Semua Bab KELAMBU MERAH JAMBU : Bab 1 - Bab 10
169 Bab
Kenzy Van Snoek
Menjadi isteri Kenzy bukan perkara yang mudah bagiku. Bukan hanya karena karakternya yang bertolak belakang denganku, tapi terutama dunianya yang hitam kelam. Nggak, aku nggak seputih awan di langit biru, tentu saja. Tapi setidaknya, nggak pernah menjajal apalagi sampai terjerat di dunia yang baginya surga. Sampai sekarang aku masih belum mengerti, bagaimana bisa begadang setiap malam, mabuk-mabukan, berjudi dan menghambur-hamburkan uang untuk wanita penghihur bisa disebut Surga. Bukankah Surga itu tempat yang paling nyata, indah dan suci? Kenzy, Kenzy! Mau sampai kapan dia begini? Nggak sadar apa, umurnya sebentar lagi sudah tiga puluh enam tahun? Apa masih belum puas, bersenang-senang di dunia hitam kelam, bagaikan langit putih yang diselimuti awan mendung. Tebal dan hitam.Sebenarnya, kadang-kadang aku malu pada Papa dan  diri sendiri terutama,  karena masih belum berhasil merubah Kenzy. Jangankan berhasil, bisa bertahan di sini saja sudah Alhamdulil
Baca selengkapnya
Komitmen
Detik-detik berdetak begitu lambat, seolah-olah slow motion mode on dalam sebuah adegan film. Kenzy masih menunggu jawaban atas ajakannya tadi. Sejujur-jujurnya kukatakan, aku mau tapi takut. Kenzy malah tertawa terpingkal-pingkal, terjungkal-jungkal menciptakan gugup. Terlalu gugup, sehingga aku menuduhnya seperti ini di dalam hati, "Tuh kaaan, apa kubilang? Kenzy pasti ingkar janji?"Kok, tertawa?" tanyaku sambil menarik keranjang roti, "Ada yang lucu?"Hampir delapan bulan hidup bersama, tapi belum pernah aku melihatnya tertawa selepas ini. Apalagi sampai memberikan tatapan yang menyenangkan, nggak memicingkan mata seperti biasanya. Aneh, kan? Apa dia benar-benar serius, mengajakku makan malam?  Eh, jangan-jangan, ada udang di balik batu? Oh ya, jelas, dia sedang mabuk. Apalagi?Roti tawar sudah selesai kumasukkan ke dalam keranjang dan sekarang sudah tersusun rapi. Berdasarkan urutan Expired Date. Sejak hari pertama kami di
Baca selengkapnya
Makan Malam
Aku memang manusia biasaYang tak sempurna dan kadang salahNamun di hatiku hanya satuCinta untukmu luar biasa Lagu Manusia Biasanya Yovie & Nuno masih mengalun merdu di kamar Kenzy. Entah mengapa, hampir seharian ini dia memutar lagu-lagu lawas berbahasa Indonesia. Bukan, bukan berarti aku memperhatikan kebiasaaan dia, sih. Terserah saja dia mau memutar lagu apa, kapan, dimana dan sampai kapan. That is  not my business. Tapi masalahnya volumenya itu lhooo, sudah seperti di Baar and Karaoke saja? Aku mau mendampingi dirimuAku mau cintai kekuranganmuSlalu bersedia bahagiakanmuApapun terjadi kujanjikan aku adaNah, kaaan? Bukannya dipelankan malah semakin dikeraskan! Bagaimana aku bisa konsentrasi belajar kalau begini ceritanya?  Masa harus mengungsi di kamar tamu lagi, sih? Bukan apa-apa, aku malas naik turun tangganya. Belum lagi, di sana nggak ada pemanas ruangannya. Duh, duuuhhh, perlu pertimbangan sejuta k
Baca selengkapnya
Teguh Pendirian
Deru angin dingin yang mengantarkan beku, membuatku tersadar, sudah sampai di belakang rumah. Serta merta pandanganku tertuju pada rumah boneka berpagar kayu merah jambu, rumah khas Belanda. Garasi sepeda yang terletak di samping kiri pintu pagar terlihat teduh dan hangat. Dinding kayunya yang bercat ungu muda, terlihat kontras dengan warna pagar. Kontras yang manis, menurutku.Di samping garasi sepeda, aku memanfaatkan lahan kecil---sekitar tiga kali empat meter---sebagai taman bunga. Sebenarnya, aku nggak begitu suka bertaman atau berkebun. Tapi, hanya itu yang bisa kulakuan untuk mengisi waktu luang di rumah. Dari pada bengong alias blank, kan? Lebih baik diisi dengan hal-hal yang bermanfaat.Begitu semangatnya, sampai-sampai aku membeli dua rak bunga putar dan meletakkannya di ujung taman. Sebenarnya, itu tempat untuk meja barbecue. Tapi karena Kenzy nggak pernah mengadakan, aku menggantinya dengan rak putar. Dua-duanya dipenuhi dengan bunga mawar dan dan aster. Warn
Baca selengkapnya
Mimpi Buruk 1
Seven months seven days.Itu usia pernikahan kami. Pernikahan yang terikat kuat meskipun berdasarkan sebuah kata pusaka, terpaksa. Bukan hanya aku yang terpaksa, tetapi Kenzy juga. Kami sama. Sama-sama terpojok oleh pahit dan sakitnya keadaan.Meskipun tetap nggak adil, menurutku. Iya, nggak adil, karena harus berdampingan dengan Kenzy yang sudah rusak ... Malu untuk mengakuinya, sebenarnya. Takut juga. Sebelum menikah denganku, Kenzy sudah sering terlibat dengan kasus obat-obatan terlarang. Sebelum menikah denganku, sudah beberapa kali keluar masuk hotel prodeo.Terapi di Rumah Sakit Jiwa pun sudah dijalaninya beberapa kali namun belum membuahkan hasil. Entah bagaimana, papanya yang rekan bisnis Papa, tiba-tiba punya pemikiran ajaib. Menurut pendapatku, papanya bukan mendapatkan wangsit secara misterius seperti yang diutarakannya. Aku yakin, dia hanya memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Well, sebagai rekan bisnis, pasti dia tahu kalau perusahaan Papa seda
Baca selengkapnya
Menenangkan Diri
Sumpah, meskipun sudah membaca Pippi Longstocking karya Astrid Anna Emilia Lindgren---secara acak---dan Love, Star Girl karya Jerry Spinelli---juga secara acak---nyatanya perasaanku belum membaik juga. Rasanya seperti selembar kertas yang disobek dengan kasar oleh seseorang karena berulang kali typo, diremas-remas hingga membentuk bola lalu dilemparkan begitu saja ke tempat sampah. Plung dan hilang. Tenggelam di antara sekeranjang sampah yang lain.  Yeaaahhh, andai selembar kertas memiliki perasaan, sih!  Ummm, sepertinya aku membutuhkan sesuatu selain buku, deh?  Itu, untuk menghapus jejak dan bayangan Marcella dari ingatan yang mulai over loaded. Saloon and Spa, shopping, gardening atau berjemur di pantai?  Tapi, masa sendiri, sih? Ahaaa, aku tahu, aku tahu! Es krim. Titik.  Segera, aku mengemasi tiga novel
Baca selengkapnya
Es Krim Cokelat
Aku meninggalkan speltuin yang semakin ramai oleh anak-anak dengan perasaan yang semakin berat, porak poranda. Takjub dengan semua yang menimpaku hari ini. Kenzy yang mengamuk di kamar mandi tadi pagi, tanpa sebab yang kuketahui. Katakanlah dia mabuk kuadrat dan mengacak-acak lemari perlengkapan dengan sempurna. Tetap saja amazing tralala, rasanya. Ketika aku menyalurkan empati dengan menanyakan apa yang telah terjadi, dia malah semakin mengamuk. Matanya melotot besar sekali seolah-olah aku baru saja menegurnya dengan kata-kata, "Hei, apa yang kamu lakukan, Kenzy?" Auto mundur alon-alon lah, aku. Tahu, kan? Mundur perlahan-lahan. Menyelamatkan diri. Kalau sudah melotot seperti itu, berarti mabuknya parah. Jadi, lebih baik aku yang mengalah. Nggak, nggak mungkin kembali ke kamar. Takut. Jadi, aku langsung berderap menuruni tangga menuju ruang makan keluarga yang terletak di dapur.  
Baca selengkapnya
Tulip Bakery
Aku nggak tahu, harus sedih atau bahagia. Harus segera pulang atau tetap di sini, menghabiskan es krim dan brownies favorit. Ummm, yang jelas, harus membalas chat Kenzy, kan? Enak saja dia, menuduhku seperti itu? Kenzy jahat! [Sorry?] ketikku di chat room lalu mengirimkannya dengan peasaan marah. Kadang-kadang Kenzy sulit untuk dimengerti, sungguh.  Well, memang bukan urusanku, kalau pun pada kenyataan Kenzy terikat dalam hubungan khusus dengan Marcella. Tapi nggak perlu marah juga, dong? Apa salahku? Toh, Marcella pasti sudah memberi tahu kalau dia ke rumah, kan? Buktinya dia sudah tahu. Apa masalahnya, coba?  Dooong!  Kenzy: [At least, kamu chat aku, dong?]  Hellooo, any body home? Sej
Baca selengkapnya
Best Friends Time
Nggak mau pusing dengan kehidupan Kenzy yang semakin terlihat memprihatinkan, aku memutuskan untuk pergi ke toko buku. Bersama Elize,  tentu saja. Sebenarnya aku nggak mengajaknya sih, dia sendiri yang menawarkan diri. Well, hanya orang bodoh yang menolak tawaran manisnya. Apalagi katanya, Tante Theodora sudah ada yang menemani di rumah. Kakaknya yang tingggal di Sidney, Australia mengirimkan istrinya untuk menjaga Tante Theodora selama dua minggu ini. Mumpung belum punya momongan, katanya begitu. What ever that may be, aku sedang bersiap-siap sekarang. Silakan saja, jika Kenzy mau membuat hidupnya lebih hancur atau bagaimana. Bukan urusanku lagi. Dia yang nggak bisa mengendalikan dirinya, bukan karena kesalahanku. Well, aku isteri yang manis dan menyenangkan, bukan? Salah satu buktinya, tetap menyiapkan makan siang untuknya walaupun masih bad mood. Dia requests pizza tadi, beberapa menit setelah aku sampai di kamar dan menghem
Baca selengkapnya
Warna-warni Persahabatan
Rose Bucket, The Purple Love, Love is Blind ... Aku mulai membaca judul-judul novel yang tersusun rapi di rak kayu yang dicat oranye. My Romantic Husband, A Love in Amsterdam ... Kok, aku kurang suka ya, dengan genre ini? Baiklah, sepertinya harus kembali ke habitat semula, deh? Teenlit.  Jadi, inilah yang kulakukan sekarang. Mencari rak buku teenlit yang menurut denah ruangan terletak di sekitar rak buku komik dan majalah anak. Dengan ringan hati, aku melangkah ke sana. Melewati rak-rak buku yang di atasnya bertuliskan Hobbies, Pets dan Crafts. Sebenarnya, aku tertarik untuk menyinggahi rak buku Pets tapi kuurungkan. Nanti lah, kalau waktunya masih cukup. Sekarang mencari novel teenlit dulu.  Drrrttt, drrrttt!  Smartphone bergetar indah, membuat hatiku mencelos dengan sempurna. Satu-satunya kontak yang kuberi ringtone
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status