"Via.. aku kangen banget sama kamu.." ucapnya manis yang dengan cepat memelukku. Dasar wanita bermuka dua! Kamu pikir aku tidak tahu seperti apa wajah asli kamu sebenarnya.
Setelah ia melepaskan pelukannya, aku berusaha berpura-pura tersenyum dan bersikap seperti biasanya. Ia pikir dia saja yang bisa berpura-pura bersikap manis ?!"Aku juga kangen banget sama kamu, Ra. Yaudah, ayo masuk."Aku mempersilahkannya masuk dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu.Ia memang sering ke rumah ku untuk sekedar meminta tandatangan pada Mas Amar, main dan menanyakan bagaimana kabarku. Bisa dibilang dalam satu minggu, ia dua kali sering main ke rumahku.Dulu, saat aku belum menikah, bahkan Nura sering menginap di rumah ku. Saat aku masih tinggal bersama kedua orangtuaku, ia juga sering tidur bareng bersama ku.Aku sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri. Tak pernah aku sangka, ternyata Nura menusukku dari belakang.Mungkin saja Nura dan Mas Amar sering ada main dibelakang ku saat Nura datang ke rumah ini. Sial! Aku benar-benar bodoh sampai tidak pernah menaruh curiga sama sekali terhadap mereka. Aku terlalu menganggap wanita ular ini wanita yang baik."Kamu mau minum apa ? Jus, teh, atau air putih ?" Aku menawarkannya minum."Aku terserah kamu aja, Vi.""Kalo teh manis aja gimana ? Kayaknya enak kalo sore minum teh ?""Iya, boleh juga tuh, Vi.""Oke. Kalo gitu, aku buatkan dulu, ya ?"Ia manggut-manggut sambil tersenyum.Tak lama Mas Amar turun dari tangga, ia sudah rapih sekali dengan memakai kaos polos warna hitam. Rambutnya masih basah. Selain mapan Mas Amar juga tampan.Aku lihat, tatapan Nura juga begitu berbinar begitu melihat kedatangan Mas Amar. Mungkin, itu juga salah satu alasan kenapa Nura menginginkan suamiku.Ini waktu yang tepat agar aku bisa memergoki perselingkuhan mereka. Apa mereka masih berani melakukan perselingkuhan itu di rumah ini ?"Akhirnya, Pak Amar datang juga. Aku kesini buat minta tandatangan dia untuk berkas-berkas ini," ucap Nura. Ia kemudian mengeluarkan berkas-berkas dalam tasnya.Hal yang seperti biasa dia lakukan sebagai sekretaris suamiku, selalu ke rumah untuk meminta tanda tangan.Dulu aku yang menjadi sekretaris-nya Mas Amar.Saat aku masih di masa melamar pekerjaan, aku melamar menjadi sekretaris ke perusahaan tempat Mas Amar bekerja. Aku diterima menjadi sekretaris-nya Mas Amar. Tak pernah aku sangka, jika Mas Amar menyukaiku dan serius untuk menjadikan ku istrinya.Sejak menjadi istri Mas Amar, aku memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai sekretaris. Itu semua karena aku lebih memilih untuk menjadi ibu rumah tangga.Namun, aku juga tetap ingin menjadi wanita yang bekerja dan tetap melayani suami. Akhirnya, aku membuka usaha laundry. Yang aku pikir, aku tidak akan terlalu kecapean sampai melupakan tugasku sebagai istri.Menjadi sekretaris terlalu melelahkan disaat aku telah menjadi seorang istri. Aku takut jika sampai lalai sebagai istri karena sama-sama kelelahan bekerja seharian di kantor.Sedangkan di laundry, aku hanya perlu mengecek dalam satu minggu sekitar satu atau dua kali. Para pekerja ku yang sudah mengurusnya.Setelah aku berhenti menjadi sekretaris, tak lama Nura memohon padaku agar dia bisa bekerja di perusahaan tempat kerja Mas Amar. Aku yang merasa tidak tega padanya, akhirnya meminta pada Mas Amar untuk memperkerjakan dia.Apalagi, yang membuat ku kasihan, dulu Nura bukan orang yang begitu berada.Satu lagi rahasia yang belum dia ketahui, yang selalu aku tutupi hingga saat ini adalah tentang Ibunya yang tidak lain bekerja sebagai seorang kupu-kupu malam atau pelacur. Nura sama sekali tidak pernah tahu soal ini.Aku yang pernah mengetahuinya memilih untuk menutupinya karena merasa tidak berhak dan karena atas sebuah permintaan juga dari ibunya Nura yang bernama Sinta."Via, Tante mohon sama kamu, jangan bilang sama Nura tentang pekerjaan Tante yang sebenarnya. Biarkan orang lain tahu seburuk apa Tante. Tapi Tante mohon, jangan bilang sama Nura. Nura sudah selalu menganggap Tante orang yang baik. Tante tidak mau jika Nura sampai kecewa." Kala itu Tante Sinta berucap seperti itu.Aku menghargai Tante Sinta. Seburuk apapun seorang ibu, pasti ingin memberikan contoh yang baik untuk anaknya.Hal itu membuat ku semakin tidak tega dengan kehidupan Nura. Ia dibohongi habis-habisan oleh ibunya yang terlihat wanita baik-baik dihadapannya itu.Untuk membantu perekonomian keluarganya, akhirnya aku meminta pada Mas Amar untuk menerima lamaran kerjanya sebagai sekretaris.Ia pun bisa bekerja menjadi sekretaris Mas Amar. Dan akhirnya, semenjak Nura menjadi sekretaris dia bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.Meskipun, sebelumnya Nura juga sempat menjadi sekretaris di perusahaan lain. Namun, ia mengatakan jika dia diberhentikan dari tempat kerjanya dan akhirnya melamar pekerjaan kepada perusahaan tempat kerja Mas Amar.Dan yang aku tahu, sekarang Bu Sinta sudah tidak lagi bekerja sebagai seorang wanita malam.Tak ada rasa curiga sedikitpun, jika wanita yang pernah aku bantu ini adalah sosok ular yang siap mematuk untuk menghancurkan hidupku."Eh, Nura ? kamu ada disini ?" sapa Mas Amar setelah sampai di ruang tamu."Iya, Pak. Saya mau minta tanda tangan bapak, seperti biasanya.""Oh, oke. Mana berkasnya ?"Mas Amar duduk di sofa satunya lagi. Kemudian, Nura memberikan berkasnya berserta pulpen.Aku tersenyum melihat akting mereka. Hebat sekali mereka di hadapan ku, seolah-olah memang seperti seorang manajer dan sekretaris."Mas, kamu juga mau aku buatkan teh ?"Lelaki yang tengah melihat berkas itu sejenak menoleh padaku."Boleh, sayang.""Yaudah, aku buatkan, ya ? Mungkin agak lama buat tehnya, soalnya aku juga mau sekalian ke kamar mandi juga, gak papa 'kan ?"Ucapan ku seperti itu hanya agar tahu apa yang mereka lakukan di belakang ku. Hati mereka pasti begitu senang saat mendengar aku akan lama di dapur."Iya, sayang, gak papa."Setelah itu, aku pun pergi ke dapur yang jaraknya lumayan dekat dengan rumah tamu. Aku membuatkan teh hangat untuk mereka dan aku simpan dalam nampan.Dibalik dinding, aku sengaja mengintip perbuatan mereka. Baru beberapa menit pun, bahkan ular itu sudah mengeluarkan wujud aslinya.Aku lihat, dia mulai berpindah tempat duduk, mendekati suamiku dan merangkul siku tangan suamiku, lalu menyenderkan kepalanya di bahu suamiku.'Ternyata benar, ia adalah ular!'"Mas.. aku kangen tau.." rengeknya yang begitu manja.Hati ku langsung panas melihat kelakuan mereka."Nura, jangan disini akh. Nanti Via tau lagi hubungan kita," bisik Mas Amar yang nampak tidak nyaman."Enggak mungkin lah, Mas. Via 'kan percaya banget sama aku. Ia juga masih lama di dapur."Tanganku mengepal dengan penuh amarah.'Dasar ular! Jadi seperti ini kelakuan kamu! Seperti ini kamu memanfaatkan kepercayaan ku! Dasar tidak tahu diri! Tidak tahu terimakasih!'"Udah, akh. Cepat pindah lagi ke tempat duduk kamu. Nanti Via keburu datang dari dapur."Mas Amar nampak celingukan, ia terlihat seperti memastikan jika aku belum kembali. Aku semakin bersembunyi di balik dinding."Iya, iya. Tapi, ci*m dulu dong bibir aku."Deg! Permintaan Nura kali ini membuat ku tertegun. Aku tidak menyangka, mereka sampai ke-hal sejauh itu. Apa mungkin, Nura yang belum menikah, juga sudah memberikan kegadisannya pada suamiku ?Tak lama, Mas Amar langsung mencumbui bibirnya Nura dengan begitu mesra.Dengan rasa geram, aku mengambil ponselku yang ada di saku celana, dan aku langsung merekam perbuatan men-ji-jikan mereka berdua. Benar-benar gila! mungkin saja mereka sudah sering melakukan hal sebusuk itu di rumah ini.--------Bersambung....Rekaman video men-ji-ji-kan mereka berdua sudah berhasil aku simpan sebagai bukti. Video ini akan aku simpan di tempat lainnya agar banyak salinan-nya. Aku baru mendapatkan rekaman video saat mereka saling bercumbu bibir, belum sampai ketahuan melakukan hal yang lebih dari itu. Tidak menutup kemungkinan jika mereka juga sudah sampai melakukan hal se-parah itu.Kembali aku melihat pada wanita ular dan suamiku itu. Wanita busuk itu mencium pipinya Mas Amar sebelum dia berpindah lagi ke tempat duduknya semula. 'Benar-benar men-ji-ji-kan! Aku tak pernah menyangka ternyata Nura sebusuk itu!'Wanita mana yang rela jika suaminya di sentuh-sentuh juga oleh wanita lain yang bukan mahramnya ? Aku masih tidak mempermasalahkan saat Nura selalu ingin sama denganku dalam hal apapun. Meskipun, aku tidak suka semua hal yang aku sukai dia sukai juga. Apalagi, ini perihal suami. Yang jelas-jelas raga, hati, waktu, kasih sayang dan perhatiannya tidak rela aku biarkan dia bagi kepada wanita lain.Han
Mas Amar sudah kembali ke ruang tamu setelah tadi dari kamar untuk mengambil handphonenya. Ia kembali duduk di tempat semula. Aku merogoh handphone ku yang ada di saku. Lalu, aku mencari aplikasi perekam suara. Aku menyimpan handphone ku di sofa dengan posisi layar yang terbalik.Rekaman sudah menyala. Aku berharap, suara pembicaraan mereka bisa terdengar."Yaudah, deh. Mas, kamu temenin Nura ngobrol dulu, ya. Aku mau masak dulu. ...Ra, kamu sama Mas Amar dulu, ya." Ucapku sambil berdiri."Iya, sayang. Kamu masak aja.""Mau aku bantu, Vi ?" "Ekh, jangan. Kamu duduk manis aja. Kamu 'kan tamu aku. Udah, kamu diam aja, oke." "Yaudah, deh. Kalo itu mau kamu," jawabnya Nura sambil tersenyum.'Halah.. so-so-an pengen bantuin! Bilang aja senang bisa berduaan dengan Mas Amar!' Aku sengaja membiarkan mereka berdua di ruang tamu. Setelah sampai dapur, aku kembali melihat mereka lewat dinding yang ada di dapur. Lagi dan lagi, ular itu berpindah tempat duduk dan mendekati suamiku.'Manusia m
Malam ini, ketika Mas Amar mengerjakan pekerjaan kantor-nya di ruangan kerja.sedangkan, aku langsung mendengar rekaman kemarin sambil tiduran di atas tempat tidur. Meskipun suaranya terdengar pelan, tapi masih bisa terdengar jelas.(Mas, Emang bener, Via mau beli pesawat ?) terdengar suara wanita ular itu nampak gelisah.Aku tersenyum geli mendengarnya. Ternyata benar, ia sampai kepikiran akan ucapanku yang ngelantur itu. Beli pesawat ? Jelas tidak akan aku lakukan ? Aku tidak kepikiran sama sekali. Lebih baik aku gunakan uangnya untuk hal yang lainnya yang lebih penting dan lebih bermanfaat.(Kata siapa ?) tanya Mas Amar.(Via sendiri yang bilang, Mas. Katanya dia mau nabung buat beli pesawat. Biar kalian punya pesawat sendiri kalo mau jalan-jalan ke luar negeri.)(Via cuman becanda kali.. mana mungkin dia mau beli pesawat yang harganya kamu tau sendiri 'kan ? pasti sampai miliyaran. Pesawatnya juga mau disimpan dimana ? Masa dibiarkan terbang dan turun di depan halaman rumah, yang a
POV AMAR[Sayang, aku pulangnya malam, ya. Sekarang aku lembur. Jaga diri baik-baik ya, love you :*]Klik!Malam ini, di depan kantor, aku mengirimkan pesan itu pada Via--istriku. Hal yang sudah sering aku lakukan selama satu tahun selingkuh dengan Nura. Aku selalu membohongi Via dengan alasan lembur. Padahal, aku selalu pergi berduaan dengan Nura. Entah untuk ke cafe, ke mall, bahkan ke apartemen. Ini memang hal gila yang aku lakukan.Tapi, aku sendiri tidak bisa menahan diriku sendiri untuk tidak menyelingkuhi Via. Aku juga mencintai Nura yang merupakan sahabat Via.Apartemen yang biasanya aku tinggali bersama Via, kini menjadi tempat perselingkuhan ku dengan Nura. Aku, bahkan sudah beberapa kali melakukan hubungan layaknya suami istri bersama Nura di apartemen itu. Nura juga pernah mengatakan, jika akulah lelaki yang pertama kali menyentuhnya dan membuatnya tidak menjadi gadis lagi. Aku juga percaya itu. Karena, saat pertama kalinya aku melakukan hal itu pada Nura di apartemen k
[Sayang, aku pulangnya malam, ya. Sekarang aku lembur. Jaga diri baik-baik ya, love you :*]Malam ini, aku membaca pesan itu. Dulu, aku selalu percaya setiap kali dia mengatakan lembur. Tapi, tidak untuk sekarang. Segera aku lihat GPS di handphone ku. Aku ingin melihat keberadaan Mas Amar sebenarnya."Sialan! Mas Amar membohongi ku!"Benar saja kecurigaan ku. Mas Amar berbohong, ia tidak tengah di kantornya yang bernama PT Laskar Angkasa. Selama ini, mungkin sudah banyak sekali dia berbohong dengan alasan lembur seperti ini. Dari GPS, justru dia tengah ada di sebuah apartemen yang lokasinya merupakan lokasi tempat dimana apartemen milik Mas Amar.Aku mengepal tangan dengan erat. Rasa marah dalam dada seketika bergejolak."Brengs*k kamu, Mas! Kamu bohong! Kamu gak ada di kantor! Tapi di apartemen kita! Apa yang kamu lakukan disana, Mas ?! Apa kamu tengah bersama wanita busuk itu ?! Aku akan susul kamu, Mas!" decak ku dengan rasa marah.*****Aku menyetir mobil untuk menyusul ke apart
Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku (8)"Ka-kamu, Via ' kan ?" Lelaki dihadapanku itu menatap ku terlihat sama terkejut.Aku manggut-manggut dengan air mata yang berlinang. Untuk bicara saja rasanya sesak. Setelah lama tidak bertemu, sekarang dia ada di Indonesia. "Via kamu kenapa ? A-apa yang tengah terjadi ?!" Ia terlihat ikut panik."Aku gak bisa jelaskan sekarang, Rasya. Aku harus cepat pergi," ucapku pada Rasya. "Via! Tunggu sayang!" Mas Amar sudah sampai di lobby. Sejenak aku menoleh, lalu cepat-cepat berjalan menuju mobil. Aku cepat-cepat membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobil, lalu menghidupkan mesin mobilnya. Bruk! Bruk! Bruk! Saat aku parkir, Tangan Mas Amar terus menggedor-gedor kaca mobilku. Aku tidak peduli. Langsung aku lajukan mobilku menuju keluar area apartemen. Saat ini, aku sudah tidak sudi lagi melihat wajahnya.*****Aku pulang ke rumah, lalu langsung mengunci pintu rumah. Aku tak ingin Mas Amar masuk ke dalam rumah. Ingin rasanya pulang ke rumah
Setelah kembali masuk ke kamar, aku memasukkan beberapa pakaian ku ke dalam koper. Besok pagi, aku harus pergi dari rumah ini.Tiba-tiba aku teringat pada Rasya. Aku sangat kaget dengan kehadiran Rasya di Indonesia. Ia sahabat ku sejak kecil. Setelah lulus SMA, ia pergi ke Singapura untuk kuliah kedokteran di Singapura. Kemarin, ingin sekali rasanya aku bisa berbincang kembali dengannya setelah lama tidak bertemu. Namun, keadaannya tidak memungkinkan.Delapan tahun kita tidak pernah bertemu langsung. Dalam delapan tahun itu, enam tahun masih saling berkabar meski hanya dengan saling mengirim pesan, telponan, dan video call. Enam Tahun itu saat aku masih kuliah hingga aku kerja sebagai sekretarisnya Mas Amar. Sedangkan, saat aku sudah kerja menjadi sekretaris, saat itu Rasya tengah kuliah lagi. Ia kuliah spesialis jantung, cita-citanya sejak dulu. Namun, Dua tahun yang lalu, aku benar-benar tidak pernah tahu kabar Rasya sama sekali. Entah apa yang terjadi. Ia bahkan sulit untuk dihu
POV NURADengan kesal, aku segera kembali memakai semua pakaianku yang berantakan diatas tempat tidur apartemen miliknya Mas Amar. Mas Amar tega sekali, ia meninggalkan aku sendirian di apartemen-nya. Apalagi, sekarang sudah sangat malam. Aku tidak mungkin untuk pulang sekarang. Terpaksa, aku memilih untuk berdiam dulu di apartemen ini hingga pagi. Aku mencoba menelponnya, namun dengan sepihak Mas Amar mematikan panggilannya.'Benar-benar menyebalkan!'Wajahku dan rambut ku juga basah gara-gara ulah Via. Ternyata dia galak juga. Aku pikir dia wanita yang manis dan lembut seperti yang aku kenal selama ini. Aku beranjak dari tempat tidur karena ingin mengambil handuk untuk mengeringkan rambutku."Aw..sss....." Si-al. Kaki ku menginjak pecahan gelas yang Via lemparkan waktu malam tadi. Aku berjongkok sambil melihat luka di telapak kakiku. Ada sedikit darah yang keluar, namun rasanya sangat perih hingga terasa berdenyut."Akh! Dasar! Via Sialan! Awssss... Kakiku sakit banget lagi!" ce