“Jeremy, aku harus memandikan dan menidurkan Xander terlebih dulu.”Luna langsung pergi begitu saja tanpa ingin menjawab pertanyaan Jeremy karena jelas ia tidak mungkin menerimanya kembali, Jeremy sudah pernah menghancurkan semua kehidupannya bahkan di usianya yang baru genap 21 tahun saat itu, dan sekarang dia meminta menikahinya? “Apa dia sudah gila?” keluh Luna dalam hati saat memandikan Xander.Dia sampai tidak fokus hingga lupa membersihkan rambut Xander, alhasil dia harus kembali memandikan Xander.“Mommy minta maaf.” Lirih Luna sambil mendudukkan Xander ke tempat tidur sambil membasuh tubuhnya yang putih bersih dan berisi, dia seperti pangeran kecil yang menggemaskan.Xander hanya tersenyum cerah sambil menampilkan deretan giginya yang baru saja tumbuh, dia seolah ingin menghibur Luna dengan senyuman itu. “Xander, apa kamu menyukai Daddy?”“Dddddy.” Lagi-lagi Xander tersenyum cerah sambil bertepuk membenturkan mainan di tangan kanan dan kirinya. Luna yang saat ini sedang mem
“Ya, tentu saja kamu harus merasa seperti itu karena kedatangan tamu istimewa.” Goda Sean.Chevra terkekeh dan dia langsung menghampiri Sean untuk menyambutnya. Mereka kemudian pergi ke halaman belakang sambil menikmati kopi sebelum masuk ke obrolan inti. “Hmm, jadi karena Jeremy?” “Ya, kakakmu satu itu selalu saja menggangguku.”Chevra tertawa kecil sebelum berkata, “Jangan lupa kita bertiga satu ayah, jadi dia juga sebenarnya kakakmu.” Sean hanya mengedikkan bahunya malas sambil menyeruput kembali kopinya. “Sayangnya aku melupakan itu dan hanya menganggapmu saja yang saudaraku.”Chevra hanya mendengus sebelum kembali menanggapi perkataan Sean.“Lalu bantuan apa yang kamu butuhkan dariku?” “Tentu saja informasi tentang Louis.” Chevra mengerutkan keningnya dengan keras begitu mendengar nama mendiang sahabatnya disebut.“Louis? Ada perlu apa kamu bertanya tentang dia?” “Jeremy memegang semua kartu as Luna hingga membuat Luna terpaksa kembali padanya, dan menurutku
“Lunaa... how lucky you are, aku punya kabar baik untukmu.” Vania berkata dengan girang saat ia baru saja tiba di rumah kontrakan Luna. Luna yang masih sibuk di dapur dengan alat penggorengan hanya menanggapi dengan gumaman tanpa antusias, ia paham tingkah sahabatnya yang selalu berlebihan. Jadi ia tidak mau ikut ke dalam euforianya sebelum ia tahu kejelasannya. Terlebih lagi, Luna takut kehebohan Vania masih ada sangkut paut dengan Jeremy seperti bulan lalu, Luna masih trauma soal itu. “Kamu yakin tidak ingin mendengar kabar apapun dariku?” Luna sibuk mencicipi masakannya sebelum ia berkata, “Bicaralah kalau itu tidak menyangkut apapun soal laki-laki itu.” Vania menghela nafas tanpa daya, ia paham Luna seperti itu karena kebenciannya pada laki-laki blasteran Jerman – Bali itu sangat tinggi hingga ke ubun-ubun. “Ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan Jeremy, baiklah baiklah aku akan to the point. Aku mendapat pekerjaan untukmu.” Luna yang baru saja selesai menuangkan tumisa
Luna baru tiba di Aaron Management dan langsung disambut hangat oleh Daren di depan pintu utama.Luna merasa sedikit lega dan seketika rasa gugupnya hilang begitu melihat Daren.“Hy Lun, long time no see you dan kamu semakin perfect,” komentar Daren yang menilai Luna dengan angka sempurna.Luna hanya menyematkan senyuman malu-malu.“Perfect apanya Dar? Tambah kurusan iya, banyak begadang nemenin Xander soalnya,” kilah Luna.“Tidak apa-apa, yang penting kamu sehat,” balas Daren yang seketika membuat hati Luna menjadi hangat dan mengingatkannya pada sosok mendiang Louis.“Kamu tahu? Aku benar-benar gugup sekarang, lihatlah tanganku sampai keringat dingin,” celoteh Luna kemudian yang langsung disambut tawa kecil Daren.“Wajar sih karena ini hari pertamamu bekerja di sini, tapi percayalah kamu pasti akan terbiasa nantinya.”Luna mengangguk-angguk mendengarkan perkataan Daren sembari berjalan beriringan bersama menuju pintu lift tanpa memperhatikan sekitar.Jadi dia tidak tahu kalau kedata
*** Luna tiba di basement dengan nafas tersengal, hingga Zacky dan Reno berebut memberinya minum. Luna memelototi mereka dan akhirnya Reno si asisten perlengkapan Gavin yang mengalah, mungkin dia paham Zacky lebih senior. “Kamu baik-baik saja Lun? Wartawan itu tidak ada yang menyakitimu kan?” Tanya Zacky. Luna hanya menggeleng sambil mengusap bekas air minum pada sudut bibir ranumnya dengan jari-jarinya yang ramping, pemandangan itu membuat jantung Reno dan Zacky bertabuh riuh dan mereka tiba-tiba gugup. “Kapan Mas Sean kembali?” suara Luna baru menyadarkan mereka. “Aku tidak tahu, tapi kamu jangan pikirkan Mas Boss, dia senang meladeni wartawan.” Luna terkekeh pelan sambil menyilangkan kaki jenjangnya yang mulus, dan ia menyandarkan bahunya pada posisi yang lebih nyaman. Gerakan itu juga tak lepas dari mata Zacky dan Reno, setiap gerakan Luna sedikit saja membuat mereka terkagum. “By the way Lun, kenapa kamu tidak memilih jadi artis saja? Semua orang mengira kamu artis baru,
“Kami sudah tidak bersama lagi,” balas Luna dengan senyum getir yang menghiasi wajah cantiknya. Pada saat itu, mobil tiba di depan rumah kontrakan Luna. “Aku pulang dulu, bye semuanya, sampai jumpa lagi besok.” Ucapnya dipenuhi dengan senyuman yang lebih tepatnya sangat ia paksakan. Tanpa menunggu jawaban dari ketiganya, ia membuka mobil dan segera turun. Sean merasa bersalah telah bertanya hal itu pada Luna, jadi dia ikut turun menyusul Luna. “Luna tunggu!” Luna berbalik dan menatap Sean terkejut. “Ada apa Mas Sean?” “Emm, aku minta maaf.” Ia tersenyum sebelum berkata, “It’s okey.” Sean tersenyum lega dan dengan canggung berkata, “Salam buat baby kamu, aku pulang dulu.” Luna mengangguk dan tersenyum dengan lembut, membuat jantung Sean berdegup kencang mendapat senyuman seperti itu dari Luna. Ia berbalik dan kembali ke mobilnya. Reno dan Zacky berlomba berdehem menggoda Sean, tapi Sean bersikap cuek dan dengan dingin berkata, “Zacky, ayo kita pulang!” Meski begitu di dalam
“Kita putar balik ke jalan Bougenville, Zack!” “Baik Mas Bos.” Di seberang sana, Aura langsung lega mendengarnya dan ia dengan senang berkata. “Terimakasih Sean, aku tahu kamu sangat peduli padaku.” Hanya gumaman pendek yang keluar dari mulut Sean dan dia kemudian langsung menutup teleponnya. Luna pura-pura tidak mendengarnya dan dia menatap nanar pemandangan di luar jendela, sementara Daren ia pamit turun dan ikut mobil yang ada di belakang. Luna ingin ikut turun bersama Daren, tapi Sean mencegahnya.“Kamu semobil saja denganku, nanti aku akan meminta asisten Aura untuk ikut mobil yang di belakang bersama Daren, Reno dan lainnya.” Luna sebenarnya malas satu mobil bersama Aura, tapi jika Sean yang memintanya ia tidak bisa tidak menurutinya, jadi dia hanya mengangguk seolah dia tidak keberatan sama sekali. Mobil kemudian kembali melaju dan putar balik ke jalan Bougenville untuk menjemput Aura. Tak lama, mobil tiba dan Aura langsung bersemangat. Ia bahkan tidak segan menyuruh L
“Halo Tante.”“Ya Aura, ada apa? bukannya kamu lagi syuting di Bogor dengan Sean?”“Emm iya Tante, baru saja sampai. Tante sibuk?” Aura berbasa-basi.“Lagi perawatan di salon, ada apa Sayang?”“Tante sudah tahu soal asisten pribadi Sean yang bernama Luna?”Di seberang sana, Helena Aaron tampak terkejut, “Asisten pribadi Sean bernama Luna? Setahu Tante asisten Sean bernama Tisa.”Aura menyeringai dan dia melanjutkan aksinya, “Jadi Sean belum bicara sama Tante soal Luna? Dia bahkan digosipkan kekasih baru Sean oleh para wartawan kemarin, Tante juga tidak tahu soal berita itu?”“Apa? kekasih baru Sean? bagaimana mungkin? Kalian akan bertunangan dua minggu lagi, media mana yang berani membuat berita murahan itu Aura?”Aura menaikkan salah satu alisnya dengan ekspresi jahat di wajahnya, dia tahu kepada siapa harus mengadu agar Luna segera enyah dari pekerjaannya.“Iya Tante, Luna itu fans Sean yang tidak suka dengan hubungan kami, jadi dia merayu Daren agar bisa bekerja sebagai asisten pri