Share

6

“Bu,” laras yang berdiri sambil mengagumi piring keramik yang ia tatap, tiba-tiba memanggil ibunya dengan pelan, sungguh sosok yang sangat anggun dan tenang.

“Iya? ada apa nak?” jawab bu sari menoleh ke arah laras sambil menata piring-piring ke rak piring.

“kenapa tuan Furqon tidak pernah mengizinkan kita semua melayani tamunya?, apa ada sesuatu?” Tanya larasati yang penasaran

Ibunya yang sudah selesai menata piring-piring itu, lalu duduk di depan laras, menghela napas panjang “Laras, tuan muda memiliki masa lalu yang sangat suram, masa lalu yang penuh dengan kisah berdarah” jawab bu diyah tertunduk

Laras sudah pernah mendengar cerita tentang itu, tapi ia tidak pernah bertanya detil ceritanya, karena ia baru 5 tahun tinggal di kediaman keluarga furqon, “Bu, bolehkah laras tahu bagaimana masa lalu tuan?”

Bu diyah tidak ingin menjawab, tapi anak gadisnya itu sangat jarang berbicara, dan bu diyah tidak ingin menolak rasa ingin tahunya,

“Laras, ibu akan memberitahu mu, tapi jangan pernah singgung masalah ini dengan tuan muda, ataupun orang lain.” Mendengar ucapan bu diyah, laras hanya mengangguk.

“Pada waktu itu, ibu dan bapakmu pergi mencari obat di apotik terdekat, karena Almarhum Adik mu yang baru berumur 3 tahun sedang sakit. Pada saat kami kembali, kami melihat barang-barang di rumah berantakan dan banyak yang pecah. Ada darah dari pintu luar ke arah dapur, kami mulai merasa takut, lalu kami mengikuti tetesan darah itu hingga ke dapur. Ibu sangat terkejut dan seluruh tubuh ibu mati rasa saat melihat seseorang tergeletak bermandikan darah, dengan leher yang hampir putus. Ibu langsung terjatuh, bapakmu langsung berlari mencari keberadaan nyonya dan tuan furqon, tapi tidak kami temukan. Bapak mu menelpon tuan besar, dan ambulans. Lalu tuan besar pulang, dengan tertatih-tahih tuan berjalan ke arah tubuh yang tergeletak itu. Kami melihat tangan dan seluruh tubuhnya gemetar. Lalu saat tuan besar menangis dan menyibakkan rambut dan darah wanita itu, saat itu kami baru tahu bahwa itu adalah nyonya. Kami semua sangat sedih dan kami tiba-tiba terkejut saat tuan muda keluar dari pintu lemari sambil berteriak, menangis dan langsung memeluk ayahnya.” Bu diyah mulai meneteskan air mata saat mengingat kisah itu

“Lalu, dua bulan setelah nya, tuan besar di tikam oleh orang yang tidak dikenal di depan mata tuan muda sendiri saat mereka berdua sedang berada di taman hiburan pada malam hari. Saat itu tuan besar bisa diselamatkan, tapi beberapa minggu kemudian, tuan besar ditemukan tewas di dalam kamarnya,”

“bagaimana bisa bu?” Tanya laras penasaran

“Tidak ada yang tahu kenapa itu bisa terjadi, mungkin karena terjatuh dari tempat tidur, atau mungkin pembunuh itu kembali.” Bu diyah menjelaskan. Untuk beberapa saat suasana hening, dan laras mengangkat suara “lalu apa hubungan semua kejadian itu dengan melarang kita melayani tamu-tamunya bu?”

“ibu tidak tahu alasan lain, tapi saat pertama kali tuan muda melarang kita melayani tamu yaitu setelah kematian kakeknya, ia mengatakan kepada semua paman dan bibinya agar jangan sembarangan menyuruh pembantu-pembantunya, hanya dia yang berhak memberi perintah, dan mereka semua tidak berhak mendapatkan pelayanan ataupun kebaikan dari para pembantunya. Tuan juga melarang mereka berkunjung jika ia tidak berada di tempat. Jika ketahuan ibu hanya sekedar mengangkat koper milik bibinya, tuan muda akan mengamuk seperti kesetanan dan membanting semua perabotan rumah dan memarahi ibu dan juga bibinya, sejak itu tidak ada yang pernah berani melayani tamu, atau menyuruh pembantu yang ada di rumah ini” ibu diyah menjelaskan

“setelah kematian kakek? Apa ini ada hubungannya dengan kakeknya? Bagaimana kakeknya bisa meninggal bu?” Tanya laras semakin penasaran

“ibu tidak tahu  nak, dokter mengatakan penyebabnya adalah serangan jantung dan sesak nafas. Tapi yang ibu tahu, bagi tuan muda hanya kita yang ia punya, ibu rasa itu adalah cara ia menyayangi kita di bawah tekanan hidupnya”

“tapi kenapa ia lebih menyayangi para pembantu dari pada keluarganya sendiri bu?” laras merasa seperti ada sesuatu yang menjanggal

Bu diyah diam beberapa saat, menghembuskan nafas beratnya, “Karena suami dari bibinya pernah menuntut harta warisan kepada ayahnya, pamannya menuduh tuan besar sebagai penyebab kematian nyonya, dan tuan muda yakin, bahwa kematian seluruh anggota keluarganya berhubungan dengan paman dan bibi nya, sehingga ia tidak mempercayai satu pun diantara mereka”

Laras melamun membayangkan nasib buruk yang menimpa tuan mudanya itu, dengan tatapan kosong laras melirih “Tuan muda selama ini terpenjara dalam rasa sakit yang mengerikan itu”

bu diyah menyadarkan laras dari lamunannya “Sudah, jangan dipikirkan, kita disini sama-sama merawat tuan muda dan kita harus menjaganya.” laras hanya mengangguk kecil, lalu berjalan menuju kamarnya. Bu diyah menatap punggung anak nya dengan tatapan penuh arti.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status