Besok Maya akan berangkat ke ibukota untuk bekerja dan juga mengubah nasib keluarganya, Maya berharap penuh pada pekerjaan ini. Setelah selesai berkemas kini Maya menemui kedua orang tuanya untuk meminta izin, awalnya sang ayah menolak karena baginya Maya masih terlalu muda untuk merasakan bagaimana kejamnya hidup di ibukota namun berkat kegigihan Maya melunakkan hati orang tuanya akhirnya kedua orang tua Maya setuju jika anaknya bekerja di kota dengan syarat selalu memberi kabar dan memberitahu alamat tempatnya bekerja.
Keesokan paginya Handoko sudah bersiap menjemput Maya.. Rasa sedih menyelimuti hati Tejo dan Tinah ketika melepas sang anak untuk bekerja di kota orang, namun dengan berat hati mereka harus ikhlas demi kelancaran urusan Maya di kota sana. ****Sore hari Maya sudah tiba di kediaman sang majikannya, ia dibuat takjub dengan rumah mewah, megah dan luasnya melebihi lapangan sepak bola. Maya bengong di depan halaman rumah sang majikan hingga membuat Handoko geram. "Maya.." panggil Handoko setengah berteriak. "Iya.. i.. Iya pak," jawab Maya kaget. "Ayo cepetan masuk malah bengong disitu," ajak Handoko lalu Maya melangkahkan kakinya masuk ke istana megah sang majikan. Disana Maya sudah ditunggu kedatangannya oleh Boy yang sedang duduk di ruang keluarga sambil bermain ponsel mahalnya. "Bos saya sudah membawa Maya," ucap Handoko sembari membungkuk hormat. Lalu Boy memperhatikan penampilan Maya dari atas sampai bawah, ya meskipun penampilannya norak tapi fisiknya oke lah. "Siapa namamu?" tanya Boy ketus. "Nama saya Maya Syaqilla pak," jawab Maya lirih. "Nama yang bagus.. Mulai besok kamu sudah boleh mulai bekerja, biar nanti ketua art yang memberitahu apa saja yang kamu kerjakan," ucap Boy ketus. "Ba..baik pak," jawab Maya gugup. "Antar dia ke kamarnya biar bebersih dulu setelah itu istirahat," suruh Boy dan Handoko mengangguk mengerti. "Ayo May ikut saya ke kamarmu," ajak Handoko dan Maya mengangguk. Setelah kepergian Maya entah kenapa hati Boy terasa sangat sedih, ia jadi teringat dengan Almira.. Wanita yang sudah membuat hatinya terasa mati. Mau disangkal seperti apapun mereka hampir mirip cuma bedanya Maya berpenampilan sederhana layaknya gadis desa. "Kenapa harus dia yang nantinya jadi istri kontrak gue?" gumam Boy gelisah. Merasa terlalu lama jika menunggu esok hari akhirnya Boy memanggil Maya ke ruang kerjanya. Tok.. Tok.. Tok.. Suara ketukan pintu. "Masuk," jawab Boy dari dalam. "Permisi pak apa betul anda memanggil saya?" tanya Maya sopan. "Benar.. Silahkan duduk," jawab Boy. "Silahkan tanda tangan ini agar mulai besok kamu bisa langsung bekerja dan nantinya saya sendiri yang akan memantau kinerja kamu," ucap Boy menyerahkan map perjanjian. "Boleh saya baca dulu pak?" tanya Maya dan Boy mengangguk setuju. Lalu Maya membaca isi perjanjian yang diberikan bosnya secara teliti, di point terakhir Maya dibuat kaget akan isi perjanjiannya. Maya merasa keberatan dan langsung menanyakan pada bosnya. "Maaf Pak tapi untuk point terkahir saya keberatan," ucap Maya gugup. "Apa alasannya?" tanya Boy kesal. "Karena saya disini bekerja sebagai pembantu bukan untuk dijadikan istri kontrak," jawab Maya setengah ketakutan. "Haha kamu pikir nantinya saya akan macam-macam denganmu? Tidak akan bahkan menyentuhmu saya enggan, sebenarnya kamu ada disini ya karena untuk menjadi istri kontrak saya, gak lama hanya setahun saja. Kalau bukan desakan dari keluarga mana mau saya melakukan ini sama saja kan merendahkan harga diri saya sebagai pewaris tunggal," ucap Boy dengan angkuhnya. Ia merasa kesal karena Maya dengan beraninya menolak permintaannya, ia pikir dengan membaca isi perjanjian Maya akan patuh dan langsung setuju. "Tidak pak karena pernikahan itu sakral dan hanya terjadi sekali seumur hidup, saya tidak mau mempermainkan pernikahan jadi lebih baik bapak mencari wanita lainnya saja," tolak Maya. "Berani sekali kamu menolak permintaan saya, hanya tanda tangan dan kita akan menikah kontrak minggu depan, setelah itu ikuti semua sandiwara yang saya minta.. Hanya itu saja dan saya jamin tidak akan menyentuh atau bahkan tidur seranjang denganmu, apa kamu lupa tujuanmu datang ke kota untuk apa? Kamu ingin mewujudkan itu semua kan? Makanya tanda tangan perjanjian ini dan saya jamin keluarga kamu hidup enak, nyaman dan bahagia," ucap Boy mempengaruhi Maya. "Tapi pak yang namanya pernikahan itu harus ada wali nikah dan saksi, saya mau kelak ketika menikah ada bapak dan emak yang menyaksikannya," ucap Maya dengan polosnya. "Itu jika terjadi pernikahan sungguhan.. Ini kan hanya kontrak, perbulan kamu juga akan mendapat jatah uang dari saya berapa pun yang kamu mau," ucap Boy. "Berapa pun yang saya mau?" tanya Maya tak percaya. "Tentu saja tinggal sebutkan saja berapa nominal yang kamu minta dan saya jamin keluargamu juga hidup enak," ucap Boy memprovokasi. "Maaf Pak saya tetap tidak bisa, saya permisi dulu," tolak Maya lalu meninggalkan Boy sendirian di ruang kerja. "Astaga.. Susah sekali membuat dia patuh padaku, apa dia gak tergiur dengan harta? Mana ada jaman sekarang wanita yang menolak harta cuma-cuma apalagi ini menikah denganku.. Banyak disana yang antri untuk menjadi pasanganku tapi dia.. Dia gadis desa yang dengan tegasnya menolak gue, gila.. Dia membuat gue penasaran," batin Boy kesal lalu melempar map ke sembarang arah. Di kamar Maya tak hentinya menangis ketika mengetahui jika tujuannya bekerja disini bukan untuk menjadi pembantu melainkan dijadikan istri kontrak, benar kata bapak jika hidup di kota sungguh kejam, kalau tidak bisa menjaga diri sendiri maka akan hancur. Lalu tiba-tiba ada telepon dari bapaknya, Maya langsung menyeka air matanya dan mengangkat panggilan. "Halo pak?" ucap Maya. "Halo gimana nduk kamu sudah sampai di rumah majikanmu? Gimana majikanmu? Jahat? Kejam atau gimana?" tanya Tejo khawatir. "Alhamdulillah Maya sudah tiba sore tadi pak dan majikan Maya menyuruh Maya untuk bersih-bersih badan setelah itu istirahat, ini Maya barusan bangun tidur jadinya belum sempat mengabari bapak, maafin Maya ya pak udah membuat bapak khawatir," ucap Maya berbohong. "Syukurlah kamu sudah sampai dengan selamat, ada yang mau bapak omongin nduk," ucap Tejo serius. "Apa itu pak?" tanya Maya penasaran. "Sekarang kamu sudah bekerja di kota jadi bapak minta tolong apakah kamu nantinya bersedia setiap bulan memberikan sedikit gajimu untuk kami dan juga untuk melunasi hutang-hutang bapak?" tanya Tejo dengan hati-hati. "Sejak kapan bapak punya hutang dan dengan siapa pak?" tanya Maya kaget. "Sejak lama nduk dan itu pun untuk membiayai pendidikan anak-anak bapak jadi bapak terpaksa meminjam pada bang Remon.. Tau sendiri betapa kejamnya dia kalau nanti bapak belum bisa melunasi hutangnya," ucap Tejo sedih. "Astaga bapak.. Kenapa meminjam sama dia? Kalau gak ada uang lebih baik bilang gak ada pak daripada meminjam pada rentenir itu.. Memang berapa hutang bapak semuanya?" tanya Mayang geram. "Bapak juga terpaksa meminjam uang padanya kalau bukan mendesak.. Jika sama bunga hutang bapak menjadi 30 juta nduk dan dalam waktu 1 bulan bapak harus melunasi, tadi pak Remon kesini ketika mendengar kabar bahwa kamu sekarang bekerja di kota jadinya pak Remon pikir kamu bakal memiliki gaji yang besar," ucap Tejo merasa bersalah. "Sudahlah masalah bang Remon biar Maya yang urus asalkan setelah ini bapak janji jangan lagi punya hutang padanya atau sama siapapun," tegur Maya. "Iya nduk bapak janji ini pertama dan terakhir kalinya, maafin bapak sudah menjadi beban untukmu," ucap Tejo sedih. "Sudah pak jangan terlalu di pikirkan mungkin memang ini sudah takdirnya, semoga dalam sebulan Maya bisa mendapatkan uang sebanyak itu ya pak, bos Maya baik orangnya semoga dia bisa meminjamkan Maya uang," ucap Maya yang di aminkan oleh Tejo lalu panggilan mereka putus. "Kenapa bapak diam-diam memiliki hutang sama rentenir gila itu sih? Nominalnya banyak lagi mana mau majikan Maya meminjamkannya, tapi kalau gak di lunasi kasihan bapak.. Bisa-bisa mereka bertindak kejam, apa aku harus menyetujui pernikahan kontrak itu ya kan pak bos bilang bakal mengabulkan berapapun nominal uang yang aku mau," batin Maya bimbang.Perihal urusan dengan keluarga Adit kini telah selesai sudah ya meskipun ke depannya mereka tidak akan akrab seperti sebelumnya, begitu juga dengan orang tua Adit, setiap bertemu dengan orang tua Maya terpampang jelas raut kecewa juga benci, namun apa boleh dibuat? Tak ada manusia yang bisa melawan takdir. Rencana pernikahan yang sudah disepakati kini tiba pada hari H nya. Kedua mempelai terlihat sangat serasi bahkan suasana pernikahan kali ini jauh lebih hidup dibandingkan pernikahan sebelumnya, mereka sepakat hanya mengundang kerabat terdekat saja agar nuansa intim acara berasa. Toh Maya sudah pernah merasakan pernikahan yang megah dan mewah meskipun waktu itu hanya diatas kertas alias kontrak. Ijab qabul pun akan segera dimulai, Boy sudah lebih dulu berada dimeja bersama penghulu, saksi dan juga wali nikah. Kenapa Maya tak juga ikut duduk di samping?? Tidak.. Maya akan keluar ketika kata sah sudah terucap dan pernikahan diangap sah. Itu sudah menjadi tradisi keluarga dari Maya, ke
Ayahnya pulang dengan wajah kusut bahkan tak ada kata-kata apapun yang terucap setelah kepulangannya dari rumah Maya. Hal buruk pasti sudah terjadi dan kini Adit bisa merasakannya. "Pak.. Apa yang sudah terjadi?" tanya Adit. "Maafkan bapak yang nantinya membuatmu kecewa bahkan patah hati, Maya, wanita yang kamu dambakan menjadi istri kini hanya tinggal angan-angan saja, Maya menolak lamaran kita dan kini Maya memilih majikannya untuk dijadikan suami, maafkan bapak," jawab Eko sangat sedih. "Apa?? Jadi benar dugaan Adit jika antara Maya dengan majikannya ada hubungan khusus, kenapa waktu itu ketika Adit tanya keduanya membantahnya?" jawab Adit kaget. "Kamu sudah tau semua ini?" tanya Eko. "Kalau tau mereka saling memliki rasa ya baru ini pak, bapak sendiri yang mengatakannya, selama ini Adit hanya menduga saja jika keduanya bukan hanya sekedar majikan dengan bawahan," ucap Adit terlihat sedih. "Bapak juga baru tau ini,
Tiba-tiba saja suasana yang tadi mencekam bahkan tegang kini menjadi canggung, Yudhistira juga Puspa memilih diam setelah semua keluh kesah ia ungkapkan, bukannya menjawab semua pertanyaan yang di lontarkan, Boy lebih banyak diam, hal itu semakin membuat mereka kesal bukan main. "Berhubung semuanya sudah kondusif lagi, maka saya akan menjelaskan semuanya dari awal, saya mohon jangan ada yang menyela atau menghardik di tengah penjelasan," pinta Boy namun tak menjawab sahutan dari siapapun. "Oma.. Apa yang oma tanyakan tadi itu semua benar, saya juga Maya melakukan pernikahan kontrak selama satu tahun karena sebuah keuntungan masing-masing, Boy mendapat warisan yang sudah dijanjikan begitu juga dengan Maya yang bisa membuat keluarganya hidup lebih baik dari sebelumnya bahkan melunasi semua hutang keluarganya, apakah kedua orang tua Maya tau ini? Tentu tidak, Maya beralasan jika ia bisa menebus hutang pada lintah darat karena nantinya gaji setiap bulan di
Merasa semuanya tak bisa dibicarakan sebelah pihak saja membuat Tejo meminta agar Boy mendatangkan keluarganya dan membicarakan semua ini. Awalnya Boy menolak namun karena kegigihan Tejo akhirnya Boy setuju, segera Boy menghubungi papahnya juga oma agar besok datang kesini. Awalnya Yudhistira penasaran kenapa harus sampai datang ke rumah anaknya? Masalah apa yang sedang menimpa? Namun karena anaknya tau menjelaskan dan memilih memberitahukannya nanti ketika bertemu, akhirnya Yudhistira setuju. Baginya mungkin anaknya lebih nyaman jika bertatap muka, berbeda respon dengan omanya, Puspa. Awalnya Puspa kesal karena harus pulang besok pagi padahal voucher yang diberikan cucunya itu untuk 2 hari 3 malam, otomatis Puspa mengomel panjang lebar namun ia tetap akan pulang besok. Masalah keluarganya untuk datang pun sudah beres, kini tinggal mempersiapkan diri jika nanti papah dan omanya memaki Boy habis-habisan. Menunggu adalah hal yang membosankan, begitu juga
"Ada apa Boy? Ini tengah malam," tanya Maya setelah masuk ke kamar suaminya. "Ini tentang kita.. Aku gak bisa menahan lagi semuanya, lebih baik kita jujur dengan kedua orang tuamu," jawab Boy. "Gak.. Aku gak setuju! Aku gak mau bapak kecewa," tolak tegas Maya. "Tidak akan.. Niatku kan baik, lagian selama ini aku tak pernah melanggar perjanjian kita," bantah Boy. "Apapun itu aku gak mau kedua orang tuaku tau, biarkan semua selesai sesuai waktunya setelah itu kita memulai dari awal," pinta Maya. "Semua sudah selesai ketika kita berdua di Bali waktu itu, apa kamu lupa? Kan aku sudah menjelaskan semuanya, lagian selama ini aku bertanggung jawab," ucap Boy yang membuat pikiran Tejo negatif, tanggung jawab? Apa maksud perkataan itu?? Jangan-jangan… ah tak mau berprasangka buruk, lebih baik Tejo tanyakan langsung. Brak.. Suara pintu dibuka dengan keras membuat penghuninya kaget. "Apa maksud perbincang
*Sebelum Boy pulang, terlebih dahulu Boy menelpon oma nya agar tidak pulang ke rumah*"Halo, Boy? Ada apa? Oma lagi sibuk nih," tanya Puspa. "Oma lagi dimana sih?" tanya Boy penasaran. "Oma lagi hangout sama bestie oma dong, kenapa emangnya?" tanya Puspa. "Kebetulan sekali, tadi Boy ditawari voucher menginap di salah satu hotel di Bandung untuk 4 orang dan itu untuk hari ini, otomatis Boy gak bisa dong oma kan pekerjaan dikantor lagi selangit, kok tiba-tiba Boy ingin menelpon Oma eh taunya oma lagi hangout sama temen-temen oma, coba tanyain ke temannya mau apa enggak?" ucap Boy yang dijawab antusias para bestie yang telah lanjut usia. "Mereka mau dong.. Kapan berangkatnya?" tanya Puspa memastikan. "Penerbangan jam 1 siang ini oma, kalau mau akan Boy konfirmasi ke teman Boy dulu ya," ucap Boy. "Oma nanti pulang dulu bawa beberapa baju dan pendukung lainnya," ucap oma. "Eits.. Ini udah jam 11