gadis itu ke tanah, membiarkan sang pemimpin asli mereka memimpin mereka kembali. Kyana-gadis itu benar-benar mencolok di tengah-tengah para monster yang berada di belakangnya, siap menjadi pasukan gadis itu. Gadis itu menatap sejenak para pemimpin kaum dan juga kedua kesatria sang suaminya, sebelum melayangkan tatapannya ke arah pihak musuh yang kini tampak mengambil langkah mundur tidak kuat menerima penekanan aura yang gadis itu bawa. Tangan kanannya terulur ke depan, menunjuk pasukan musuh yang tampak gentar karena kehadirannya. Dengan pelan penuh penekanan gadis itu berucap. "Mati." Hanya d

  • KAUM TERAKHIR   107. Kebangkitan

    107. Kebangkitan"Serang mereka!"Semua pemimpin kerajaan dengan sigap berkumpul menjadi satu, bersama dengan dua kesatria sang lord-Chorluois dan Phygeros. Masing-masing dari mereka membuat kubah pelindung, menjaga satu sama lain dengan formasi mereka. Kaum malaikat mendapatkan tugas melindung mereka dari atas, kanan diisi dengan Nathan dan Queem, di sisi kiri dijaga oleh pemimpin kaum fairy dan elf, di belakang dijaga oleh pemimpin kaum demons sedangkan di depan dijaga oleh Phygeros dan Chorlouis. Mereka menjaga pemimpin kaum kurcaci yang saat ini juga terus-menerus memberikan sihir penambah energi untuk mereka.Semua seluruh pasukan mereka berhasil diambil alih oleh para sekumpulan siren yang saat ini tengah tertawa merasa senang sebab kemenangan sebentar lagi mereka dapatkan. Semua pemimpin kini hanya bisa berharap semoga sang lord baik-baik saja sekarang dan bisa menyelamatkan mereka dari pasukan mereka sendiri. Melawan kaum sendiri sama saja akan membuat mereka hancur. Pemimpin

  • KAUM TERAKHIR   106. Siren

    106. SirenBugh!Ekor naga hitam itu menghempaskan tubuh serigala suci yang menggigit punggungnya dengan kuat. Membuat sang serigala terpental dan menghantam salah satu pohon hingga tumbang. Tetapi, seakan tidak merasakan sakit sedikit pun, sang serigala kembali bangkit. Melolong panjang lantass kembali menerjang sang naga yang ukurannya dua kali lipat dari tubuhnya sendiri. Sang naga tampaknya kesal melihat sang serigala masih terus dapat bangkit padahal darah telah menguncur menodai bulu putih sang serigala menjadi berwarna merah. Naga itu meraung, lalu menyemburkan api birunya dari mulutnya. Mengincar sang serigala yang dengan gesit melompat ke sana-kemari menghindari seringannya.Sreet!Rawrrr!Sang naga hitam meraung kuat ketika lehernya mendapatkan serangan berupa cakaran memanjang dan dalam. Membuat darahnya dengan deras seketika menguncur keluar. Dengan segera sang naga mengepakkan sayap besarnya, lantas kembali menyerang sang serigala dari atas. Sang serigala kembali berlari

  • KAUM TERAKHIR   105. Pertempuran Saudara

    105. Pertempuran Saudara"Apa yang terjadi?"Archeros tiba-tiba terdiam di tempatnya dengan wajah yang menunduk, membuat Glo merasa khawatir dengan keadaan pria itu. Perlahan Glo mencoba mendekati Archeros. Menepuk pundak kanan pria itu pelan seraya mencoba melihat wajah Archeros. Takut jika pria itu tiba-tiba jatuh sakit atau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan lainnya."Archeros kau baik-baik saja?" tanya Glo sekali lagi.Pria itu tersentak ketika merasakan sesuatu menusuk perutnya dengan kuat dan tajam. Bibirnya terbuka, menahan erangan sakit yang menyiksa perutnya. Tubuhnya terasa limbung jika saja Archeros tidak menahannya. Tetapi sialnya, pria itu menahannya bukan karena untuk membantunya menjaga keseimbang tetapi karena pria itu semakin memperdalam serangan yang dirinya lakukan kepada Glo. Setelah puas dengan apa yang dirinya lakukan, barulah Archeros melepaskannya dengan paksa membuat erangan kesakitan yang sejak tadi Glo tahan keluar tanpa bisa lagi dirinya tahan."Apa yang

  • KAUM TERAKHIR   104. Pengorbanan

    104. PengorbananKedua mata Orxphulus terlihat mulai sayu. Napas pria itu tersenggal-senggal, dengan darah yang mengalir dari wajahnya. Hidung pria itu mengeluarkan cairan merah kental tersebut, menandakan bahwa hidung pria itu mengalami luka yang cukup parah bahkan kemungkinan mengalami keretakkan. Kondisi si pelaku pun tidak sama mengenaskannya. Gaun seksi yang Magistri kenakan bahkan banyak yang sobek dan ternodai darahnya sendiri. Napas wanita itu juga sama halnya dengan yang dialami Orxphulus-memburu. Entah karena energinya yang mulai menipis atau karena amarah yang begitu membuncah ingin menghabisi pria di hadapannya itu. Untuk sejenak keduanya saling pandang satu sama lain. Yang membedakan keadaan keduanya hanyalah seulas senyum kemenangan yang terpancar di wajah Magistri, sedangkan Orxphulus tampak menggelatukkan gigi-giginya mencoba melepaskan diri dari jeratan tali sihir itu.“Tidak kusangka sosok yang selama ini begitu ditakuti dan disegani hanyalah hama kecil yang sekali t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status