Share

Maya Oh Maya

Setelah semalam dengan aksi hebohnya yang membuat seisi rumah pada panik, kini pagi hari sekali, tepatnya pukul 5 pagi Maya sudah bangun dan langsung menuju dapur. 

"Non mau ngapain disini? Kalau butuh sesuatu kan bisa tekan bel," tanya pembantu kaget. 

"Ya mau masak lah bi kan ini udah pagi jadi ya buat sarapan untuk suami," jawab Maya lalu mengambil celemek. 

"Aduh non jangan.. Ini tugas kami, anda tinggal terima beres saja, nanti malah kami yang kena tegur tuan besar kalau tau kami membiarkan nyonya ada disini," cegah pembantu. 

"Memang salahnya apa sih bi kan saya mau membuat sarapan," protes Maya. 

"Tapi ini tugas kami non.. Anda lebih baik kembali ke kamar sambil bersiap," ucap pembantu dengan hati-hati. 

"Bersiap? Memang saya mau dibawa kemana?" tanya Maya penasaran. 

"Ya.. Ya saya kurang tau non coba tanya sama tuan," jawab pembantu kebingungan. 

Yang mereka (para pekerja) tau kan setiap pagi penghuni rumah majikannya akan keluar kamar dengan penampilan yang sudah rapi, wangi dan bersiap untuk menjalani aktivitas. Jadi mereka ke meja makan ya langsung sarapan tanpa perlu memasak, kecuali jika menu yang disajikan tidak mengunggah selera baru mereka menyuruh pembantu untuk membuatkan yang baru. Makanya ketika ada istri tuan besarnya datang ke dapur dan langsung memakai celemek, seluruh pembantu menjadi kaget karena ini baru pertama kalinya terjadi. Mereka sebenarnya senang jika memiliki nyonya majikan yang rendah hati seperti Maya, yang tidak sungkan terjun langsung ke dapur untuk menyiapkan sarapan namun mereka di satu sisi takut akan amukan tuan besarnya, maka dari itu lebih baik para pekerja menyuruh nyonya majikan kembali lagi ke kamar dan bersiap, entah nantinya mau dirumah atau pergi tapi setidaknya posisi mereka aman. 

"Aneh sekali sih disini, mau mandi aja ribet, mau makan aja malah di suruh nunggu, beda banget semuanya," protes Maya. 

"Kan anda sudah menjadi nyonya besar Boy Yudhistira jadi ya apapun yang anda nikmati itu adalah apa yang sepatutnya anda dapatkan non, beruntung sekali anda bisa di persunting oleh tuan besar," puji pembantu. 

"Beruntung apanya bi? Kamu belum tau aja betapa dinginnya dia, hih.." gerutu Maya yang dijawab tertawa kecil oleh mereka. 

"Mungkin tuan besar moodnya sedang kurang baik non," timpal pembantu lainnya. 

"Kurang baik kok tiap hari sih bi, apa begitu tabiat suamiku?" tanya Maya dan semua pembantu hanya diam saja. Menjawab pertanyaan Maya sama saja menjebak dirinya dalam terkaman bos besarnya. 

"Ehem.. Pagi tuh kerja jangan ngrumpi," tegur Handoko dan semua pembantu berhamburan pergi terburu-buru. 

"Pak Handoko? Anda sudah bangun?," tanya Maya kaget. 

"Sudah non memang jam segini saya harus sudah bangun dan bersiap bekerja," jawab Handoko. 

"Non? Panggil saja Maya, ngapain pakai non," perintah Maya. 

"Mana berani saya memanggil nama sekarang ini kan anda istri tuan besar," tolak Handoko sungkan. 

"Ah hanya sebentar.." ucap Maya terpotong oleh isyarat tutup mulut Handoko. 

"Kenapa sih pak?" tanya Maya kebingungan. 

"Ikut saya non," ajak Handoko dan Maya mengikut langkah kaki Handoko yang mengajaknya ke ruangan depan. 

"Maaf non bukannya saya ikut campur urusan anda namun saya hanya menegur saja, jangan sampai ada yang tau pernikahan kontrak anda dengan tuan besar, kalau sampai bocor nanti bisa repot non," bisik Handoko sambil melirik kiri kanan untuk memastikan kondisi aman. 

"Memang serepot itu pak kalau ketahuan?" tanya Maya dengan gamblangnya dan lagi-lagi Handoko dibuat kerepotan. 

"Astaga non.. Pelan kan suaranya," bisik Handoko dan Maya mengangguk. 

"Maaf.." jawab Maya merasa bersalah. 

"Iya non gak papa, saya hanya minta satu hal sama anda, tolong tutup mulut dan jangan sampai ada yang tau tentang pernikahan anda juga tuan besar, biarkan ini menjadi rahasia kita bertiga," titah Handoko mewanti-wanti. 

"Iya pak Handoko," jawab Maya sendu. 

"Bagus.. Maaf ya non bukannya saya mengatur tapi ini demi kebaikan semuanya, anda mau kan keluarga anda hidup enak dan bahagia?" tanya Handoko. 

"Ya mau dong itu kan tujuan saya datang kesini," jawab Maya cepat. 

"Bagus.. Makanya itu anda nurut saja apa kata tuan besar yang sekarang menjadi suami anda, jangan pernah membantah apalagi membuatnya marah.. Sekarang ini keluarga anda hidupnya di kampung enak non, jadi balaslah kebaikan tuan besar dengan anda patuh padanya," ucap Handoko memprovokasi. 

"Baiklah.. Demi keluarga saya mau melakukan apapun," jawab Maya nurut. 

"Bagus.. Kalau begitu saya permisi dulu, anda bisa kembali ke kamar," perintah Handoko dan Maya menurut saja. 

"Baiklah.." jawab Maya pasrah lalu berjalan ke kamarnya. 

Melihat sang majikan sudah berada di kamar dan menutup pintu kini Handoko bisa bernafas lega karena Maya anak yang penurut dan juga patuh, tak sulit bagi Handoko untuk mengendalikannya. Bukan maksud Handoko jahat namun ini demi kebaikan semuanya, jika pernikahan kontrak ini sampai bocor ke orang yang salah bisa-bisa kedua orang tua tuan besar murka dan mengusir Maya detik itu juga. Handoko tau niat Maya datang kesini untuk mengubah nasib, mungkin ini jawaban atas doanya dengan menjadi istri kontrak tuan besar. 

Maya hanya mondar mandir saja di dalam kamar karena dia bingung mau melakukan apa, biasanya jam segini dia akan membuat sarapan untuk keluarganya setelah itu beberes rumah baru deh dia mandi, namun kali ini dia sungguh gabut mau melakukan apa. Akhirnya Maya memilih menghubungi orang tuanya yang ada di kampung sembari melepas rindu. 

"Halo Maya? Kamu hubungi bapak sepagi ini apa tidak di marahi bosmu?" tanya Tejo. 

"Halo pak apa kabar? Bos Maya sedang diluar kota jadinya tugas yang Maya kerjakan sedikit santai, yang penting selalu bersih pak," jawab Maya berbohong. 

"Wah enak sekali ya kerjamu di kota, pantas saja kamu betah disana.. Bapak gak pernah dengar keluh kesahmu," ucap Tejo lega. 

"Iya pak namanya saja orang kaya, rumah jarang di tempati padahal rumahnya tu besar sekali loh pak, balai desa di kampung saja kalah besarnya sama rumah majikan Maya," ucap Maya antusias. 

"Iyakah May? Berarti besar sekali ya? Apa gak sayang ya rumah bagus dan besar sering ditinggal gitu," ucap Tejo. 

"Itu dia pak yang selalu Maya pikirkan kalau majikan Maya sering keluar kota, rumah sebagus dan semewah ini serasa hotel yang dipakai untuk tidur saja," jawab Maya dan bapaknya semakin takjub akan majikan Maya. 

"Setidaknya kini bapak dan ibu lega jika kamu mendapat majikan yang baik, kemarin bapak juga dapat kabar dari bu Hartini kalau kamu disana kerjanya bagus jadi majikan suka, bapak dengarnya saja senang apalagi sekarang dengar langsung dari kamu," ucap Tejo bahagia. 

"Iya pak nanti kalau Maya gajian bakalan Maya kasih separuhnya untuk kalian, tolong gunakan dengan baik ya pak, sekolahkan adik-adik Maya setinggi mungkin," pinta Maya berlinang air mata. 

"Iya May bapak janji, makasih ya May udah menjadi anak yang berbakti pada orang tua.. Kamu kerja baru sebentar saja hidup kami sudah lebih baik kok May waktu itu bosmu merenovasi rumah kita, sekarang kalau hujan rumah kita sudah tidak kebocoran lagi dan kalau malam hari tak perlu takut ada ular atau kelajengking yang masuk," ucap Tejo sungguh bahagia. 

"I..Iya pak itu semua karena Maya terlalu jujur pada majikan Maya jadinya ya gitu, Diam-diam majikan Maya datang ke kampung dan merenovasi, setelah selesai baru Maya diberitahu," jawab Maya terbata karena sebenarnya dia pun kaget bukan main, kalau bukan bapaknya sendiri yang mengatakan mana mungkin Maya tau kalau rumahnya di kampung sudah di renvovasi oleh suaminya. 

"Iya May adik-adikmu sekarang nyenyak tidurnya," jawab Tejo dan membuat Maya semakin bahagia. Tanpa terasa air mata kembali menetes. 

"Syukurlah pak, Maya senang mendengarnya.. Maya janji akan semakin membuat kalian bahagia," ucap Maya dan bapaknya hanya terharu. 

"Sudah dulu ya pak Maya mau ganti seprai majikan dulu," pamit Maya lalu bapaknya menyetujuinya. 

Tanpa sadar dibalik pintu kamarnya ada telinga yang mendengarkan, dia adalah Boy.. Ia pikir Maya belum bangun nyatanya Maya sudah lebih dahulu bangun bahkan sedang bertelefon dengan keluarganya di kampung. Mendengar ayahnya memberitahu jika dirinya sudah merenovasi rumah Maya, pasti nantinya Maya akan mengucapkan terima kasih dan bersedia melakukan apapun. 

"Renovasi rumah cuma habis 50 juta mah nominal sedikit bagi gue, namun sepertinya bagi keluarga Maya itu jumlah yang sangat besar sampai orang tuanya berulang kali memuji gue, Maya.. Maya.. Beruntungnya kamu di kelilingi keluarga yang hangat dan sayang padamu," batin Boy yang tanpa sadar sang pemilik kamar sudah membuka pintu. 

"Loh pak ngapain di depan kamar saya?" tanya Maya kaget. 

"Eh.. Itu.. Hmm.. Mau.. Mau bangunin kamu takutnya kesiangan," jawab Boy terbata karena saking kagetnya ketangkap basah. 

"Oh.. Gak perlu dibangunin sudah pasti saya bangun lebih pagi dari anda, tadi saja saya jam 5 pagi ke dapur malah diusir," keluh Maya yang membuat Boy kaget. 

"Ha? Ngapain kamu ke dapur pagi sekali?" tanya Boy penasaran. 

"Ya masak dong pak, kenapa pertanyaan anda dan para mbak-mbak dibawah sama sih.. Memang salah ya?" tanya Maya heran. 

"Jelas salah bahkan salah besar," ucap Boy. 

"Kenapa?" tanya Maya heran. 

"Ingat statusmu May sekarang kamu nyonya di rumah ini, mana ada nyonya yang masih mengerjakan pekerjaan rumah sedangkan disini pembantu saja ada banyak, kamu cukup duduk manis dan menikmati apapun yang ada," perintah Boy. 

"Mana bisa.. Gini caranya saya bosan dong pak," protes Maya. 

"Yasudah ikut saya saja ke kantor dan bantu pekerjaan saya," ajak Boy dan Maya bersemangat. 

"Oke Pak sebentar ya saya mandi dulu, jangan ditinggal loh pak saya masih belum tau dimana alamat kantornya," perintah Maya dan Boy hanya menahan tawa yang diselimuti dengan wajah dinginnya. Tak menjawab pertanyaan Maya kini Boy lebih memilih pergi ke kamarnya dan bebersih. 

"Dasar gadis unik dan langka, kenapa gue bisa ketemu sama dia sih jadi istri gue pula," gumam Boy sembari tersenyum. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status