Share

6

Author: Ami26
last update Last Updated: 2021-12-09 00:18:31

“Bu,” laras yang berdiri sambil mengagumi piring keramik yang ia tatap, tiba-tiba memanggil ibunya dengan pelan, sungguh sosok yang sangat anggun dan tenang.

“Iya? ada apa nak?” jawab bu sari menoleh ke arah laras sambil menata piring-piring ke rak piring.

“kenapa tuan Furqon tidak pernah mengizinkan kita semua melayani tamunya?, apa ada sesuatu?” Tanya larasati yang penasaran

Ibunya yang sudah selesai menata piring-piring itu, lalu duduk di depan laras, menghela napas panjang “Laras, tuan muda memiliki masa lalu yang sangat suram, masa lalu yang penuh dengan kisah berdarah” jawab bu diyah tertunduk

Laras sudah pernah mendengar cerita tentang itu, tapi ia tidak pernah bertanya detil ceritanya, karena ia baru 5 tahun tinggal di kediaman keluarga furqon, “Bu, bolehkah laras tahu bagaimana masa lalu tuan?”

Bu diyah tidak ingin menjawab, tapi anak gadisnya itu sangat jarang berbicara, dan bu diyah tidak ingin menolak rasa ingin tahunya,

“Laras, ibu akan memberitahu mu, tapi jangan pernah singgung masalah ini dengan tuan muda, ataupun orang lain.” Mendengar ucapan bu diyah, laras hanya mengangguk.

“Pada waktu itu, ibu dan bapakmu pergi mencari obat di apotik terdekat, karena Almarhum Adik mu yang baru berumur 3 tahun sedang sakit. Pada saat kami kembali, kami melihat barang-barang di rumah berantakan dan banyak yang pecah. Ada darah dari pintu luar ke arah dapur, kami mulai merasa takut, lalu kami mengikuti tetesan darah itu hingga ke dapur. Ibu sangat terkejut dan seluruh tubuh ibu mati rasa saat melihat seseorang tergeletak bermandikan darah, dengan leher yang hampir putus. Ibu langsung terjatuh, bapakmu langsung berlari mencari keberadaan nyonya dan tuan furqon, tapi tidak kami temukan. Bapak mu menelpon tuan besar, dan ambulans. Lalu tuan besar pulang, dengan tertatih-tahih tuan berjalan ke arah tubuh yang tergeletak itu. Kami melihat tangan dan seluruh tubuhnya gemetar. Lalu saat tuan besar menangis dan menyibakkan rambut dan darah wanita itu, saat itu kami baru tahu bahwa itu adalah nyonya. Kami semua sangat sedih dan kami tiba-tiba terkejut saat tuan muda keluar dari pintu lemari sambil berteriak, menangis dan langsung memeluk ayahnya.” Bu diyah mulai meneteskan air mata saat mengingat kisah itu

“Lalu, dua bulan setelah nya, tuan besar di tikam oleh orang yang tidak dikenal di depan mata tuan muda sendiri saat mereka berdua sedang berada di taman hiburan pada malam hari. Saat itu tuan besar bisa diselamatkan, tapi beberapa minggu kemudian, tuan besar ditemukan tewas di dalam kamarnya,”

“bagaimana bisa bu?” Tanya laras penasaran

“Tidak ada yang tahu kenapa itu bisa terjadi, mungkin karena terjatuh dari tempat tidur, atau mungkin pembunuh itu kembali.” Bu diyah menjelaskan. Untuk beberapa saat suasana hening, dan laras mengangkat suara “lalu apa hubungan semua kejadian itu dengan melarang kita melayani tamu-tamunya bu?”

“ibu tidak tahu alasan lain, tapi saat pertama kali tuan muda melarang kita melayani tamu yaitu setelah kematian kakeknya, ia mengatakan kepada semua paman dan bibinya agar jangan sembarangan menyuruh pembantu-pembantunya, hanya dia yang berhak memberi perintah, dan mereka semua tidak berhak mendapatkan pelayanan ataupun kebaikan dari para pembantunya. Tuan juga melarang mereka berkunjung jika ia tidak berada di tempat. Jika ketahuan ibu hanya sekedar mengangkat koper milik bibinya, tuan muda akan mengamuk seperti kesetanan dan membanting semua perabotan rumah dan memarahi ibu dan juga bibinya, sejak itu tidak ada yang pernah berani melayani tamu, atau menyuruh pembantu yang ada di rumah ini” ibu diyah menjelaskan

“setelah kematian kakek? Apa ini ada hubungannya dengan kakeknya? Bagaimana kakeknya bisa meninggal bu?” Tanya laras semakin penasaran

“ibu tidak tahu  nak, dokter mengatakan penyebabnya adalah serangan jantung dan sesak nafas. Tapi yang ibu tahu, bagi tuan muda hanya kita yang ia punya, ibu rasa itu adalah cara ia menyayangi kita di bawah tekanan hidupnya”

“tapi kenapa ia lebih menyayangi para pembantu dari pada keluarganya sendiri bu?” laras merasa seperti ada sesuatu yang menjanggal

Bu diyah diam beberapa saat, menghembuskan nafas beratnya, “Karena suami dari bibinya pernah menuntut harta warisan kepada ayahnya, pamannya menuduh tuan besar sebagai penyebab kematian nyonya, dan tuan muda yakin, bahwa kematian seluruh anggota keluarganya berhubungan dengan paman dan bibi nya, sehingga ia tidak mempercayai satu pun diantara mereka”

Laras melamun membayangkan nasib buruk yang menimpa tuan mudanya itu, dengan tatapan kosong laras melirih “Tuan muda selama ini terpenjara dalam rasa sakit yang mengerikan itu”

bu diyah menyadarkan laras dari lamunannya “Sudah, jangan dipikirkan, kita disini sama-sama merawat tuan muda dan kita harus menjaganya.” laras hanya mengangguk kecil, lalu berjalan menuju kamarnya. Bu diyah menatap punggung anak nya dengan tatapan penuh arti.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KEMATIAN MISTERIUS KELUARGAKU   Laras!

    Saat bu Diyah dan Pak Lukman mengangkat tubuh Furqon, tiba-tiba langkah pak Lukman terhenti.“Bu, Bagaimana kalau Tuan Furqon sudah melaporkan kita ke polisi?” ujar pak Lukman tiba-tiba.“Huh? apa itu mungkin?” tanya bu Diyah dengan ragu.“Apa nya yang tidak mungkin, Bu? Ibu lihat sendirikan bagaimana dia seperti kerasukan tadi saat memanggil nama kita,” tukas pak Lukman dengan wajah serius.“Iya sih, Pak, tadi dia bilang ke Hasan untuk melaporkan kita ke polisi. Jadi ini bagaimana, Pak? Apa kita bunuh saja?” tanya bu Diyah yang sudah mulai panik.“Ibu, sih. Tadi kan Bapak juga udah bilang, harusnya dibunuh saja! tapi ibu bilang harus tunggu amnesia dulu,” gerutu pak Lukman yang mulai kesal.“Jadi ini bagaimana Pak?” ujar bu Diyah.“Sekarang kalau kita membunuh Tuan Furqon, itu tidak akan menguntung apapun bagi kita, jika kita biarkan hidup pun, kita juga pasti akan dipenjara,” ujar Pak Lukman dengan menatap tajam pada bu Diyah.“Ya sudah, bunuh saja, Pak, karena keadaan kita tidak ak

  • KEMATIAN MISTERIUS KELUARGAKU   HARUS AMESIA

    “Pangeran!” teriak Furqon menggelegar setiap cangkul itu melayang ke udara. “Kharisma!” teriak Furqon lagi. Furqon terus menggali tanah itu semakin lama tanah itu terasa semakin padat, “Apa ini? kenapa tanah ini semakin padat?” ucap Furqon. Tanpa mempedulikan kejanggalan itu, Furqon terus menggali tanah itu. Brukkk! Tiba-tiba ada yang memukul kepala Furqon, “Akh!” lirih Furqon. Seketika tubuh Furqon ambruk ke tanah. Pandangan Furqon menjadi buram dan berputar-putar, ia merasa pitam. Lalu ia mencoba untuk bangun, tiba-tiba tubuhnya ambruk lagi kerena tendangan dari seseorang dari belakang. Furqon seketika menggenggam erat tanah bekas cangkulannya, dengan sigap ia lempar tanah liat yang lembek itu kearah belakang. Namun Furqon sama sekali tidak mengenai targetnya. Dengan buram ia melihat bayangan seseorang “Pak Luk…man…” ujar Furqon, pandangan Furqon juga beralih kearah tangan pak Lukman yang memegang palu. Furqon tersenyum kecut, dan memegang belakang kepalanya, “Hanya luka keci

  • KEMATIAN MISTERIUS KELUARGAKU   69

    Brummm Brummm, “Cepat buka, Brengsek!” teriak Furqon dari luar pagar.Hasan yang saat itu bertugas menjadi kelabakan, dengan cepat ia membuka pagar yang telah di tabrak Furqon beberapa kali.“Hati-hati, Tuan, sabar, nanti pagar sama motornya sama-sama hancur…” lirih Hasan yang masih gemetar karena terkejut juga takut melihat reaksi Furqon.Dengan gas full Furqon segera sampai kedepan pintu rumah, “Lukman! dimana kamu? Diyah! Dasar kalian brengsek! Pangeran! Kharisma! Kalian dimana?” teriak Furqon.Hasan tiba-tiba datang dengan napas yang terengah-engah karena dari tadi ia berusaha mengejar Furqon.“Tuan muda, ad ada apa sebenarnya?” tanya Hasan dengan suara yang terpenggal-penggal.“Telepon polisi! Cepat!” perintah Furqon.“Cepat telepon, beritahu kalau Lukman dan Diyah sedang berusaha membunuh saudara-saudaraku! Cepat!” teriak Furqon.Furqon berlari Ke arah dapur dan meninggalkan Hasan, ia melihat bahwa dapur dalam keadaan kosong! Ia lalu berlari kearah gudang.“Pangeran! Kharisma! K

  • KEMATIAN MISTERIUS KELUARGAKU   68

    Furqon mendorong motornya menuju ke Pom bensin terdekat, atau tempat penjual bensin eceran. Suasana sangat ramai sekali, motor-motor lewat tanpa ada yang bertanya atau menawarkan bantuan pada Furqon. Furqon juga tidak memiliki teman atau kerabat yang bisa dimintai tolong selain Pangeran. “Ahh Pangeran, mungkin mereka sudah sampai di sebuah cafe atau rumah makan…” ujar Furqon.Furqon berlari kecil mendorong motor kesayangannya, ia ingin cepat menemui penjual bensin terdekat, karena ia mengkhawatirkan keadaan sepupunya itu, “Tapi aneh sekali, biasanya dia akan memberitahuku kemanapun dan kapanpun dia akan pergi, atau pulang kerumah…” ujar Furqon.Furqon berhenti mendorong motornya, ia mengeluarkan ponsel dari saku celannya dan mencari nama Pangeran.Teettttt Teetttt Teeetttt“Kenapa belum diangkat? apa mereka masih diperjalanan?” gumam Furqon. Furqon mendorong motornya sambil berlari, ia sangat khawatir dan perasaannya tidak enak, “Aku harap mereka baik-baik saja…” gumam Furqon.“Hei F

  • KEMATIAN MISTERIUS KELUARGAKU   67

    “Abang!!!” teriak Kharisma melihat tubuh Pangeran yang menggelinding dari atas, Kharisma yang berdiri di tengah-tengah anak tangga juga tidak bisa mengelak tubuh Pangeran mengenai kakinya hingga Kharismapun ikut terjatuh. Di anak tangga terakhir, Pangeran telah tidak sadarkan diri dan pendarahan di kepalanya juga tidak berhenti. Kharisma masih separuh sadar, pandangannya mulai buram, “Abang….” Gumamnya ketika melihat Pangeran yang tergeletak tidak sadarkan diri, perlahan kesadaran Kharismapun menghilang. Dringgg Dringgg nada dering dari ponsel Pangeran berbunyi, “Pak, Tuan Muda nelpon?” gumam bu Diyah seraya memandang pak Lukman dengan tatapan khawatir. “Jangan diangkat, Bu...” jawab pak Lukman dengan bergantian menatap bu Diyah dan posel Pangeran. Dringg Driing Dringg…. Suara telepon rumah berbunyi. Bu Diyah kembali memandang ke arah pak Lukman, “Angkat! Pasti itu Tuan Muda…” seru pak Lukman. Bu Diyah dengan cepat bergegas mengangkat telepon rumah, “Hallo, iyaa tuan. Tuan Panger

  • KEMATIAN MISTERIUS KELUARGAKU   Saksi Mata

    Pak Lukman menghampiri Pangeran yang masih berdiri di depan pintu kamar Kharisma, “Tuan, Hari ini saya memancing, jadi apa tuan mau ikut bakar-bakar ikan dengan kami?” tanya pak Lukman pada Pangeran. “Oh, Boleh Pak, tapi nanti saja setelah Furqon pulang. Saya takut kalau nanti Furqon marah. Bapak tau sendirikan bagaimana Furqon?” jawab Pangeran dengan santai. Pak Lukman menghembuskan napas pelan, “Hmm baiklah kalau begitu…” pak Lukman menunduk dan memasukkan kedua tangannya ke saku celananya. Timbul rasa iba dari hati Pangeran melihat pak Lukman. Lalu tiba-tiba ponsel Pangeran berdering, Pangeran menjauhi pak Lukman beberapa langkah, “Halo maa, Akkhh!” Pangeran tiba-tiba merasakan rasa sakit dan nyeri yang menghantam kepalanya. Pangeran memegang belakang kepalanya, terasa cairan hangat membasahi tangannya, “Darah?” “Aaaaaaa Abang!” teriak Kharisma yang baru saja membuka pintu kamarnya. “Abang, kamu tidak apa-apa?” tanya Kharisma dengan panik. Ia menopang tubuh Pangeran yang hampir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status