Share

Tempat Pelarian

last update Huling Na-update: 2023-10-01 04:35:06

“Aku sungguh minta maaf, tapi aku tidak dapat menemukan Naomi dimanapun, justru saat bertemu dengannya, dia—“ bibi Lucy memandang gadis berambut pirang itu penuh arti.

“Kau tenang saja, Noland. Aku bisa menjaga rahasia. Lagipula aku sudah tidak memiliki siapapun lagi, jadi kau dan juga pangeran tidak perlu merasa harus bertanggung jawab. Aku akan melakukannya” jawab Ravena Laine, gadis berambut pirang yang muncul dari balik bahu bibi Lucy.

“Tidak! Kau tidak bisa, kenapa harus dirimu?” Noland memutar matanya kemana saja, dia tidak ingin Ravena menyadari kegundahan hatinya saat ini.

Mereka baru dua kali bertemu, namun kedua pertemuan itu sudah mampu menumbuhkan perasaan suka di hati Noland. Dia menyukai Ravena pada pandangan pertama, saat dirinya menemukan gadis itu berada di padang pasir di ujung Selatan Caligo.

Sekarang, dia malah mendapati gadis itu menyerahkan diri dengan sukarela!

“Karena aku masih perawan. Bukankah pangeran mencari seorang perawan untuk ‘menyembuhkan’nya?” kali ini Noland tidak bisa berkata apapun lagi, melihat sikap Ravena yang tegas dan penuh keyakinan seperti itu, membuat nyalinya ciut.

Setelah ini, Noland tidak akan bisa melihat gadis itu dengan cara yang sama lagi. Karena dia tidak mungkin berebut seorang wanita dengan Harvey. Terlebih lagi, mungkin setelah malam ini, mereka tidak akan bertemu lagi. Setelah malam ini, dia akan kehilangan Ravena untuk selamanya.

Pria itu menahan agar air matanya tidak menetes. Tak lama kemudian dia meraih tangan Ravena dan membawanya pergi untuk menemui Harvey. Nyawa sang pangeran sedang berada di ujung tanduk sekarang, jadi mereka harus bergegas.

***

"Masuklah" Noland mempersilahkan Ravena masuk setibanya mereka di pondok.

"Hmm" Ravena hanya menggumam sembari mengangguk sebelum meninggalkan Noland yang lebih memilih duduk di kursi bambu, yang terletak tidak jauh dari pondok.

Noland tidak bisa pergi dari sana karena dia harus memastikan pangeran Harvey selamat dan tetap hidup. Meskipun dia tahu, itu akan menyakitinya.

Ravena berjalan tanpa suara saat memasuki pondok. Itu adalah tempat tinggal yang indah dan nyaman untuk ukuran letaknya yang di tengah hutan, sangat terawat dan lebih terlihat seperti ‘tempat pelarian’. 

Ravena meraih saklar terdekat untuk mematikan lampu, ini adalah pengalaman pertama baginya, wajar kalau dirinya merasa malu. Mereka hanya berdua saja di ruangan itu, menimbulkan atmosfer yang sedikit asing dan Ravena seketika merasakan dadanya berdesir dengan ritme yang semakin cepat. 

“Siapa namamu?” suara itu terdengar berat dan seksi sekaligus, Ravena juga bisa merasakan saat pria itu perlahan bergerak ke arahnya.

“Ravena” jawabnya singkat, jujur saja dirinya sangat gugup sekarang ini. Dia bahkan tidak melepaskan kedua telapak tangannya yang saling meremas sejak tadi.

“Ravena—?” Harvey mengangkat sebelah alisnya, sengaja menggantung pertanyaannya.

“Ravena saja, aku sebatang kara” jawab Ravena cepat saat memahami pertanyaan Harvey yang menggantung itu.

“Begitu rupanya. Kau sudah tahu kan untuk apa kau berada di sini?” Harvey menggunakan mata birunya yang tajam untuk menelusuri siluet tubuh Ravena yang berdiri di hadapannya.

Dalam hati mengumpati gadis itu karena berani mematikan lampu tanpa seijinnya.

“Tentu saja, dan aku akan menjaga rahasia ini sampai mati” Harvey menghembuskan napas berat, sepertinya Noland belum memberitahunya tentang kutukan itu, kalau tidak, dia tidak akan mengatakannya selantang itu.

“Apa kau perlu bersiap lebih dulu? Mandi mungkin?” Harvey mencoba mengulur waktu, namun napasnya yang terengah dan memburu disadari oleh Ravena.

Gadis itu berjalan mendekati Harvey dan menyentuhkan tangannya pada otot dada yang keras dan berlekuk. Pria itu tidak berpakaian, pikirnya. Meskipun sedikit gemetar, dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Ini adalah keputusannya dan Ravena siap menanggung apapun resikonya.

Harvey yang sudah lama menahan hasratnya pun, tanpa menunggu lagi langsung mengangkat tubuh Ravena dan membaringkannya di atas ranjang besar yang terletak di tengah ruangan, lalu menindihnya.

"Sudah terlambat untuk melarikan diri sekarang" Harvey menyeringai sebelum bibirnya menabrak bibir gadis itu dengan angkuh dan memagutnya dengan rakus.

Ravena, secara mengejutkan menikmati sentuhan pria itu. Dia merasa seperti ada ribuan kupu-kupu yang terbang di perutnya. 

“Ya Tuhan” tanpa sadar dia mengerang saat bibir pria itu melepaskan bibirnya dan berpindah untuk menelusuri leher dan lengannya.

Ravena tidak memiliki pengalaman dalam hal ini, dia masih perawan saat meninggalkan Feyre. Mantan tunangannya pun tidak pernah seberani ini. Sekarang, pria di atasnya itu, justru melakukannya lebih intim!

Perlahan, setelah dia berhasil mendapatkan kenyamanannya. Ravena mulai menyelaraskan diri untuk mengikuti permainan Harvey. Pria itu tampak ‘lapar dan rakus’.

“Kau menyukainya?” Harvey bertanya dengan napas terengah, tangannya sedang bermain-main di atas dada Ravena yang masih berbalut gaun malam berwarna biru.

“Ya” Ravena tak bisa lagi menahan erangannya saat tangan pria itu kini berpindah turun menyentuh pahanya, kemudian daerah paling sensitif di antara kedua pahanya.

“Ada apa?” Harvey mengernyit tak suka saat mendapati kedua kaki Ravena tertutup secara tiba-tiba.

“Aku hanya terkejut, ini adalah pertama kalinya bagiku” Harvey tak bisa menahan senyumnya, di jaman sekarang ini dia masih bisa menemukan seorang perempuan yang masih bisa bersikap malu-malu saat disentuh.

 “Aku pun sama” setelah mengatakan itu, Harvey menurunkan tubuhnya menuju Ravena, membuat gadis itu berteriak dan mengerang secara bersamaan.

Karena ruangan itu gelap, Harvey sampai tidak menyadari kalau darah segar yang keluar dari tubuh gadis itu bukanlah berwarna merah.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • KEKASIH HATI SANG PUTRI   Ucapan Terima Kasih

    Halo, semuanya. Finally! Saya ingin menutup tirai cerita terakhir “Kekasih Hati Sang Putri” dan mengucapkan perpisahan di sini. Ini adalah karya pertama saya yang masih memiliki banyak kekurangan dan hal-hal lain yang saya sesali, tapi saya harap readers sekalian tetap dapat menikmati setiap momen dan alur ceritanya.Selama saya melihat progress para pembaca setiap harinya, dengan rasa haru, penuh syukur dan refleksi diri sebagai seorang author, saya bisa menjalani hari-hari menyenangkan yang sangat berarti. Subscriber, vote dan komentar yang kalian tinggalkan menjadi motivasi terbesar saya dalam mengerjakan cerita ini.Saya benar-benar bersyukur kepada kalian semua, dan saat kita bertemu lagi, saya pasti akan kembali dengan cerita yang lebih seru dan lebih menarik.Semoga kalian semua selalu sehat dan bahagia! ^_^&n

  • KEKASIH HATI SANG PUTRI   Bersama Hingga Akhir

    Noland menyambut tangan Naomi dan mereka berjalan bersama sebelum mengucapkan janji pernikahan. Kemudian diakhiri dengan ciuman bibir yang dalam dan panjang, terlena satu sama lain. Sampai mereka mendengar sorakan dan keduanya menoleh melihat kerumunan orang yang masih berjajar di belakang mereka.Dengan wajah bersemu merah, Naomi dan Noland perlahan mengangkat gelas anggurnya, diikuti semua orang yang hadir di sana. Mereka semua mengucapkan selamat atas pernikahan Naomi dan Noland yang dirayakan secara besar-besaran. Tak terkecuali Ravena, wanita itu menatap puas pada kebahagiaan yang tengah meliputi Naomi.“Benar-benar raja besar Helion. Kau bahkan mengundang para raja dari kerajaan lain untuk menghadiri pernikahan abdi setiamu.” Celetuk Alex di belakang Harvey, pria itu menggeleng, mengakui kekuasaan Harvey yang tak terbatas.“Karena mereka membutuhkan perjanjian kerja sama dengan Helion, jadi mau tak mau mereka harus datang

  • KEKASIH HATI SANG PUTRI   Gaun Pernikahan Spesial

    Satu minggu berlalu, Ravena baru saja kembali dari istana langit. Dirinya sudah mendapatkan jasad dewa Arthur secara utuh dan memakamkannya dengan layak di istana langit, di dekat makam dewi Alora. Kemudian memberikan sebuket bunga mawar besar di monumen di Aphrodite yang dibuat Harvey untuk menghormati mendiang ayahnya.Ravena sudah mendengar cerita lengkapnya dari Harvey. Tentang raja Hames yang meninggal bunuh diri akibat menanggung malu karena gagal mengenali permaisuri Camilia sebagai penyihir jahat. Kemudian ayahnya, raja Emmett juga meninggal tiga tahun yang lalu karena penyakit jantung. Sekarang hanya tersisa ibu tirinya Frederica, wanita itu masih berada di Eldham, namun Noland mengasingkannya dan tidak mengijinkannya keluar untuk bertemu siapapun.“Yang mulia ratu, gaun pesanan anda sudah tiba.” Ucap seorang membuyarkan lamunan Ravena. Dirinya sedang berada di balkon penginapan tempatnya dulu pernah menginap saat menghadiri acara

  • KEKASIH HATI SANG PUTRI   Pertemuan Pertama Dengan Alora

    Akhirnya, Ravena menekankan dadanya yang sensitif di tubuh Harvey yang hangat dan kuat. Harvey menyingkirkan sisa kemeja dan menanggalkan sisa pakaiannya saat Ravena berbaring di atas ranjang. Kemudian Harvey berbaring di samping Ravena, kaki mereka bertautan, tubuh mereka mendesak untuk bisa bersatu. Harvey memposisikan diri.“Kau bisa menahannya?” Tanya Harvey dengan hati-hati, pasalnya ini adalah pertama kalinya mereka melakukannya lagi setelah sepuluh tahun.“Hm, ya.” Suara Ravena tertelan di tenggoorokan, digantikan dengan lenguhan panjang. Rasa sakit nikmat yang intens terasa saat Harvey menyatukan tubuh mereka dengan sangat pelan.Ravena berfokus pada wajah Harvey, pada cinta yang tersirat pada wajah pria itu, merasa puas karena mereka telah bersatu bersama namun masih menginginkan lebih. Kemudian Harvey mulai bergerak, mengirimkan sensasi liar yang bergulung-gulung dari dalam diri Ravena. Bibir Ravena terbuka dan

  • KEKASIH HATI SANG PUTRI   Aku Adalah Milikmu

    “Aku melakukannya demi dirimu dan juga demi kehidupan damai seluruh umat manusia.”“Sedikit saja ada kesalahan, kau bisa terbunuh. Apa kau tahu?” Ravena mengangguk.“Aku bahkan membiarkanmu pergi seorang diri ke Elettra waktu itu. Kalau aku tahu kau sudah melepaskan inti kekuatan perisaimu, aku pasti tidak akan mengijinkannya.”“Sudahlah. Lagipula hal itu sudah lama sekali berlalu. Sekarang aku sudah sepenuhnya sadar dan menjadi lebih sehat, apa itu saja tidak cukup?” Ravena menatap Harvey dengan mata berseri-seri, berharap pria itu akan luluh dan berhenti memarahinya.“Tetap saja aku tidak bisa berhenti menyalahkan diriku sendiri. Kalau sampai kau tidak selamat, aku akan—““Ssssttt, jangan berbicara lagi.” Ravena meletakkan telunjuknya di bibir Harvey, mencegah suaminya berbicara sembarangan lagi.“Aku mencintaimu, sangat.” Harvey lalu

  • KEKASIH HATI SANG PUTRI   Bangun Dari Tidur Panjang

    “Jangan sampai nanti tiba-tiba ada dewa istana langit turun ke bumi dan mengaku-ngaku sebagai tunangannya.” Lanjut Alex, pria itu sangat menikmati melihat raut cemas Harvey.Alex merasa bangga pada dirinya sendiri karena bisa mempermainkan Harvey dan membalas perbuatan pria itu yang telah mengerjainya. Alex masih kesal karena Harvey telah membuatnya menghadiri beberapa acara pernikahan untuk mewakilinya, sekalipun dirinya tidak mengenal orang-orang itu.“Bicara sekali lagi aku akan menyuruh orang tuamu menjodohkanmu dengan Caecilia.” Ancam Harvey dengan tatapan tajam menusuk.“Caecilia? Caecilia Clark? Tidak terima kasih. Kalau kau melakukannya, aku tidak akan mau mengenalmu lagi.” Alex memajukan bibirnya kesal.***Harvey membolak-balikan buku di tangannya dengan gusar. Pikirannya terus saja mengingat kata-kata Alex beberapa waktu lalu. Dia sudah bisa menebak sejak awal, namun dirinya terlalu pe

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status