Kesokan harinya Maya menemui sang majikan yang sedang berenang, mata Maya serasa ternodai ketika melihat tubuh majikannya yang sangat atletis dan Maya menyebutnya dengan roti sobek.
"Astaga mataku ternoda dengan pemandangan indah ini, apa ini roti sobek yang sesungguhnya?" batin Maya tak berkedip. Merasa diperhatikan segitunya membuat Boy risih lalu memanggil Maya cukup keras.
"Maya.. Apa yang kamu lihat?" tanya Boy setengah berteriak dan Maya kaget.
"Eh..i..itu pak.. Kolam.. Iya kolam renangnya besar sekali seperti sungai di kampungku," ucap Maya terbata.
"Haha mana ada sungai ukuran segini, katakan ada keperluan apa kamu menemui saya," ucap Boy to the poin.
"Hmm bapak gak mau memakai baju dulu?" tanya Maya dan Boy hanya melotot.
"Baik pak saya akan mengatakan.. Bolehkah.. Bo..bolehkah saya meminjam uang pak?" tanya Maya hati-hati.
"Untuk apa? Kamu belum mulai bekerja dan disini pun belum ada satu bulan," tanya Boy.
"Ada keperluan mendadak di kampung pak memang saya belum ada sebulan kerja disini bahkan baru beberapa hari namun meminjamkannya tidak harus sekarang kok pak," ucap Maya gugup.
"Kamu ini gimana sih, katanya mau minjam uang tapi tidak sekarang, maksudmu gimana Maya?" tanya Boy heran.
"Kata bapak saya mereka memberi jatuh tempo sampai akhir bulan pak makanya itu saya bilang dari sekarang jadi kalau bapak mau berpikir dulu kan waktunya masih lama," ucap Maya.
"Memang berapa yang kamu butuhkan?" tanya Boy penasaran.
"Ti..tiga puluh.. Tiga puluh juta pak" ucap Maya terbata-bata.
"Apa? Untuk apa uang sebanyak itu?" tanya Boy kaget.
"Untuk melunasi hutang bapak saya kemarin malam bapak menelpon katanya ditagih sama rentenir dan diberi waktu selama satu bulan, nominal segitu sudah sama bunganya pak," jawab Maya lirih.
"Saya bisa saja memberikan uang itu tanpa perlu kamu pinjam asalkan kamu tau maksud saya," ucap Boy dengan tenang.
"Me..menikah kontrak dengan bapak," jawab Maya lirih.
"Cerdas.. Bagaimana? Kamu bisa melunasi hutang orang tuamu disatu sisi kamu tidak perlu berhutang pada saya malah yang ada selama setahun kamu mendapatkan uang dari saya secara cuma-cuma apalagi nantinya kehidupan keluargamu tercukupi," ucap Boy tersenyum smirk.
"Ba.. Baik pak saya setuju asalkan bapak menepati semua janji yang bapak ucapkan, saya mau kehidupan keluarga saya bisa lebih baik pak," ucap Maya yang tak ada pilihan lain dan Boy senang mendengarnya.
"Itu hal mudah untuk saya, setelah ini ke ruang kerja saya dan tanda tangani perjanjian itu," perintah Boy dan Maya hanya mengangguk saja.
Setelah berat hati menandatangani perjanjian itu kini uang 30 juta diterima oleh Maya secara utuh di genggaman tangannya. Maya sampai gemetar memegang uang sebegitu banyaknya.
"Pak ini semua 30 juta?" tanya Maya bergetar.
"Tentu saja kalau tidak percaya silahkan dihitung," jawab Boy enteng.
"Sa..saya tidak pernah memegang uang sebanyak ini pak dan ini pertama kalinya, ternyata 30 juta tebal sekali ya pak," ucap Maya dengan polosnya hingga membuat Boy tertawa terbahak-bahak.
"Haha kamu pikir uang 30 juta itu tipis? Kenapa kamu polos sekali sih untung saja kamu bertemunya majikan sepertiku andai kamu bertemu majikan yang jahat wah saya tidak bisa menduganya," ucap Boy.
"Memang disini banyak orang jahat ya pak?" tanya Maya penasaran.
"Ini ibukota dan kehidupan disini kejam, jika kamu lemah maka akan di tindas, maka dari itu jadilah wanita yang memiliki prinsip… Sudah serahkan uangnya pada orang tuamu agar mereka tidak dikejar rentenir lagi," ucap Boy dan Maya kebingungan.
"Ada apa lagi?" tanya Boy heran.
"Saya mengantar langsung ke kampung pak? Nanti butuh waktu yang lama dan pekerjaan saya disini terbengkalai," ucap Maya kebingungan.
"Keluargamu gak ada yang punya rekening bank? Tetanggamu atau bahkan saudaramu?" tanya Boy heran dan Maya hanya menggeleng pelan.
"Astaga ini zaman modern kenapa kalian tidak punya rekening, lalu kalau kalian menyimpan uang dimana?" tanya Boy penasaran.
"Kami tidak pernah menyimpan uang pak, gaji kedua orang tua saya sehari nya hanya cukup untuk makan," jawab Maya lirih dan Boy merasa tak enak hati.
"Maaf.. Maaf.. Setelah ini akan saya buatkan rekening bank juga untuk orang tuamu jadi kalau sewaktu-waktu kamu mau kirim uang tinggal lewat bank saja, untuk sekarang berikan nomor rentenir itu biar saya transfer lewat bank saja," ucap Boy lalu Maya menyerahkan nomor Bang Remon dan dalam hitungan menit uang 30 juta sudah masuk ke rekening rentenir gila itu.
"Hutang keluargamu sudah lunas dan ini buktinya jadi setelah ini tidak ada lagi yang menganggu keluargamu lagi, beritahu bapakmu kalau kamu sudah mentransfer hutangnya lewat rekening," ucap Boy dan Maya segera memberitahu bapaknya.
"Makasih banyak pak.. Makasih," ucap Maya bahagia dan Boy hanya mengangguk saja.
"Kenapa melihatnya bahagia seperti ini hati gue ikutan senang sih, ada apa sebenarnya dengan diri gue," batin Boy.
***
Beberapa hari kemudain Boy berencana ingin memperkenalkan Maya pada keluarganya sebagai calon istri, jadi hari ini Boy mengajak Maya ke sebuah salon dan butik untuk merombak penampilannya.
"Beberapa hari lagi kamu akan menjadi seorang nyonya besar jadi penampilan juga harus dirubah total, nanti akan saya belanjakan beberapa pakaian untukmu dan setelah itu kita ke salon untuk merombak rambut dan wajahmu," ucap Boy membuat Maya sungkan.
"Saya tidak akan di operasi kan pak?" tanya Maya ketakutan.
"Haha ya enggaklah.. Fisikmu sudah oke untuk apa di operasi," ucap Boy keceplosan dan Maya kaget mendengarnya.
"Apa pak?" tanya Maya salah tingkah.
"Sudah ayo berangkat.. Keluarga saya sudah menunggu di rumah besar," ucap Boy salah tingkah.
Setelah memilih baju juga mengubah penampilannya di salon kini wajah Maya semakin terlihat cantik dan menawan hingga membuat Boy tak henti memandangnya.
"Ada yang salah dengan penampilan saya pak?" tanya Maya yang risih terus di perhatikan oleh bosnya.
"Apa? Gak.. Gak ada.. Udah oke," jawab Boy salah tingkah.
"Syukurlah.. Tapi saya risih pakai baju kayak gini pak, ini bukan saya," ucap Maya tak nyaman dengan dress ketat membentuk lekuk tubuh dengan kedua lengannya sedikit terbuka.
"Nanti juga terbiasa," jawab Boy enteng lalu menggandeng tangan Maya kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan menuju rumah orang tuanya.
Diperjalanan Maya ditelepon oleh bapaknya untuk menanyakan perihal hutang.
"Halo pak," ucap Maya lembut.
"Halo nduk apa benar kamu sudah melunasi hutang bapak? Tadi pak Remon pagi-pagi sekali kesini, bapak pikir bakal menagih hutang ternyata memberitahu bahwa kamu sudah melunasinya," tanya Tejo.
"Benar pak alhamdulillah sudah Maya lunasi jadi mulai sekarang bapak jangan pusing lagi memikirkan bagaimana caranya melunasi hutang bang Reymon itu dan Maya mohon setelah ini jangan lagi memiliki hutang ya pak," pinta Maya.
"Kamu dapat uang darimana?" tanya Tejo.
"Dipinjami majikan Maya pak," jawab Maya berbohong.
"Tapi majikanmu tidak meminta hal khusus kan? 30 juta itu banyak sekali nduk dan kamu belum ada satu bulan bekerja disana, kenapa dengan mudahnya majikanmu memberi pinjam?" tanya Tejo curiga.
"Hal khsusus apa pak? Tidak ada kok kan sudah Maya katakan kalau majikan Maya itu baik jadi ya nantinya tiap bulan di potong dari gaji Maya, sudah bapak jangan berpikir yang aneh-aneh yang penting hutangnya lunas dulu," ucap Maya.
"Bapak takut kalau kamu disana di apa-apakan," ucap Tejo khawatir.
"Bapak ini ngomong apa sih, jelas enggak akan lah pak kan Maya kerjanya jadi pembantu lagian majikan Maya orangnya sibuk sekali, disini tidak hanya Maya saja yang bekerja tapi banyak pak.. Ada 10 orang pembantu kayaknya dan ada juga yang menjabat jadi kepala pembantu," ucap Maya berusaha menenangkan Tejo.
"Serius? Majikanmu kaya sekali dong," tanya Tejo kaget.
"Ya begitulah pak.. Rumahnya saja luasnya bisa satu kampung apalagi kolam renangnya sama kayak sungai di kampung kita pak," ucap Maya antusias dan Boy yang mendengar celoteh Maya hanya menahan tawa.
"Kalian ini lucu sekali.. Mana ada rumah ukuran satu kampung dan kolam renang seukuran sungai, Maya.. Maya.. Jadi orang kok polos sekali sih," batin Boy heran.
Mendengar Boy akan datang ke rumah untuk memperkenalkan calon istrinya membuat kedua orang tua Boy menjadi penasaran.. Lama mereka tidak mendengar kedekatan sang putra dengan perempuan lain kenapa hari ini tiba-tiba anaknya ingin memperkenalkan dan langsung menjadikannya calon istri. "Kenapa Boy datangnya lama sekali ya pak?" tanya Margareth gelisah. "Tunggu saja nanti juga datang," jawab Bowo sembari bermain ponsel. Di satu sisi Boy memberitahu kepada Maya perihal apa saja yang nantinya harus di lakukan. "Mau.. Hari ini saya mau mengajakmu bertemu dengan kedua orang tuaku, maka dari itu saya mau kamu nantinya bekerja sama dengan baik ya.. Kamu boleh menjawab dengan jujur bagaimana latar belakangmu namun satu hal yang harus kamu rahasiakan, jangan beritahu pada mereka jika nantinya kami menikah hanya sebatas kontrak, mengerti?" ucap Boy. "Kenapa semuanya mendadak sih pak? Mana siap saya bertemu orang tua anda? Saya takut kalau nantinya mereka tidak suka pada saya lalu mengeluarka
Episode 6-Menikah KontrakSetelah kepulangan dari rumah orang tuanya, Boy langsung menyuruh Handoko untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Maya dalam waktu seminggu.. Hanya Handoko yang mengetahui pernikahan kontrak sang majikan. Maka dari itu Handoko tidak mau mengecewakan majikannya itu.. Segala keperluan ia persiapkan sedetail mungkin sampai menyewa orang tua bayaran untuk menjadi wali nikah Maya. Acara pernikahan ini memang sengaja mengundang beberapa tamu terdekat sekaligus keluarga inti, maka tak heran jika persiapannya harus sangat matang apalagi sang majikan hanya memberikan waktu sangat terbatas. Untung saja ada WO yang bersedia membantu proses pernikahan Boy dan Maya berlangsung sampai souvenir juga catering pun sudah siap, ya meskipun Handoko harus merogoh kocek dua kali lipat mengingat semuanya ini serba mendadak. "Ada-ada saja kemauan orang kaya mah, nikah aja ribet banget.. Untung masih ada WO yang mau menangani pernikahan mendadak ini jika tidak ada duh bisa ribet s
Setelah acara pernikahan juga resepsi berlangsung dengan lancar dan meriah kini keduanya langsung meninggalkan gedung dan bergegas menuju mansion Boy. Maya dibuat kaget dengan keberadaan rumah baru Boy yang tidak sama dengan apa yang ditempati Maya ketika pertama kali datang ke kota. Karena takut akan dijebak sang majikan akhirnya Maya memberanikan diri bertanya. "Maya.." panggil Boy setengah berteriak. "Iya Pak, ada apa?" tanya Maya kaget. "Kenapa diam mematung disitu? Ayo masuk," ajak Boy sambil melihat Maya. "Ini rumah siapa ya pak?" tanya Maya. "Ya rumah saya lah," jawab Boy ketus. "Jangan bercanda deh pak.. Setahu saya rumah bapak gak disini," sanggah Maya. "Kamu ini udah nanya malah ngeyel lagi, itu kan setahu kamu la ini saya kasih tau," jawab Boy geram. "Jangan menjebak saya ya pak, ingat kita ada perjanjian tertulis," gertak Maya. "Menjebak apanya? Kamu jangan buat saya kesal ya, tanya sana sama Handoko rumah ini siapa pemiliknya kalau perlu tanya sekalian sama pak
Setelah semalam dengan aksi hebohnya yang membuat seisi rumah pada panik, kini pagi hari sekali, tepatnya pukul 5 pagi Maya sudah bangun dan langsung menuju dapur. "Non mau ngapain disini? Kalau butuh sesuatu kan bisa tekan bel," tanya pembantu kaget. "Ya mau masak lah bi kan ini udah pagi jadi ya buat sarapan untuk suami," jawab Maya lalu mengambil celemek. "Aduh non jangan.. Ini tugas kami, anda tinggal terima beres saja, nanti malah kami yang kena tegur tuan besar kalau tau kami membiarkan nyonya ada disini," cegah pembantu. "Memang salahnya apa sih bi kan saya mau membuat sarapan," protes Maya. "Tapi ini tugas kami non.. Anda lebih baik kembali ke kamar sambil bersiap," ucap pembantu dengan hati-hati. "Bersiap? Memang saya mau dibawa kemana?" tanya Maya penasaran. "Ya.. Ya saya kurang tau non coba tanya sama tuan," jawab pembantu kebingungan. Yang mereka (para pekerja) tau kan setiap pagi penghuni rumah majikannya akan keluar kamar dengan penampilan yang sudah rapi, wangi
Setelah keduanya bersiap kini Boy kembali dibuat heran dengan penampilan istrinya itu. Memang sih Maya memakai pakaian yang ada di lemari namun itu kan pakaian yang digunakan dirumah, apa Maya gak bisa membedakannya ya? Udah gitu gak ada polesan make up, semakin menambah keprihatinan bagi Boy. "Istri pengusaha penampilannya kok begini sih nanti jadi bahan gunjingan karyawan kantor, ganti baju sana," suruh Boy dan Maya dibuat kebingungan. "Dimana salahnya? Ini kan pakaian yang ada di lemari, seusai apa yang anda suruh," tanya Maya heran. "Salahnya karena kamu pakai baju santai, itu baju untuk dirumah, yang untuk acara formal ada di bagian ujung kanan," ucap Boy memberitahu. "Saya sudah membuka lemari itu namun semuanya terlalu mewah jika saya gunakan, gak pantas pak," tolak Maya sungkan. "Astaga memang itu penampilan yang seharusnya melekat di dirimu," ucap Boy. "Tapi pak.." jawab Maya hampir menolak namun tiba-tiba Maya teringat perkataan Handoko yang menyuruhnya untuk patuh pad
Di ruangan Boy, Maya hanya diam saja dikursi panjang suaminya sembari menunggu perintah namun sayangnya sang suami terlalu fokus bekerja sampai Maya merasa dilupakan. Merasa jenuh akhirnya Maya keluar ruangan untuk mencari angin. "Pak saya izin keluar sebentar ya, suntuk," ucap Maya hati-hati. "Hmm.." jawab Boy tanpa mendengarkan dengan benar apa perkataan Maya. Merasa mendapat persetujuan akhirnya Maya keluar ruangan dan menaiki lift, disana ia tak sengaja menabrak seorang pria berjas hitam yang kebetulan juga ingin menaiki lift yang sama. "Eh maaf mas maaf gak sengaja," ucap Maya sembari melepaskan diri dari dekapan pria asing itu. "Ya gak papa mbak, btw gak ada yang luka kan?" tanya pria itu memastikan dan Maya hanya menggeleng saja setelah itu menunduk. "Syukurlah.. Mau kemana mbak? Apa salah ruangan??" tanya pria itu. "Enggak mas, mau cari angin saja," jawab Maya lalu menunduk. "Kebetulan sekali saya ada tugas diluar, apa mbak mau ikut?" ajak pria itu dan Maya menimbang d
Hari ini Boy sengaja tidak ke kantor lantaran ingin mengajari Maya untuk belajar bagaimana tata cara makan di dalam keluarganya, karena kebetulan malam nanti mamahnya mengundang mereka berdua untuk acara makan malam. Awalnya Boy menolak untuk datang namun karena ancaman mamahnya akhirnya dia pun setuju. "Kalau sampai kamu beneran gak datang maka jangan salahkan mamah akan tinggal dirumahmu dan menetap disana, ingat Boy mamah masih bertanda tanya dengan asal usul istrimu jadi jangan menambah kecurigaan mamah kepada kalian," ucap Margareth yang masih terngiang dipikiran Boy. "May.. Maya…" panggil Boy dan Maya yang masih menonton TV segera menghampiri suami kontraknya. "Iya Pak ada apa?" tanya Maya sedikit kesal karena sudah menganggu waktu acara menonton televisinya. "Nanti malam mamah mengundang kita untuk makan malam," jawab Boy dingin. "Apa?? Saya belum siap bertemu keluarga anda pak," tolak Maya. "Memang cuma kamu saja, saya pun juga. Malas rasanya bertemu dengan mereka malah
"Saya mau melanjutkan sekolah tan," jawab Maya dengan tenang. "Kenapa sampai sekarang belum juga sekolah?" tanya Silvi menjebak. "Karena waktu itu saya belum lolos, tahun ajaran depan mau berusaha lagi semoga saja lolos," jawab Maya dengan tenang hingga membuat Boy kagum. "Apa yang membuatmu tidak lolos?" tanya Silvi masih kurang puas dengan jawaban-jawaban Maya. "Syarat-syarat juga hasil tes," jawab Maya dan Silvi hanya mengangguk saja. "Di kampung orang tuamu bekerja sebagai apa May?" tanya Mia-sepupu Boy. Maya ingin menjawab jujur tentang identitas keluarganya di kampung namun takut membuat Boy malu, ketika menatap mata sang suami yang dia lihat hanya anggukan pelan saja dan Maya menganggap jika Boy setuju untuk berkata jujur. "Kedua orang tua saya bertani," Sontak saja jawaban Maya membuat seluruh anggota keluarga Boy kaget bukan main. Gimana jadinya seorang Boy yang terkenal dingin dan memiliki standar yang tinggi bahkan perfeksionis jatuh ke pelukan gadis kampung anak peta