Share

Ravena Laine

Tiga hari sebelumnya…

Ravena Laine yang merupakan putri sulung raja Emmett Laine dan ratu Leonor Harper. Terlahir sebagai pewaris sekaligus penerus tahta kerajaan Feyre, sebuah kerajaan di belahan Barat negara Eldham. Namun, setelah kematian sang ratu di usia Ravena yang ke lima tahun. Raja Emmett menikah lagi dengan seorang bangsawan bernama Frederica Owen, yang kemudian melahirkan adik perempuannya, Edith Laine.

Setelah pernikahan kedua ayahnya, kehidupan Ravena berubah seratus delapan puluh derajat. Selain dirinya tidak lagi menjadi satu-satunya tuan putri di istana, ayahnya pun terkesan selalu memihak istri kedua dan adiknya. 

Kesabaran Ravena selama bertahun-tahun pun sia-sia, hingga dia berakhir di sini sekarang. Di tempat paling Selatan kerajaan Helion, kerajaan terbesar dan terkuat di dunia. Ravena hanya bisa memikirkan tempat itu saat dirinya hendak kabur dari istananya. Dia bertekad untuk mencari jati diri dan asal-usulnya di sana.

“Tuan putri, sebaiknya kita istirahat dulu. Kau juga belum makan sejak pagi” ucap Naomi, tangannya mengusap peluh yang mulai menetes dari keningnya.

“Baiklah, dan berhenti memanggilku seperti itu. Aku bukan lagi tuan putri” Ravena mengiyakan.

Dia mengikatkan tali kudanya di pohon terdekat sebelum duduk di sebelah Naomi yang lebih dulu menyandarkan punggungnya pada batang pohon beringin yang besar dan rimbun.

“Maafkan saya tuan.. maksud saya nona, nona Ravena” Naomi segera mengoreksi ucapannya setelah mendapat tatapan peringatan dari sang putri.

“Kau bisa berbicara lebih santai mulai sekarang.”

“Mana mungkin!”

“Di pelarian ini, kita hanya berdua saja. Jadi kita harus saling menjaga satu sama lain, kau juga bisa menganggapku sebagai kakakmu” Ravena tersenyum dengan tulus, membuat bulu mata atas dan bawahnya saling bersentuhan.

Dia memiliki bulu mata paling indah dan lentik seantero Feyre.

“Apakah boleh?” Naomi hampir tak percaya, meskipun mereka tumbuh bersama, namun tetap saja dirinya berbeda dari Ravena.

“Tentu saja” Ravena mengangguk mantap.

Sambil menunggu Naomi mengeluarkan perbekalan mereka, Ravena memandang jauh ke depan. Dirinya sudah sangat jauh meninggalkan Feyre. Dia bahkan tidak tahu apakah ayahnya mengkhawatirkannya atau tidak.

 “Ini dia, roti isi daging asap kesukaanmu.”

“Terima kasih, kau memang yang terbaik.”

“Tentu saja, kita tumbuh bersama-sama sejak kecil, sekarang dan sampai akhir pun harus tetap bersama” Naomi tersenyum, menunjukkan gigi-gigi putihnya yang berderet dengan rapi.

“Aku bersyukur karena ada kau di sini, tapi apa benar tidak apa-apa? Maksudku, kau meninggalkan orang tuamu di Feyre untuk kabur bersamaku.”

“Kau tenang saja, ibuku adalah pengikut setia ratu Leonor. Katanya aku juga harus bisa sepertinya, yang selalu setia dan menemanimu apapun yang terjadi.”

“Begitu ya” Naomi mengangguk sembari memakan roti isinya dengan lahap, Ravena lega mendengar jawaban Naomi.

Gadis itu selalu tulus padanya, sama persis dengan ibunya yang selalu setia pada ratu.

Sesaat Ravena tersenyum melihat tingkah gadis itu, kemudian memandangi roti isi di tangannya sebelum melahapnya cepat. 

Ravena hanya perlu menyelesaikan makan siangnya dengan cepat sebelum melanjutkan perjalanan. Dia bertekad untuk pergi sejauh mungkin dari Feyre dan Eldham. Juga memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan tanah kelahirannya, termasuk orang-orang yang ada di dalamnya.

Ngiiik!

“Kau juga lapar rupanya, maaf ya karena aku melupakanmu” Ravena berdiri untuk mengelus kudanya dengan lembut.

Itu adalah kuda putih besar setinggi 175 sentimeter, dengan rambut berwarna kuning keemasan yang mencolok. Kulitnya yang mengkilap membuat kuda itu tampak berkilauan di bawah sinar matahari. Ravena memanggilnya, Hiber.

“Sebentar, aku akan mengambil rumput untuk Hiber” Naomi berdiri dan bergerak cepat untuk memotong rumput yang berada tidak jauh dari mereka.

Ngiiik!

“Tentu saja untukmu juga, Shiver!” Seru Naomi, saat kuda cokelatnya juga menunjukkan gelagat kelaparan yang sama.

Ravena tersenyum melihat tingkah kedua kuda itu. Mereka berada di peternakan yang sama, meskipun Shiver adalah kuda betina dan tidak sebesar Hiber, namun kuda cokelat itu cukup cepat untuk berlari bersama kuda jantan kesayangannya.

Hiber adalah jenis kuda akhal teke, yang merupakan ras tertua di dunia. Kuda itu terkenal memiliki kecepatan yang tinggi, cerdas dan juga tangkas. Dia adalah hadiah ulang tahun yang diberikan ayahnya padanya saat berusia lima belas tahun. Dan Ravena merasa, kuda itu seperti sudah ditakdirkan untuknya.

“Lihat kan, nona. Dua anak ini juga kelaparan.”

“Kau benar, maaf karena telah membiarkan kalian kelaparan” Ravena mengelus lagi rambut Hiber yang tumbuh dengan lebat dan halus, kemudian bergantian menatap Shiver yang berada di sebelahnya.

“Setelah ini kita akan kemana?” Naomi memandang Ravena, gadis itu tampak berpikir sejenak sebelum memutuskan.

“Caligo” Ravena menjawab singkat dan mantap.

“Kau yakin? Tidak sembarang orang bisa masuk kesana” Naomi bertanya lagi, dia tahu betul kalau Caligo dimiliki oleh kerajaan Helion yang terkenal sangat berkuasa di muka bumi ini.

“Aku tahu, tapi hanya tempat itu yang aman untuk kita berempat, lagipula…” Ravena menggantung ucapannya dan terlihat seperti tengah memikirkan sesuatu.

“Apa?” tanya Naomi cepat, seketika dirinya dilingkupi kekhawatiran saat Ravena menyebutkan tentang Caligo.

“Aku bermimpi bertemu dengan seseorang di sana.”

“Apa kau yakin orang di mimpimu itu ada di Helion?” Ravena menggeleng, masih tidak yakin dengan ingatannya tentang mimpi itu.

“Aku melihat gambar matahari” ucapnya samar, membuat Naomi semakin penasaran.

Ravena mengabaikan rasa penasaran Naomi. Kemudian menarik napas dalam, dia sudah mantap untuk pergi ke Caligo apapun yang terjadi. Sejak keluar dari istana, dia sudah berjanji tidak akan pernah kembali lagi ke Feyre.

Mereka sudah pergi selama sepekan, dan selama itu juga, setidaknya ada tiga hingga empat kelompok pemburu yang mencoba mencelakai mereka. Beruntung Hiber adalah kuda tercepat, jadi mereka berhasil lolos dari kejaran orang-orang itu. Ravena yakin, para pemburu itu pasti masih mengejarnya sampai sekarang.

“Apa menurutmu, para pemburu yang mengejar dan berniat mencelakai kita selama ini adalah orang-orang suruhan raja?” Naomi bertanya dengan hati-hati, sudut matanya perlahan mengamati perubahan ekspresi di wajah Ravena.

“Entahlah, sekarang aku hanya ingin… ssttt” Ravena menghentikan ucapannya dan meletakkan jari telunjuknya di bibir, memberi isyarat pada Naomi untuk diam dan tidak bergerak.

***

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status