Share

Perjanjian Boy Dan Maya (2)

Kesokan harinya Maya menemui sang majikan yang sedang berenang, mata Maya serasa ternodai ketika melihat tubuh majikannya yang sangat atletis dan Maya menyebutnya dengan roti sobek. 

"Astaga mataku ternoda dengan pemandangan indah ini, apa ini roti sobek yang sesungguhnya?" batin Maya tak berkedip. Merasa diperhatikan segitunya membuat Boy risih lalu memanggil Maya cukup keras. 

"Maya.. Apa yang kamu lihat?" tanya Boy setengah berteriak dan Maya kaget. 

"Eh..i..itu pak.. Kolam.. Iya kolam renangnya besar sekali seperti sungai di kampungku," ucap Maya terbata. 

"Haha mana ada sungai ukuran segini, katakan ada keperluan apa kamu menemui saya," ucap Boy to the poin. 

"Hmm bapak gak mau memakai baju dulu?" tanya Maya dan Boy hanya melotot. 

"Baik pak saya akan mengatakan.. Bolehkah.. Bo..bolehkah saya meminjam uang pak?" tanya Maya hati-hati. 

"Untuk apa? Kamu belum mulai bekerja dan disini pun belum ada satu bulan," tanya Boy. 

"Ada keperluan mendadak di kampung pak memang saya belum ada sebulan kerja disini bahkan baru beberapa hari namun meminjamkannya tidak harus sekarang kok pak," ucap Maya gugup. 

"Kamu ini gimana sih, katanya mau minjam uang tapi tidak sekarang, maksudmu gimana Maya?" tanya Boy heran. 

"Kata bapak saya mereka memberi jatuh tempo sampai akhir bulan pak makanya itu saya bilang dari sekarang jadi kalau bapak mau berpikir dulu kan waktunya masih lama," ucap Maya. 

"Memang berapa yang kamu butuhkan?" tanya Boy penasaran. 

"Ti..tiga puluh.. Tiga puluh juta pak" ucap Maya terbata-bata. 

"Apa? Untuk apa uang sebanyak itu?" tanya Boy kaget. 

"Untuk melunasi hutang bapak saya kemarin malam bapak menelpon katanya ditagih sama rentenir dan diberi waktu selama satu bulan, nominal segitu sudah sama bunganya pak," jawab Maya lirih. 

"Saya bisa saja memberikan uang itu tanpa perlu kamu pinjam asalkan kamu tau maksud saya," ucap Boy dengan tenang. 

"Me..menikah kontrak dengan bapak," jawab Maya lirih. 

"Cerdas.. Bagaimana? Kamu bisa melunasi hutang orang tuamu disatu sisi kamu tidak perlu berhutang pada saya malah yang ada selama setahun kamu mendapatkan uang dari saya secara cuma-cuma apalagi nantinya kehidupan keluargamu tercukupi," ucap Boy tersenyum smirk. 

"Ba.. Baik pak saya setuju asalkan bapak menepati semua janji yang bapak ucapkan, saya mau kehidupan keluarga saya bisa lebih baik pak," ucap Maya yang tak ada pilihan lain dan Boy senang mendengarnya. 

"Itu hal mudah untuk saya, setelah ini ke ruang kerja saya dan tanda tangani perjanjian itu," perintah Boy dan Maya hanya mengangguk saja. 

Setelah berat hati menandatangani perjanjian itu kini uang 30 juta diterima oleh Maya secara utuh di genggaman tangannya. Maya sampai gemetar memegang uang sebegitu banyaknya. 

"Pak ini semua 30 juta?" tanya Maya bergetar. 

"Tentu saja kalau tidak percaya silahkan dihitung," jawab Boy enteng. 

"Sa..saya tidak pernah memegang uang sebanyak ini pak dan ini pertama kalinya, ternyata 30 juta tebal sekali ya pak," ucap Maya dengan polosnya hingga membuat Boy tertawa terbahak-bahak. 

"Haha kamu pikir uang 30 juta itu tipis? Kenapa kamu polos sekali sih untung saja kamu bertemunya majikan sepertiku andai kamu bertemu majikan yang jahat wah saya tidak bisa menduganya," ucap Boy. 

"Memang disini banyak orang jahat ya pak?" tanya Maya penasaran. 

"Ini ibukota dan kehidupan disini kejam, jika kamu lemah maka akan di tindas, maka dari itu jadilah wanita yang memiliki prinsip… Sudah serahkan uangnya pada orang tuamu agar mereka tidak dikejar rentenir lagi," ucap Boy dan Maya kebingungan. 

"Ada apa lagi?" tanya Boy heran. 

"Saya mengantar langsung ke kampung pak? Nanti butuh waktu yang lama dan pekerjaan saya disini terbengkalai," ucap Maya kebingungan. 

"Keluargamu gak ada yang punya rekening bank? Tetanggamu atau bahkan saudaramu?" tanya Boy heran dan Maya hanya menggeleng pelan. 

"Astaga ini zaman modern kenapa kalian tidak punya rekening, lalu kalau kalian menyimpan uang dimana?" tanya Boy penasaran. 

"Kami tidak pernah menyimpan uang pak, gaji kedua orang tua saya sehari nya hanya cukup untuk makan," jawab Maya lirih dan Boy merasa tak enak hati. 

"Maaf.. Maaf.. Setelah ini akan saya buatkan rekening bank juga untuk orang tuamu jadi kalau sewaktu-waktu kamu mau kirim uang tinggal lewat bank saja, untuk sekarang berikan nomor rentenir itu biar saya transfer lewat bank saja," ucap Boy lalu Maya menyerahkan nomor Bang Remon dan dalam hitungan menit uang 30 juta sudah masuk ke rekening rentenir gila itu. 

"Hutang keluargamu sudah lunas dan ini buktinya jadi setelah ini tidak ada lagi yang menganggu keluargamu lagi, beritahu bapakmu kalau kamu sudah mentransfer hutangnya lewat rekening," ucap Boy dan Maya segera memberitahu bapaknya. 

"Makasih banyak pak.. Makasih," ucap Maya bahagia dan Boy hanya mengangguk saja. 

"Kenapa melihatnya bahagia seperti ini hati gue ikutan senang sih, ada apa sebenarnya dengan diri gue," batin Boy. 

***

Beberapa hari kemudain Boy berencana ingin memperkenalkan Maya pada keluarganya sebagai calon istri, jadi hari ini Boy mengajak Maya ke sebuah salon dan butik untuk merombak penampilannya. 

"Beberapa hari lagi kamu akan menjadi seorang nyonya besar jadi penampilan juga harus dirubah total, nanti akan saya belanjakan beberapa pakaian untukmu dan setelah itu kita ke salon untuk merombak rambut dan wajahmu," ucap Boy membuat Maya sungkan. 

"Saya tidak akan di operasi kan pak?" tanya Maya ketakutan. 

"Haha ya enggaklah.. Fisikmu sudah oke untuk apa di operasi," ucap Boy keceplosan dan Maya kaget mendengarnya. 

"Apa pak?" tanya Maya salah tingkah. 

"Sudah ayo berangkat.. Keluarga saya sudah menunggu di rumah besar," ucap Boy salah tingkah. 

Setelah memilih baju juga mengubah penampilannya di salon kini wajah Maya semakin terlihat cantik dan menawan hingga membuat Boy tak henti memandangnya. 

"Ada yang salah dengan penampilan saya pak?" tanya Maya yang risih terus di perhatikan oleh bosnya. 

"Apa? Gak.. Gak ada.. Udah oke," jawab Boy salah tingkah. 

"Syukurlah.. Tapi saya risih pakai baju kayak gini pak, ini bukan saya," ucap Maya tak nyaman dengan dress ketat membentuk lekuk tubuh dengan kedua lengannya sedikit terbuka. 

"Nanti juga terbiasa," jawab Boy enteng lalu menggandeng tangan Maya kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan menuju rumah orang tuanya. 

Diperjalanan Maya ditelepon oleh bapaknya untuk menanyakan perihal hutang. 

"Halo pak," ucap Maya lembut. 

"Halo nduk apa benar kamu sudah melunasi hutang bapak? Tadi pak Remon pagi-pagi sekali kesini, bapak pikir bakal menagih hutang ternyata memberitahu bahwa kamu sudah melunasinya," tanya Tejo. 

"Benar pak alhamdulillah sudah Maya lunasi jadi mulai sekarang bapak jangan pusing lagi memikirkan bagaimana caranya melunasi hutang bang Reymon itu dan Maya mohon setelah ini jangan lagi memiliki hutang ya pak," pinta Maya. 

"Kamu dapat uang darimana?" tanya Tejo. 

"Dipinjami majikan Maya pak," jawab Maya berbohong. 

"Tapi majikanmu tidak meminta hal khusus kan? 30 juta itu banyak sekali nduk dan kamu belum ada satu bulan bekerja disana, kenapa dengan mudahnya majikanmu memberi pinjam?" tanya Tejo curiga. 

"Hal khsusus apa pak? Tidak ada kok kan sudah Maya katakan kalau majikan Maya itu baik jadi ya nantinya tiap bulan di potong dari gaji Maya, sudah bapak jangan berpikir yang aneh-aneh yang penting hutangnya lunas dulu," ucap Maya. 

"Bapak takut kalau kamu disana di apa-apakan," ucap Tejo khawatir. 

"Bapak ini ngomong apa sih, jelas enggak akan lah pak kan Maya kerjanya jadi pembantu lagian majikan Maya orangnya sibuk sekali, disini tidak hanya Maya saja yang bekerja tapi banyak pak.. Ada 10 orang pembantu kayaknya dan ada juga yang menjabat jadi kepala pembantu," ucap Maya berusaha menenangkan Tejo. 

"Serius? Majikanmu kaya sekali dong," tanya Tejo kaget. 

"Ya begitulah pak.. Rumahnya saja luasnya bisa satu kampung apalagi kolam renangnya sama kayak sungai di kampung kita pak," ucap Maya antusias dan Boy yang mendengar celoteh Maya hanya menahan tawa. 

"Kalian ini lucu sekali.. Mana ada rumah ukuran satu kampung dan kolam renang seukuran sungai, Maya.. Maya.. Jadi orang kok polos sekali sih," batin Boy heran. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status