Siapapun bisa berubah!
Itu benar. Kenzy dan aku buktinya. Dalam waktu yang sangat singkat---kurang dari separuh musim---Kenzy mengalami perubahan yang kuar biasa baiknya. Bukan hanya karena berhasil meninggalkan rokok, alkhol dan teman-temannya saja---termasuk koleksi wanitanya---tapi juga berhasil memperbaiki sikap dan tutur katanya. Sungguh, rasanya itu bukan lagi Kenzy yang selama ini kukenal. Lembut, baik dan terasa tulus. O'oooo, jadi merasa bersalah lagi karena pernah men-judge dia sebagai Batu Karang dan Manusia Plastik. Kalau benar dia batu karang, nggak akan semudah itu merapuh dan keropos meskipun terguyur air hujan dua puluh empat jam full selama ratusan hari. Iya, kan? Nah, kalau benar Kenzy adalah Manusia Plastik, nggak mungkin kan, bersikap semanis itu padaku? Sorot matanya, senyumnya, gestures … Rasanya seperti e
De swiiing!"Sabar Kenzy, sabar. Sedikit lagi," sahut Papa menenangkan.Sekarang aku sudah berhasil merekatkan telinga kiri ke pintu kamar Kenzy dan menajamkan radar hingga mencapai level super, setelah dengan hati-hati meletakkan nampan berisi satu mug cokelat hangat dan satu gelas besar jus apel. Jangan tanyakan lagi bagaimana jantungku berdetak! Genderang mau perang saja masih belum ada apa-apanya, sungguh. Apakah itu yang sedikit lagi? Apakah sebenarnya Papa sudah tahu tentang masalah yang terjadi antara Kenzy dan Elize? Ummm, atau ada apa sebenarnya?Tring, tring, triiing!
Selalu begitu. Iya, kan?Hari-hari berlalu begitu cepat, seolah-olah roda yang berputar menuju ke suatu tempat yang paling penting sejagat raya. Do you know what? Sekarang, pagi ini, sudah hari ke sembilan musim panas! Gila nggak, sih? Ummm, well, rasanya baru kemarin kami berbelanja pakaian dan dekorasi rumah untuk musim semi. Menata rumah seserasi mungkin dan ya, yaaahhh, mencoba untuk tetap bertahan. Haha. Dalam pernikahan yang bagiku lebih menyakitkan dari pada contract marriage, maksudku. Well, bahkan sampai detik ini belum tahu pasti alasan yang paling mendasar sehingga pernikahan itu terjadi. Selama ini hanya satu hal yang kupahami dan rasanya mulutku sudah berbusa-busa Karena terlalu sering menceritakannya. Iya, kan? CKA krtitis dan Papa terancam terkena heart attack jadi aku lebih baik mengorbankan diri sendiri dari pa
Oh, God!Aku pasti sudah seperti anak kucing yang tertangkap basah sedang menyeret sepotong rendang daging sapi, sekarang. Menyeret dari mangkuk kaca dan bersiap untuk melahabnya. O'ooo, benar-benar disuguhi buah simalakama, sekarang. Melepaskan diri dan terus berlari pun percuma saja karena Kenzy pasti nggak akan tigggal diam. Tapi nggak mungkin juga mengakui dan menyerahkan diri karena dia pasti akan marah. Iya, kan?"Nyaaa?""Ya, Kenzy""Ini, siapa?"
O'oooo, bagaimana bisa aku melupakan sebuah fakta penting kalau Elize itu anak Belanda asli? Sebesar apapun perutnya, dia pasti bisa berjalan lebih cepat dari pada aku yang kurus dan terus ya, kan? Yeaaahhh, karena sudah terbiasa berjalan dan bergerak cepat dari sejak bayi, tentu saja? Apalah dayaku yang terbiasa santai dan leyeh-leyeh semenjak masih kanak-kanak dulu? Berjalan cepat atau berlari, hanya saat ada kepentingan saja. Jogging, dikejar anjing tetangga atau melarikan diri dari rumah ke rumah Arunika untuk menghindari jam tidur siang. Haha. OK! Inilah kenyataannya sekarang, aku harus bertemu dengan Elize, Elizabeth Van Harry yang telah merenggut separuh kebahagiaan hidupku. Mengacak-acaknya menjadi seperti kebun tulip kecil yang tersapu angin Tornado!"Oh, hi Elize!" aku menyahut dengan sedikit gugup, "Ummm, how a
Oh God!Kata Om Dirga, tiba-tiba Elize kehabisan tenaga untuk mengejan sampai akhirnya midwife memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit. Aku sedang menemani Nora bermain puzzle di dapur, waktu itu terjadi. Ya, yaaahhh, sebenarnya aku nggak ikut mendampingi Elize, sih. Bukan dendam atau semacamnya tapi karena nggak punya nyali sama sekali. Well, ternyata proses bersalin itu luar biasa. Aku nggak bisa menggambarkannya dengan kata-kata, tentu saja. By the way kepala bayinya sudah semakin turun dan mulai terlihat lho, waktu tiba-tiba Elize lemas. Padahal nggak terjadi perdarahan dan sudah dibantu dengan tambahan oksigen, susah dipasang infus juga untuk menambah energi. Tapi begitulah yang terjadi dan harus segera diatasi.Sayang
Refleks, aku mengayunkan tangan dan mendaratkannya dengan super duper keras di wajah Zio, sampai terlihat memerah. Ah! Sampai-sampai, gambar telapak tanganku terlihat jelas di pipi kanannya. Oooh, ooohhh, my God! Aku sampai melupakan Nora. Bagaimana kalau dia sedang melihat ke arahku tadi? Ummm, semoga nggak. Karena kalau iya, aku yakin itu akan membekas dalam ingatan, selama-lamanya. Hal yang paling menyedihkan adalah ketika yang dia ingat, ternyata Anyelir orangnya kasar dan ternyata menampar seseorang itu diperbolehkan. Huaaa, ooohhh, I am so so so sorry! Jelas, aku bukan kakak yang baik."Zio, sorry?" aku bergumam lirih, gemetar, "So, you did it and now, how do you feel …? Your baby … Oooh, ooohhh, my God! I didn't think, I don't know what should I say any more? I don't know what should I do. It's so painful for
Oh, God!Pertanyaan apa itu, "Kenapa, kamu takut aku mati, ya?"Kenzy, Kenzy! Memangnya mati itu perkara yang gampang, apa? Kalau memang gampang, bagaimana bisa orang yang sakit parah, kritis dan koma akhirnya bisa sadar dan sembuh kembali. Sehat dan bisa dengan bahagia melanjutkan kehidupan. Terus, bagaimana bisa, orang yang sehat segar bugar tapi tiba-tiba meninggal dunia? Sering kok aku, mendengar berita yang seperti itu. Ckckckck, Kenzy suka keterlaluan deh, kalau bercanda!"Ih, kamu kok gitu sih, ngomongnya?" protesku sambil berusaha melepaskan tanganku dari genggamannya, "Nggak boleh tahu, itu kata terlarang. Untung nggak ada Mbah
Rasanya masih nggak percaya, tapi itulah kenyataan yang ada!Menurut keterangan Mbak Pie---pembantu di runah---yang kami hubungi melalui telepon rumah, seperti biasa sepulang dari kantor, Papa Snoek mandi. Usai mandi, minta dibuatkan teh lemon kayu manis, teh favoritnya. Benar, Mbak Pie membuatkannya di 'dapur bersih' samping ruang makan. Sebelum dia meninggalkan kamar Papa Snoek, Mbak Pie melihat Papa Snoek mengambil baju ganti di lemari pakaian. Sehat dan baik-baik saja semuanya, nggak ada tanda-tanda kalau mau meninggal. Nah, begitu Mbak Pie selesai membuatkan teh favoritnya itu tadi, kembali ke kamar Papa Snoek. Maksud hati mau menanyakan, mau minum teh dimana. Di ruang kelauarga, beranda depan atau beranda samping sambil memberi makan ikan koi. Eh, tapi ternyata, Papa Snoek tidur di kursi goyang. Awalnya Mbak Pie mas