Share

3. MENGIKUTI PERMAINAN

Author: Senja jingga
last update Last Updated: 2023-02-20 12:41:10

Rekaman video men-ji-ji-kan mereka berdua sudah berhasil aku simpan sebagai bukti. Video ini akan aku simpan di tempat lainnya agar banyak salinan-nya.

Aku baru mendapatkan rekaman video saat mereka saling bercumbu bibir, belum sampai ketahuan melakukan hal yang lebih dari itu. Tidak menutup kemungkinan jika mereka juga sudah sampai melakukan hal se-parah itu.

Kembali aku melihat pada wanita ular dan suamiku itu. Wanita busuk itu mencium pipinya Mas Amar sebelum dia berpindah lagi ke tempat duduknya semula.

'Benar-benar men-ji-ji-kan! Aku tak pernah menyangka ternyata Nura sebusuk itu!'

Wanita mana yang rela jika suaminya di sentuh-sentuh juga oleh wanita lain yang bukan mahramnya ?

Aku masih tidak mempermasalahkan saat Nura selalu ingin sama denganku dalam hal apapun. Meskipun, aku tidak suka semua hal yang aku sukai dia sukai juga.

Apalagi, ini perihal suami. Yang jelas-jelas raga, hati, waktu, kasih sayang dan perhatiannya tidak rela aku biarkan dia bagi kepada wanita lain.

Handphone ku kembali aku masukan ke saku celana. Teh untuk Nura yang tadinya berisi air hangat, aku ganti dengan air panas. Hati ini rasanya benar-benar sudah mu-ak untuk tetap baik kepada wanita ular itu!

Aku berjalan sambil membawa nampan berisi dua gelas teh itu ke ruang tamu.

Terlihat mereka pura-pura sibuk dengan berkas yang ada di meja.

Aku menghampiri mereka berdua, lalu aku ambil teh milik Nura dan berpura-pura tersandung ke sofa.

"Aduh!" keluhku dengan teh yang berhasil tumpah ke rok Nura.

Byur!

Ia langsung berdiri dan berjinjit-jinjit kepanasan.

"Aduh! Aw! Aw! Panas! Panas!"

'Mampus kamu!'

Mas Amar yang tadinya duduk, juga langsung berdiri dan menatapnya panik. Mungkin, ia khawatir dengan selingkuhannya itu.

Dalam hati aku tersenyum puas juga merasa bersalah karena sudah berbuat sejahat ini.

Entahlah, dalam hati kecilku sebenarnya aku merasa sangat bersalah seperti ini. Tapi, perlakuan wanita itu, Ia juga begitu tega padaku.

Segera aku mengibas-ngibas rok milik Nura, Berpura-pura jika aku juga panik. Panasnya teh ini tidak sepanas hatiku yang terbakar api cemburu. Semua ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kebusukan yang mereka lakukan di belakang ku.

"Aduh, Ra. Maaf ya, Maaf. Kaki aku tadi kesandung sofa. Mana panas banget lagi, teh-nya. Kamu gak kenapa-kenapa 'kan ? Kamu ganti pake baju aku aja, ya ?"

"Panas, Vi. Tapi gak papa, kok. Emangnya gak papa juga kalo aku pinjam baju kamu, Vi ?"

"Ya, gak papalah Ra. Masa sama sahabat sendiri aku gak boleh pinjemin baju. Kecuali, kalo kamu pinjam suami aku. Jelas aku marah!" ucapku diakhiri dengan tawa, hingga membuat Nura dan Mas Amar saling bertatap tegang.

"Yaudah, ah, yuk! Kamu ikut ke kamar aku untuk ganti baju."

"Mas, aku sama Nura mau ke kamar dulu ya ? Untuk ganti bajunya Nura." Suamiku itu hanya mengangguk dengan masih tertegun.

*****

Setelah mengganti bajunya dengan bajuku. Nura bercermin di cermin tempat rias ku. Aku meminjamkannya baju yang tertutup karena sejak usiaku masih 14 tahun, aku sudah disuruh berhijab oleh ibuku.

"Gimana ? Kebesaran gak bajunya ?" tanyaku yang berdiri di sampingnya.

"Enggak, kok. Bajunya pas-pas aja di aku."

Aku manggut-manggut dan sejenak melihat penampilannya. Nura memang cantik dan memiliki postur tubuh yang cukup bagus. Apa itu sebabnya Mas Amar hingga menjadikannya selingkuhan ? Apa aku kurang cantik bagi Mas Amar ?

"Oh, iya, Ra. Sekarang pacar kamu siapa ?" Tatapan Nura tiba-tiba menohok dengan pertanyaan ku. Padahal aku sudah tahu siapa pacarnya.

"Ah, pacar, Vi ? Eu-- Aku lagi gak punya pacar," jawabnya gugup. Wanita macam apa dia ? dia melayani suami temannya sendiri. Apa sudah sejak lama Nura menyukai Mas Amar.

"Masa sih kamu gak punya pacar ? Terus sampai kapan kamu mau sendiri terus ? Ayo dong cepetan susul aku. Cepetan nikah biar kita sama-sama punya suami." Aku bersikap seperti biasanya padanya.

"

*****

Setelah Nura ganti baju, aku dan Nura kembali ke ruang tamu.

"Ra, semua berkasnya sudah aku tandatangan, ya ?" ucap Mas Amar dengan berkas di meja yang sudah dia tandatangani.

"Oh, iya, Pak."

Wanita itu langsung membereskan berkas-berkasnya yang ada di meja dan memasukannya kembali ke dalam tas.

"Yaudah, deh. Kalo gitu aku pulang ya, Vi, Pak," pamitnya.

"Makan dulu aja, Ra. Aku juga mau masak dulu. Kita makan bareng aja, yuk ?" ucapku Yang tidak lain hanyalah untuk lebih dalam mengetahui hubungan mereka. Siapa tau akan lebih banyak informasi yang aku dapatkan.

Sebelum perselingkuhannya aku ketahui, aku selalu senang hati saat mengajak makan bareng Nura. Ia adalah orang yang paling aku sayangi, yang paling aku percayai, tempat aku bercerita dan merasa nyaman. Wajar jika aku benar-benar hancur saat dia mengkhianati aku.

"Iya, Ra. Kita makan bareng aja dulu," tambah Mas Amar.

'Emang itu maunya kalian 'kan ?!' batinku.

Nura pun mengangguk.

"Yaudah, aku ke kamar dulu ya, sayang," Mas Amar yang beranjak dari sofa.

"Iya, Mas. Nanti kita makan bareng, ya." Lelaki itu tersenyum kecil sambil mengangguk.

Kini, tinggal aku dan Nura yang ditinggal berdua. Mas Amar sudah mulai berjalan menaiki tangga menuju kamar kami yang ada di lantai dua.

"Oh, iya, Vi. Kamu sekarang punya rencana apa ? Kamu mungkin mau buka usaha ?" tanyanya.

Ia sering menanyakan hal seperti ini terhadap ku. Dulu, aku selalu senang saat menceritakan mimpi ku, ia pendengar yang baik dan selalu mendukung ku hingga membuat aku merasa semangat dalam berusaha mewujudkannya.

Sekarang, aku baru mengerti kenapa dia selalu menanyakan apa rencanaku. Karena dia ingin juga menggapainya dan menyamaiku. Bahkan, Saat aku ingin membuka Laundry, Nura juga ikut-ikutan membuka usaha laundry.

Setiap kali aku menceritakan impian ku, tak lama ia juga pasti mengikutinya. Bukannya apa, tapi, jika semua hal yang aku sukai dia tiru juga, aku juga merasa risih.

"Eum... Kayaknya... Rencana ku kedepannya, aku pengen beli pesawat deh, Ra," jawabku ngasal, yang membuat dia terlihat berusaha tersenyum.

'Pusing-pusing deh, dia mikirin buat beli pesawat juga!'

"Wah.. hebat kamu, kamu pasti bisa, Vi," jawabnya. Namun, raut wajahnya yang terlihat tak senang cukup terlihat.

"Amin. Semoga aja ya, Ra. Aku akan nabung dari sekarang buat beli pesawat itu. Biar kalo mau ke luar negeri, aku dan Mas Amar punya pesawat sendiri," jawabku sambil tersenyum.

Aku yakin, dia pasti juga akan berusaha menabung untuk membeli pesawat itu. Padahal, aku 'kan cuma asal ngomong.

Rencana ku bukan ingin membeli pesawat. Masih banyak keinginan yang ingin aku capai tanpa akan bercerita lagi pada manusia busuk seperti dia! Aku akan diam-diam mengejar semua impian ku dan buat dia tercengang!

---------

Bersambung....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KELAKUAN SUAMI DAN SAHABATKU   136. END

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - ENDDua hari kemudian, Pak Bram di operasi jantung. Rasya sendiri yang memilih untuk mengoperasi ayahnya itu sebagai bakti pada ayahnya. Operasi berjalan dengan lancar. Jantung Bu Sinta sudah berhasil dicangkokkan pada tubuh Pak Bram. ***Dua bulan kemudianSudah sekitar dua bulan lamanya, Amar tidak berani keluar rumah. Ia trauma dipenuhi penyesalan atas kepergian keluarganya gara-gara dirinya. Dan ia juga malu dengan keadaan wajahnya yang sekarang. Bi Darmi yang merupakan asisten rumahnya, membantu Amar untuk bisa kembali seperti sebelumnya. Keadaan psikisnya cukup terganggu. Usaha restorannya juga tidak dijalankan. Ia memilih menutup usaha barunya itu. Setiap kali ia melihat restoran tersebut, Ia selalu teringat pada semua kesalahannya yang sudah menyebabkan semua keluarganya meninggal dan juga teringat pada wajahnya yang sekarang menjadi tidak setampan dulu lagi. Ia teringat pada kejadian saat Lidiya menyemburkan air keras itu pada w

  • KELAKUAN SUAMI DAN SAHABATKU   135. KEADAAN AMAR

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Keadaan AmarSatu Minggu kemudian...Sekarang, Amar membuka matanya setelah melewati masa kritis yang cukup lama. Di ranjang pasien, Tatapannya melihat ke atas, mengingat dimana ia sekarang, dan apa yang sudah terjadi padanya. "Aku, di rumah sakit ?" tanyanya sendiri, Setelah melihat ruangan tersebut. Tak lama ia tersadar pada semua kejadian sebelumnya. Perasaannya mendadak pedih. Ia menghela nafasnya. Rasanya semua yang terjadi padanya begitu berat untuk ia terima."Huh... Aku baru sadar, Aku kehilangan Keluargaku, dan yang terakhir, aku bertemu Lidiya, dan...." Ia teringat apa yang dilakukan Lidiya pada wajahnya. Mendadak ia membangunkan tubuhnya hingga posisi duduk dengan panik. Amar langsung memegangi wajahnya yang masih dienuhi per-ban itu dengan kedua tangannya. "Wajah aku ?! Lidiya menyemburkan air keras pada wajahku! Apa wajahku baik-baik saja ?! Batinnya gelisah." Ia mencari keberadaan dokter. "Dok!!! Dokter!!! Dokter!!!" Teriak

  • KELAKUAN SUAMI DAN SAHABATKU   134. HANCUR!

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Hancur!"Ternyata dia disini!" Batinnya geram.***"Ternyata aku gak perlu susah payah untuk menyerahkan kamu ke polisi!" ucap Amar. Lidiya membalikkan badannya, Melihat pada seorang lelaki yang sudah membuatnya tergila-gila jatuh cinta juga sudah membuat dirinya hancur sehancurnya. Ia tersenyum sinis dengan kedatangan Amar. "Akhirnya kamu datang juga, Mas." Lidiya mengucapkannya dengan santai. Berbeda dengan Amar yang sudah dipenuhi amarah."Kamu benar-benar perempuan tidak waras! Kamu sudah membunuh semua keluarga aku!" Pekik Amar dengan tatapan ta-jam tanpa basa-basi."Benar-benar gi-la! kamu, Lidiya" Lagi-lagi Lidiya hanya tersenyum sinis dengan santainya. Ia senang melihat Amar begitu marah atas perbuatannya. "Aku memang gi-la, Mas. Aku menjadi gi-la seperti ini karena kamu. Apa yang aku lakukan, Semua itu karena kamu sendiri, Mas. Kamu sendiri yang menyebabkan semua ini terjadi. Bukankah aku sudah pernah bilang sama kamu, Aku akan m

  • KELAKUAN SUAMI DAN SAHABATKU   133. POV LIDIYA

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - POV LidiyaSetelah beberapa menit kemudian, Nura mulai sekarat. "A... A.. " lirihnya kesakitan. Semua orang yang ada disana panik. Amar segera menggenggam telapak tangannya dan menatapnya lirih."Ma-af, Mas... A-ku ha-rus per-gi.." Amar tak berkata apapun. Ia hanya menangis mesti siap kehilangan Nura, setelah ia kehilangan anaknya. "Ikuti aku, Ra..." ucap Via. Ia mendekati Nura dan menurunkan kepalanya untuk membisikan kalimat syahadat ke telinga Nura. "Asyhadu a La ilaha ilallah.... " Ucap Via. Dengan susah payah Nura berusaha mengikuti."Asyh-- ha.. du a... La- i-lah-ha-i-la-lah...." Ucap Nura."Wa.. asyha du an... na.. Muhammadar.... Rasulullah....." Ucap Via lagi. Nura kembali berusaha mengikuti. "Wa.. asyh.. ha..du..an..na..Mu-ha-mad-dar... Ra-su-lu-lah... Huh....." Ucapnya hingga kemudian hembusan nafasnya berakhir. Nura sudah tiada. Air mata pun mengalir dari pelupuk mata Via dan Bu Sinta, juga Amar. Sedangkan, Rasya dan Diana ha

  • KELAKUAN SUAMI DAN SAHABATKU   132. MAAF

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Maaf (132)"Ya Allah, Tolong jangan ma-tikan aku dulu sebelum aku meminta maaf pada Via dan ibu. Aku ingin menuntaskan dulu semuanya...." lirihku dalam hati dengan sungguh. Selama ini, Aku sangat jarang sekali berdoa apalagi shalat. Aku benar-benar sombong dan telah tertipu oleh segala ujian dunia hingga aku menjadi manusia yang begitu ja-hat.***Nura juga teringat pada Amran. "Amran... Dimana dia ?" Batinnya. Hingga kemudian ia baru tersadar ada suara seorang lelaki yang menangis sesenggukan dan terdengar begitu terpuruk. Hii..hii..hii... Tangis tersebut adalah tangisan Amar yang masih meratapi Amran yang sudah tiada. Amran dirawat di ruangan IGD di sebelah Nura. Mereka hanya terhalang oleh sebuah tirai hijau. Mendengar tangisan Amar, Nura dalam keadaan sangat lemah itu, menjadi cemas. "Apa yang terjadi dengan Amran ?" batinnya lagi. "Ma-s!" Nura pun berusaha memanggil Amar. Namun Amar tak dapat mendengarnya karena suara tangisnya se

  • KELAKUAN SUAMI DAN SAHABATKU   131. Detik-Detik Terakhir

    MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Detik Terakhir[Halo.... Sayang. Aku Lidiya. Sekarang aku ada dirumah kamu. Dalam hitungan menit, kemungkinan kamu akan kehilangan semua keluarga kamu] Jawab seseorang yang ada ditelpon yang langsung diakhiri begitu saja dari sana. Suara wanita yang tidak. asing itu, seketika membuat Amar terkejut. Ia panik. "Lidiya ?! Keluargaku!" ucapnya syock.***Amar segera berdiri, kemudian mengambil kunci mobilnya. "Mereka dalam bahaya!" Ucapnya, sembari melangkahkan kaki keluar pintu ruangannya. Ia segera menuju mobilnya, dengan cepat langsung masuk kedalam mobil, dan tak lama kemudian ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup cepat. Ia panik, pikirannya kacau takut terjadi apa-apa pada keluarganya. Di sisi lain, Nura masih meringis kesakitan. Pikirannya kalut, apalagi begitu mendengar suara pecah Alasaka yang semakin membuatnya panik, takut terjadi hal buruk juga pada ibunya dan Amran. "Apa jangan-jangan ka-mu masukan ra-cun ke ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status