Share

Dia Masih Hidup

Noland yang masih menunggu di depan pondok, merasa kesulitan untuk tidak menghiraukan suara erangan dan juga desahan Ravena yang sangat keras itu. Dia bahkan bisa mendengar suara ranjang yang berdecit akibat percintaan panas sang pangeran dengan Ravena yang terjadi semalaman penuh! Noland bersumpah, dia baru berhenti mendengar suara keduanya saat matahari mulai terbit!

Siang harinya, Harvey melihat sekali lagi punggung telanjang Ravena yang berbaring membelakanginya. Saking lembutnya deru napas gadis itu, Harvey sampai tidak menyadari kalau dia masih hidup. Ada penyesalan yang terpancar dari sepasang mata birunya. Dan ketika dia hendak melihat wajah gadis yang telah ‘menyelamatkannya’, Noland sudah lebih dulu mengetuk pintu.

“Sebaiknya kau pergi sekarang, akan berbahaya kalau mereka tidak menemukanmu dimanapun” ucap Noland segera.

“Baiklah, aku serahkan urusan di sini padamu” Harvey menatap lagi punggung Ravena dengan ekor matanya untuk terakhir kali, berniat menyimpan memori tentang gadis itu di ingatannya.

‘Semoga kita bertemu lagi di kehidupan yang lain’ batinnya pilu, Harvey bahkan belum sempat melihat wajah Ravena untuk terakhir kali.

Sebenarnya, Harvey ingin sekali menguburkan Ravena sendiri sebagai bentuk tanggung jawabnya. Namun keadaan di Helion juga tidak bisa diabaikan begitu saja, dia pun segera naik ke punggung jasper dan melesat pergi meninggalkan hutan selatan Caligo.

Sementara itu, Noland nyaris tidak dapat berkedip saat melihat pemandangan yang mengejutkan di depan matanya. Beberapa kali dia menepuk pipinya, berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau ini bukan mimpi. Noland tidak salah lihat, gadis itu hidup!

“Kau? Apa yang terjadi?” Noland menunjuk Ravena yang tak kalah terkejut darinya.

“Dari semua kekacauan di ruangan ini, seharusnya kau sudah tahu apa yang terjadi” jawab gadis itu setelah mendapatkan kembali ketenangannya.

'Tidak bukan itu maksudku' Noland tergagap dalam hati.

Ravena juga sama terkejutnya dengan Noland karena pria itu masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Sementara Noland bukannya tidak tahu sopan santun, dia mengira Ravena sudah mati. Jadi dia berpikir untuk langsung masuk saja tadi.

“Bisakah kau keluar dulu? Aku harus membersihkan diri dan berpakaian” Ravena mengusir Noland, raut kesal dan marah benar-benar terpancar dari wajah cantiknya.

Selesai mandi dan mengenakan kembali pakaiannya yang semalam, Ravena segera keluar dari pondok dan bergegas naik ke kudanya untuk pulang ke rumah bibi Lucy. Namun baru saja dia hendak menarik pelana kudanya, Noland muncul entah dari mana bersama dengan kudanya juga.

"Aku minta maaf karena bersikap tidak sopan tadi" pria itu meminta maaf karena sudah menerobos masuk ke dalam pondok tanpa ijin.

Ravena memaafkannya, namun menolak saat pria itu mengatakan akan mengantarnya pulang.

Mengabaikan perintah Ravena. Noland menarik pelana kudanya, lalu mengejar kuda Ravena yang lebih dulu pergi meninggalkan hutan. 

***

Di depan rumah bibi Lucy, Ravena mendapati Naomi yang tengah berdiri dengan cemas. Ravena segera turun dari kudanya untuk menghampiri Naomi. Dia tahu, gadis itu pasti mencemaskannya karena menghilang semalaman.

“Ya Tuhan, nona. Syukurlah kau kembali, apa kau terluka?” Naomi memeluk erat tubuh ramping Ravena, sesaat kemudian melepaskannya untuk mengamati dan memastikan Ravena baik-baik saja.

“Hm, aku baik-baik saja. Maaf karena sudah membuatmu khawatir” Ravena tersenyum pada gadis itu lalu memeluknya kembali.

Saat mata Naomi menangkap keberadaan Noland yang berdiri tidak jauh darinya, gadis itu melepaskan pelukan Ravena dan segera menghampiri pria berambut ikal itu. Kedua telapak tangannya mengepal sebelum Naomi mengumpulkan segenap tenaga untuk meninjunya.

Matanya menatap penuh amarah dan napasnya menderu menahan diri untuk tidak menghajar pria itu lebih parah lagi.

“Dasar brengsek! Beraninya kau membuat nona Ravena tidur dengan pria itu!” Naomi menyemburkan semua kemarahanannya pada Noland.

Merasa tidak nyaman dengan tatapan orang-orang di sekitarnya, Ravena menarik Naomi masuk ke halaman rumah bibi Lucy. Mengabaikan Noland yang meringis memegangi sudut bibirnya yang berdarah. 

“Apa kau ingin mempermalukanku?” Ravena memegang kedua bahu Naomi untuk menenangkannya.

“Maaf, aku sangat cemas karena tidak menemukanmu dimanapun, dan saat aku mengetahui Noland membawamu pada pangeran itu, aku menjadi sangat marah.”

“Aku tahu, maafkan aku juga karena tidak memberitahumu lebih awal” Ravena menghembuskan napas dalam, berusaha memahami perasaan Naomi.

“Nona, apa kau benar-benar melakukannya? Lihat, dia bahkan mengotori kulitmu” Naomi bertanya dengan hati-hati, yang dibalas dengan anggukan oleh Ravena.

Naomi merasa kesal luar biasa saat melihat ada banyak sekali tanda kemerahan di leher dan dada atas Ravena.

“Sekalipun pria itu adalah seorang pangeran atau putra mahkota, tetap saja dia tidak layak untukmu” sembur Naomi yang masih diliputi kemarahan.

“Naomi, aku melakukannya atas kemauanku sendiri. Tidak ada siapapun yang memaksaku” Ravena berusaha menjelaskan kenyataannya.

“Tetap saja, nona. Pria biasa manapun tidak layak untuk mendapatkanmu, tidak akan pernah!” Naomi berbalik hendak masuk ke dalam rumah.

“Apa maksudmu dengan pria biasa manapun?” langkah kaki Naomi terhenti tiba-tiba saat mendengar pertanyaan itu.

Untuk sesaat dia merutuki kebodohannya karena kelepasan bicara. Bagaimana kalau dia membuat Ravena curiga?

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status