Luna sedang mengamati foto Sean yang tampan sempurna di ponselnya ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya.Dia kemudian menyimpan ponsel pemberian Sean itu ke tasnya dan membukakan pintu.Sosok Jeremy yang tinggi menjulang itu berdiri elegan di depannya dengan setelan biru muda yang membuat wajahnya terlihat bersih dan sangat tampan mempesona.Luna sampai gugup menghadapinya. “Jeremy, kau datang dengan cepat.” Jeremy hanya bergumam dan dia langsung masuk begitu saja. Luna tidak punya pilihan mengikutinya setelah menutup pintu kamar. “Bukankah tadi lokasi yang kau berikan itu berada di sebuah villa? Kenapa sekarang kau berada di hotel?” “Aku ingin menunggumu di sini.” Luna tidak tahu jawabannya itu akan berdampak apa nanti, tapi hanya itu yang dia punya di sela kegugupannya saat ini.Jeremy tersenyum tipis sambil memandangi view dinding kaca yang menghadap kolam dan juga pemandangan malam kota Bogor yang sangat indah. Dia kemudian berbalik untuk menatap Luna dan berkat
***Sinar matahari menembus dinding kaca bertirai transparan yang membuat Sean akhirnya menggeliat bangun. Tangannya meraba-raba ponselnya dan menemukannya di atas nakas. “Sudah jam 8, Luna sudah bangun belum ya?” Gumamnya.Dia bangkit dengan malas sambil mengucek matanya saat ponselnya kemudian berdering. Nama Daren tertera di layar dan Sean langsung menggeser ikon hijau untuk menerimanya. “Ya Dar, ada apa? Bukankah ini hari liburku?” Protes Sean.“Aku tahu, tapi aku ingin memberitahu kabar bahagia untukmu.” “Kabar bahagia apa?” “Video viralmu dengan Luna sudah ditakedown, juga semua komentar negatif tentang kalian sudah dihapus bersih tak tersisa, jadi kita tidak perlu merekayasa apapun. Ini menyenangkan bukan?” Daren tampak begitu bersemangat.Berbeda dengan Sean yang justru merasa linglung setelah mendengarnya.“Bagaimana itu bisa terjadi? Apa Luna meminta Jeremy untuk....”Dia tersentak saat mengingat Luna dan bergegas keluar dari kamarnya dan mencari Luna.“Se
***“Jadi kapan kita akan ke Barcelona?” Ungkit Luna lagi saat mereka sarapan bersama. “Besok, apa kau senang sekarang?” Luna tersenyum begitu manis dan mengangguk. Meski di dalam hatinya dia sangat muak bersikap manis lagi seperti dulu, tapi demi bertemu Louis, dia rela melakukan apapun.“Aku akan menuruti apapun yang kau minta.” “Benarkah?” “Hmm, katakan saja! Apa ada hal lain? Mumpung aku sedang baik hati padamu karena semalam.” “Aku ingin tinggal bersama Xander selamanya.” Luna tersenyum penuh kemenangan saat mengatakan itu. Apa lagi yang dia inginkan kecuali itu?Jeremy menaikkan salah satu alisnya dan dia mencondongkan tubuhnya pada Luna sambil berbisik, “Asal kau terus disisiku, kau bisa kapanpun menemuinya.”Hati Luna langsung menyusut, dia menatap Jeremy dengan kesal sebelum kembali sibuk dengan sarapannya.“Aku akan menyuruh pelayan membawa Xander ke apartemenmu.” Luna hanya mengangguk acuh sambil mengelap tisu di bibirnya.“Dan kau harus menyusuinya.”
“Jeremy, aku harus memandikan dan menidurkan Xander terlebih dulu.”Luna langsung pergi begitu saja tanpa ingin menjawab pertanyaan Jeremy karena jelas ia tidak mungkin menerimanya kembali, Jeremy sudah pernah menghancurkan semua kehidupannya bahkan di usianya yang baru genap 21 tahun saat itu, dan sekarang dia meminta menikahinya? “Apa dia sudah gila?” keluh Luna dalam hati saat memandikan Xander.Dia sampai tidak fokus hingga lupa membersihkan rambut Xander, alhasil dia harus kembali memandikan Xander.“Mommy minta maaf.” Lirih Luna sambil mendudukkan Xander ke tempat tidur sambil membasuh tubuhnya yang putih bersih dan berisi, dia seperti pangeran kecil yang menggemaskan.Xander hanya tersenyum cerah sambil menampilkan deretan giginya yang baru saja tumbuh, dia seolah ingin menghibur Luna dengan senyuman itu. “Xander, apa kamu menyukai Daddy?”“Dddddy.” Lagi-lagi Xander tersenyum cerah sambil bertepuk membenturkan mainan di tangan kanan dan kirinya. Luna yang saat ini sedang mem
“Ya, tentu saja kamu harus merasa seperti itu karena kedatangan tamu istimewa.” Goda Sean.Chevra terkekeh dan dia langsung menghampiri Sean untuk menyambutnya. Mereka kemudian pergi ke halaman belakang sambil menikmati kopi sebelum masuk ke obrolan inti. “Hmm, jadi karena Jeremy?” “Ya, kakakmu satu itu selalu saja menggangguku.”Chevra tertawa kecil sebelum berkata, “Jangan lupa kita bertiga satu ayah, jadi dia juga sebenarnya kakakmu.” Sean hanya mengedikkan bahunya malas sambil menyeruput kembali kopinya. “Sayangnya aku melupakan itu dan hanya menganggapmu saja yang saudaraku.”Chevra hanya mendengus sebelum kembali menanggapi perkataan Sean.“Lalu bantuan apa yang kamu butuhkan dariku?” “Tentu saja informasi tentang Louis.” Chevra mengerutkan keningnya dengan keras begitu mendengar nama mendiang sahabatnya disebut.“Louis? Ada perlu apa kamu bertanya tentang dia?” “Jeremy memegang semua kartu as Luna hingga membuat Luna terpaksa kembali padanya, dan menurutku
“Lunaa... how lucky you are, aku punya kabar baik untukmu.” Vania berkata dengan girang saat ia baru saja tiba di rumah kontrakan Luna. Luna yang masih sibuk di dapur dengan alat penggorengan hanya menanggapi dengan gumaman tanpa antusias, ia paham tingkah sahabatnya yang selalu berlebihan. Jadi ia tidak mau ikut ke dalam euforianya sebelum ia tahu kejelasannya. Terlebih lagi, Luna takut kehebohan Vania masih ada sangkut paut dengan Jeremy seperti bulan lalu, Luna masih trauma soal itu. “Kamu yakin tidak ingin mendengar kabar apapun dariku?” Luna sibuk mencicipi masakannya sebelum ia berkata, “Bicaralah kalau itu tidak menyangkut apapun soal laki-laki itu.” Vania menghela nafas tanpa daya, ia paham Luna seperti itu karena kebenciannya pada laki-laki blasteran Jerman – Bali itu sangat tinggi hingga ke ubun-ubun. “Ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan Jeremy, baiklah baiklah aku akan to the point. Aku mendapat pekerjaan untukmu.” Luna yang baru saja selesai menuangkan tumisa
Luna baru tiba di Aaron Management dan langsung disambut hangat oleh Daren di depan pintu utama.Luna merasa sedikit lega dan seketika rasa gugupnya hilang begitu melihat Daren.“Hy Lun, long time no see you dan kamu semakin perfect,” komentar Daren yang menilai Luna dengan angka sempurna.Luna hanya menyematkan senyuman malu-malu.“Perfect apanya Dar? Tambah kurusan iya, banyak begadang nemenin Xander soalnya,” kilah Luna.“Tidak apa-apa, yang penting kamu sehat,” balas Daren yang seketika membuat hati Luna menjadi hangat dan mengingatkannya pada sosok mendiang Louis.“Kamu tahu? Aku benar-benar gugup sekarang, lihatlah tanganku sampai keringat dingin,” celoteh Luna kemudian yang langsung disambut tawa kecil Daren.“Wajar sih karena ini hari pertamamu bekerja di sini, tapi percayalah kamu pasti akan terbiasa nantinya.”Luna mengangguk-angguk mendengarkan perkataan Daren sembari berjalan beriringan bersama menuju pintu lift tanpa memperhatikan sekitar.Jadi dia tidak tahu kalau kedata
*** Luna tiba di basement dengan nafas tersengal, hingga Zacky dan Reno berebut memberinya minum. Luna memelototi mereka dan akhirnya Reno si asisten perlengkapan Gavin yang mengalah, mungkin dia paham Zacky lebih senior. “Kamu baik-baik saja Lun? Wartawan itu tidak ada yang menyakitimu kan?” Tanya Zacky. Luna hanya menggeleng sambil mengusap bekas air minum pada sudut bibir ranumnya dengan jari-jarinya yang ramping, pemandangan itu membuat jantung Reno dan Zacky bertabuh riuh dan mereka tiba-tiba gugup. “Kapan Mas Sean kembali?” suara Luna baru menyadarkan mereka. “Aku tidak tahu, tapi kamu jangan pikirkan Mas Boss, dia senang meladeni wartawan.” Luna terkekeh pelan sambil menyilangkan kaki jenjangnya yang mulus, dan ia menyandarkan bahunya pada posisi yang lebih nyaman. Gerakan itu juga tak lepas dari mata Zacky dan Reno, setiap gerakan Luna sedikit saja membuat mereka terkagum. “By the way Lun, kenapa kamu tidak memilih jadi artis saja? Semua orang mengira kamu artis baru,