Sean menelan salivanya dengan gugup dan dia tidak percaya Luna akan mengatakan itu padanya, lalu apa yang akan dilakukannya?Apa dia harus membantu Luna?Tapi...Sean gugup sendiri dan pikiran nakalnya langsung menguasai dirinya. Bagaimana tidak, Luna sangat cantik dan sexy, meski dia selalu memakai pakaian yang sopan tapi tetap saja keseksian tubuhnya yang sempurna masih terlihat. Memikirkan hal itu, sesuatu di celana Sean langsung sesak tatkala ketika membayangkan dada Luna yang padat berisi itu menyembul di depannya dan dia membantu menyesapnya. Ah...Sean gila sendiri dengan pemikiran itu.Padahal dia jelas seorang aktor terkenal, menjadi lawan main perempuan sexy mana saja dia pernah, bahkan pernah juga melakukan adegan ciuman yang begitu intim di beberapa filmnya, tapi tetap saja Sean tidak pernah segugup ini dan biasa saja. Tapi, kenapa dia begitu deg-degan hanya karena Luna berbicara jujur dengan keadaanya? Sean menggeram dalam hati dan mencoba senormal mungkin di depan L
Alih-alih berkata sedikitpun pada Sean, dia hanya memilih memejamkan mata sampai dia merasakan bibir lembut Sean menyentuh putingnya dan mulai menghisapnya. Detik itu juga Luna merasa tubuhnya seperti terkena sengatan listrik kenikmatan yang luar biasa hingga dia menggeliat dan tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mengeluarkan suara desahan sensual yang justru memicu gairah Sean. Luna sudah lama tidak menerima sentuhan apapun dari lawan jenis sejak mengandung Xander, jadi dia merasakan gejolak yang luar biasa di tubuhnya. Terlebih lagi seseorang itu kini menghisap putingnya dengan lembut seolah dia adalah bayi yang penurut. Rasa sakit di dada Luna akhirnya berubah menjadi rasa nikmat yang luar biasa, sehingga Luna tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mengelus rambut Sean dan menekan kepalanya ke dalam dadanya. Sementara Sean, dia rasanya sudah tidak bisa mengendalikan dirinya lagi, dia ingin melakukan sesuatu yang lebih pada Luna. Jadi dia mengulurkan tangannya satu lagi untuk
Luna keluar dari kamar mandi dan dia masih melihat Sean duduk di sofa yang tadi mereka gunakan ‘bercinta sesaat’. Dia dengan canggung melewatinya dan kemudian membuka pintu kamarnya.Sosok Daren muncul di balik pintu dan Luna seketika terkejut.“Daren, ada apa mencariku?” tanyanya gugup.Daren mengerutkan keningnya dan dia bertanya-tanya dalam hati apa yang salah dengan kedatangannya di kamar Luna? Apalagi mereka ke sini terlibat pekerjaan yang sama.“Boleh aku masuk? Aku hanya ingin menyampaikan perubahan jadwal syuting untuk Sean karena aku harus kembali ke Jakarta setelah ini.”Mulut Luna ternganga sejenak dan dia limbung untuk beberapa detik, bersamaan itu wajahnya mendadak pucat.Hal itu membuat dahi Daren berkerut-kerut dan tanpa bertanya lagi pada Luna, dia meralat ucapannya.“Baiklah kalau begitu kita bicarakan di lobi hotel sambil menikmati kopi.”Luna langsung setuju dan dia masuk sebentar untuk berpamitan pada Sean, tapi dia tentu tidak mengatakan hal itu pada Daren.“Oke,
***Luna segera ke kamar Sean begitu dia selesai membicarakan jadwal ulang Sean dengan Daren. Meski dia tidak tahu tujuan Sean meminta dia ke kamarnya, Luna sangat deg-degan dan perkataan Daren terngiang di telinganya.“Mas Sean mencintaiku? Kami bahkan baru dua hari bertemu,” gumam Luna dalam hati.Dia menghela nafas dan menepis pemikirannya saat pintu kamar Sean dibuka oleh pemiliknya sendiri dan dia langsung deg-degan.“Masuklah!”Luna tersenyum segaris tipis dan dia langsung mengikuti langkah Sean. Dia kemudian duduk di sofa dengan jantung yang seolah siap melompat kapan saja.“Aku memesan ini untukmu, semoga membantu selama kamu di sini.”Luna mengambil paper bag dari tangan Sean dan dia terkejut saat membukanya.Pompa ASI? Ya Tuhan...Wajah Luna berubah semerah tomat karena malu dan dia dengan canggung berkata, “Aku minta maaf soal tadi Mas, harusnya aku sedikit bersabar dan tidak meminta Mas Sean melakukan itu.”Sean menggeleng dan dia tersenyum dengan lembut, “Tolong jangan sa
Aura menatap Luna dengan kilatan kemarahan berkobar di matanya, dia hendak melayangkan tamparan keras untuk Luna tapi tiba-tiba tangannya tergantung di udara karena gerakan tangan Sean lebih cepat menghentikannya.“Sean, kamu masih membelanya?” Aura bersungut kesal dan dia menatap Sean penuh kekecewaan.Sean melepas tangan Aura dengan kasar dan dia berkata dengan penuh peringatan, “Aku berhak melindunginya karena dia milikku, jadi jangan sentuh Luna semaumu.”Bukannya senang, Luna justru merasa kepalanya sangat sakit seolah ada palu besar yang baru saja menghantamnya, dia tidak tahu cara menghadapi kemarahan Aura dan Helena sekarang.“Hentikan Sean! Aura calon tunanganmu dan itu keputusan final.” Teriak Helena marah.“Lagipula dia hanya asistenmu kan? Pecat dia sekarang juga dan fokus pada hubunganmu dengan Aura, Mama bisa membantumu mencari asisten pribadi yang lebih dari jalang seperti dia.”Luna menggigit bibirnya dan dia berusaha menekan emosi juga air matanya. Kalau di masa lalu
“Apa kamu ingin cerita sesuatu denganku?” suara Sean yang lembut mencapai telinganya dan Luna melepas pelukannya lalu menyeka air matanya. Dia melirik jam di tangan kanannya sebelum berkata, “Mungkin lain kali, Mas Sean harus bersiap-siap karena jadwal syuting dimajukan setelah makan siang.” Sean menghela nafas dan ia mengangguk. “Tapi kamu janji akan cerita padaku?” Luna menoleh ke arah Sean dan menatap mata birunya yang mengesankan. “Iya, Mas Sean.” Sean tersenyum tipis dan ia memohon sesuatu pada Luna, “By the way Luna, bolehkah kamu memanggilku Sean saja? Itu terdengar lebih baik di telingaku.” Luna balik tersenyum dan ia mengangguk. “Baiklah Sean.” Sean tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum lebih manis untuk Luna dan mengusap puncak kepalanya dengan lembut. “Ayo kita makan siang, kamu pasti sangat lapar kan?” Luna terkekeh dan ia menggoda Sean, “Harusnya aku yang mengajakmu, kamu majikanku.” Sean tersenyum nakal dan berbisik di telinga Luna, “Bagaimana kalau a
Luna dan Sean tiba di restoran hotel saat semua kru film dan para artis lainnya sudah berkumpul di sana untuk makan siang, tak terkecuali Aura. Dari tempat duduknya dia menatap Luna dengan roma kebencian dan permusuhan di matanya. Hatinya seolah ditusuk beberapa belati tajam saat melihat Sean yang semakin dekat dengan Luna dan itu membuat mood makannya hilang. Dia membanting sendok garpunya dengan keras dan menimbulkan perhatian pada sekitarnya. “Aura, apa yang terjadi?” Audrey, teman dekat Aura di film itu bertanya khawatir. Aura hanya menggelengkan kepalanya dengan tatapan yang tidak lepas menatap Sean dan Luna yang duduk tak jauh darinya. Audrey dan beberapa teman artis lain mengikuti pandangan Aura dan mereka segera tahu apa permasalahannya. “Kamu tenang saja Aura, kami akan membantumu.” Audrey menggenggam lembut tangan Aura dengan kilatan mata permusuhan yang ia tujukan pada Luna. Aura menghela nafas dan dia menurunkan pandangannya sebelum berkata, “Itu akan sangat sulit.”
“Bagaimana kalau dia lebih dari sekedar asisten untukku?” Sean menatap Jonathan dengan tatapan permusuhan. Alis Jonathan terangkat salah satu dan dia terkejut dengan pernyataan Sean, ia seolah tidak bisa percaya begitu saja. Sementara Jonathan masih sibuk dengan pemikirannya, Sean menarik tangan Luna dan mengajaknya pergi secara paksa keluar dari restoran hotel. Tentu saja hal itu menarik perhatian sekitar karena Sean datang paling terlambat tapi dia bergegas paling awal, apalagi itu terjadi ketika Jonathan mendekati mejanya. Tak ayal jika suara-suara sumbang langsung berdengung bagai lebah, apalagi Sean keluar dengan ekspresi gelap di wajahnya sambil menarik tangan Luna. “Lihatlah Sean dan Jonathan bertengkar gara-gara Luna!” “Sean sekarang menjadi sensitif semenjak ada Luna.” “Jadi berita kedekatan mereka berdua itu benar?” “Luna sangat cantik, jadi pantas saja kalau Sean langsung jatuh cinta padanya.” “Aku rasa tidak, Sean selalu seperti itu pada lawan mainnya.” “Tapi dia