“Bu,” laras yang berdiri sambil mengagumi piring keramik yang ia tatap, tiba-tiba memanggil ibunya dengan pelan, sungguh sosok yang sangat anggun dan tenang.
“Iya? ada apa nak?” jawab bu sari menoleh ke arah laras sambil menata piring-piring ke rak piring.
“kenapa tuan Furqon tidak pernah mengizinkan kita semua melayani tamunya?, apa ada sesuatu?” Tanya larasati yang penasaran
Ibunya yang sudah selesai menata piring-piring itu, lalu duduk di depan laras, menghela napas panjang “Laras, tuan muda memiliki masa lalu yang sangat suram, masa lalu yang penuh dengan kisah berdarah” jawab bu diyah tertunduk
Laras sudah pernah mendengar cerita tentang itu, tapi ia tidak pernah bertanya detil ceritanya, karena ia baru 5 tahun tinggal di kediaman keluarga furqon, “Bu, bolehkah laras tahu bagaimana masa lalu tuan?”
Bu diyah tidak ingin menjawab, tapi anak gadisnya itu sangat jarang berbicara, dan bu diyah tidak ingin menolak rasa ingin tahunya,
“Laras, ibu akan memberitahu mu, tapi jangan pernah singgung masalah ini dengan tuan muda, ataupun orang lain.” Mendengar ucapan bu diyah, laras hanya mengangguk.
“Pada waktu itu, ibu dan bapakmu pergi mencari obat di apotik terdekat, karena Almarhum Adik mu yang baru berumur 3 tahun sedang sakit. Pada saat kami kembali, kami melihat barang-barang di rumah berantakan dan banyak yang pecah. Ada darah dari pintu luar ke arah dapur, kami mulai merasa takut, lalu kami mengikuti tetesan darah itu hingga ke dapur. Ibu sangat terkejut dan seluruh tubuh ibu mati rasa saat melihat seseorang tergeletak bermandikan darah, dengan leher yang hampir putus. Ibu langsung terjatuh, bapakmu langsung berlari mencari keberadaan nyonya dan tuan furqon, tapi tidak kami temukan. Bapak mu menelpon tuan besar, dan ambulans. Lalu tuan besar pulang, dengan tertatih-tahih tuan berjalan ke arah tubuh yang tergeletak itu. Kami melihat tangan dan seluruh tubuhnya gemetar. Lalu saat tuan besar menangis dan menyibakkan rambut dan darah wanita itu, saat itu kami baru tahu bahwa itu adalah nyonya. Kami semua sangat sedih dan kami tiba-tiba terkejut saat tuan muda keluar dari pintu lemari sambil berteriak, menangis dan langsung memeluk ayahnya.” Bu diyah mulai meneteskan air mata saat mengingat kisah itu
“Lalu, dua bulan setelah nya, tuan besar di tikam oleh orang yang tidak dikenal di depan mata tuan muda sendiri saat mereka berdua sedang berada di taman hiburan pada malam hari. Saat itu tuan besar bisa diselamatkan, tapi beberapa minggu kemudian, tuan besar ditemukan tewas di dalam kamarnya,”
“bagaimana bisa bu?” Tanya laras penasaran
“Tidak ada yang tahu kenapa itu bisa terjadi, mungkin karena terjatuh dari tempat tidur, atau mungkin pembunuh itu kembali.” Bu diyah menjelaskan. Untuk beberapa saat suasana hening, dan laras mengangkat suara “lalu apa hubungan semua kejadian itu dengan melarang kita melayani tamu-tamunya bu?”
“ibu tidak tahu alasan lain, tapi saat pertama kali tuan muda melarang kita melayani tamu yaitu setelah kematian kakeknya, ia mengatakan kepada semua paman dan bibinya agar jangan sembarangan menyuruh pembantu-pembantunya, hanya dia yang berhak memberi perintah, dan mereka semua tidak berhak mendapatkan pelayanan ataupun kebaikan dari para pembantunya. Tuan juga melarang mereka berkunjung jika ia tidak berada di tempat. Jika ketahuan ibu hanya sekedar mengangkat koper milik bibinya, tuan muda akan mengamuk seperti kesetanan dan membanting semua perabotan rumah dan memarahi ibu dan juga bibinya, sejak itu tidak ada yang pernah berani melayani tamu, atau menyuruh pembantu yang ada di rumah ini” ibu diyah menjelaskan
“setelah kematian kakek? Apa ini ada hubungannya dengan kakeknya? Bagaimana kakeknya bisa meninggal bu?” Tanya laras semakin penasaran
“ibu tidak tahu nak, dokter mengatakan penyebabnya adalah serangan jantung dan sesak nafas. Tapi yang ibu tahu, bagi tuan muda hanya kita yang ia punya, ibu rasa itu adalah cara ia menyayangi kita di bawah tekanan hidupnya”
“tapi kenapa ia lebih menyayangi para pembantu dari pada keluarganya sendiri bu?” laras merasa seperti ada sesuatu yang menjanggal
Bu diyah diam beberapa saat, menghembuskan nafas beratnya, “Karena suami dari bibinya pernah menuntut harta warisan kepada ayahnya, pamannya menuduh tuan besar sebagai penyebab kematian nyonya, dan tuan muda yakin, bahwa kematian seluruh anggota keluarganya berhubungan dengan paman dan bibi nya, sehingga ia tidak mempercayai satu pun diantara mereka”
Laras melamun membayangkan nasib buruk yang menimpa tuan mudanya itu, dengan tatapan kosong laras melirih “Tuan muda selama ini terpenjara dalam rasa sakit yang mengerikan itu”
bu diyah menyadarkan laras dari lamunannya “Sudah, jangan dipikirkan, kita disini sama-sama merawat tuan muda dan kita harus menjaganya.” laras hanya mengangguk kecil, lalu berjalan menuju kamarnya. Bu diyah menatap punggung anak nya dengan tatapan penuh arti.
Di cafe Top city, yaitu cafe yang terkenal dengan makanan enak, namun sangat murah meriah dan suasananya yang klasik dengan hiasan kayu bambu dan tanaman rambat plastik yang sangat indah. furqon dan Pangeran duduk menunggu pesanan mereka. “Pangeran, kamu harus secepatnya kembali ke Sinaboi Raya” Perintah furqon sambil menatap tajam pada pangeran. “beri aku satu alasan kenapa aku harus kembali” pangeran hanya menanggapi dengan santai penyataan furqon, karena ini jelas bukan yang pertama kalinya. “aku sangat membenci kalian yang datang dan bertingkah di rumahku” jawab furqon dingin. “Memangnya apa yang aku lakukan? Aku hanya datang untuk liburan, aku juga mengurus diriku sendiri, aku datang karena mama juga ingin aku menjenguk mu, dia rindu dengan keponakannya” jawab pangeran dengan gaya santainya. “bukankah kau sudah melihat aku baik-baik saja, sampaikan pada tante Iriana ia tidak perlu mengkhawatirkan aku,” furqon tetap serius “itukan
Selesai menuntaskan rasa lapar mereka, kedua saudara sepupu itu bersiap meninggalkan café, sekilas furqon melirik kearah rahelsa yang terlihat sangat bahagia bersama kedua orang tuanya. Terlihat sangat hangat dan indah. Lalu furqon berjalan menuju mobilnya. Sesaat Furqon menatap kosong kearah jalanan yang disinari oleh lampu-lampu yang redup beberapa detik, lalu menghidupkan mesin mobil nya, setelah melaju beberapa meter, furqon ingin melintas ke sisi kiri jalan, tiba tiba brruuukkk dan mobil berhenti mendadak. Terlihat seorang lelaki tua dengan sepeda butut nya terjatuh didepan mobil furqon. “laahh ini kakek-kakek dari mana datang nya?? tiba-tiba menabrak mobil?” Furqon dan pangeran lalu keluar menghampiri sang kakek. “maaf kek, kakek tidak apa-apa” “maaf nak, tadi saya buru-buru untuk menyeberang, hingga nekat menyeberang dari sisi ini tanpa melihat kiri kanan.” “Ohhh lain kali hati-hati pak, ada yang terluka?” “tidak nak, tidak, han
“Apa???” Tanya pangeran keheranan dan terkejut Furqon lalu meremas rambutnya ia sangat kesal seluruh tubuhnya serasa minta dipukuli, ia mengepalkan kedua tangannya. Melihat hal itu pangeran bertanya lagi, “Apa kamu yakin furqon? Lelaki tua tadi yang membunuh ibumu? Furqon menatap pangeran dengan mata yang berbinar “Apa menurutmu aku lupa atau salah mengenali pembunuh ibuku? Sejak beumur 11 tahun, mimpi buruk itu menghantuiku setiap malam,jadi bagaimana mungkin aku melupakan wajah bajingan itu? tidak sekitpun aku lupa setiap detik kejadian waktu itu” Untuk pertama kalinya furqon berbicara terbuka kepada sepupunya, padahal biasanya ia hanya berbicara sepatah duapatah kata saja. mendengar semua itu, pangeran lalu terdiam, lalu furqon menambahkan lagi “Dan bahkan, Pria itu juga yang mencoba membunuh ayahku.” Pangeran makin terkejut mendengarnya “dari mana kamu tahu fur?” Tanya nya semakin penasaran Fla
Jam 07.00 pagi, furqon pulang kerumah bersama sepupunya itu. Bu diyah, dan Pak Lukman bergegas menghampiri tuan muda mereka yang tak pulang semalaman. “Tuan, dari mana saja? kenapa tidak pulang semalam? Apa tuan baik-baik saja” Tanya bu diyah sangat khawatir, karena ini adalah kali pertamanya furqon tidak pulang kerumah. Biasanya walaupun sudah dini hari, furqon pasti akan tetap pulang. “Apa yang terjadi tuan? Kenapa kepala sama tangannya diperban?” pak luqman yang tak kalah khawatir “Aku baik-baik saja, aku ditabrak mobil saat mengejar pencopet” jawab furqon tanpa ekspresi “Ohhh tuhaan… lalu apa yang terluka tuan muda???” “hanya luka biasa bik, semalam aku sudah dirawat di rumah sakit, permisi aku mau istirahat” Furqon berjalan sendiri menaiki anak tangga menuju kamarnya yang dilantai atas, sementara pangeran ditahan oleh pak luqman dan bu diyah “Bagaimana tuan muda bisa terluka? Apakah pencopet itu memukuli tuan muda? Apa pen
Kedua mata dua besaudara itu terbelalak, terutama pangeran. Ia baru saja bertanya dan seakan mendapatkan jawabannya langsung dan itu… itu adalah suara bu Diyah… Apa mungkin bu diyaah??? Furqon berjalan ke arah pintu dan membukanya sedikit. furqon memang sangat memprivasikan kamarnya, bahkan para pembantu tidak pernah masuk walau untuk membersihkan kamarnya, semuanya ia urus sendiri. “Terima Kasih, bik” jawab furqon dengan raut muka datar seperti biasanya “Sama-sama tuan, jaga kesehatannya tuan, tadi tanpa sengaja saya menyentuh tangan tuan, dan tubuh tuan dingin sekali, saya hanya khawatir tuan akan demam” Ucap bu diyah sambil melihat kearah furqon. “Terima Kasih bik” ucap furqon dengan sedikit senyum kecil di ujung garis bibirnya. Bu diyah pun tersenyum karena memang tuan mudanya itu jarang sekali bahkan hampir tidak pernah tersenyum setelah kejadian tujuh tahun yang lalu. Furqon kembali menutup pintu dan membawa wedang jahe itu dengan hati-h
“Aku kan sudah bilang, aku mau uji nyali” jawab pangeran sambil menyunggingkan senyuman “Bagaimana mungkin aku meninggalkan kamu sendirian bersama para psikopat itu fur? Aku ini sepupu mu! Aku bahkan tidak bisa berfikir bagaimana mungkin kamu bisa bertahan dengan situasi yang bisa membunuhmu setiap detiknya” “Sejak usia 11 tahun, kamu bahkan sudah mengetahui semuanya, dan kamu masih berani memejamkan matamu pada malam hari, dan menyantap makananmu yang bisa saja terdapat racun di dalamnya? apa yang kamu pikirkan furqon.!!!! “Selama ini aku berpikir kamu membenci aku, keluargaku dan semuanya, tapi sekarang aku sadar, kenapa kamu melarang kami minum atau makan masakan pembantu disini, dan melarang kami berkunjung kalau kamu tidak ada. Sekarang aku… aku .. mengerti fur… maafkan aku dan keluargaku yang bahkan tidak mencoba mengerti kondisi mu” mata pangeran tiba-tiba berkaca-kaca mengingat semua tindakan furqon yang sangat dingin dan kejam kepada seluruh keluarga
“saya tidak melarang tuan, tapi kalau bisa jangan pacaran dulu, saya minta dia fokus belajar dan jadi orang sukses, biar tidak jadi pembantu seperti ibunya” “Kalau pacarannya sama saya boleh bu?” Furqon dan bu Diyah sama-sama terkejut dan memandang kearah pangeran “Ahhh tuan, yang benar saja” bu diyah tersenyum kaku, dan tidak tahu harus menjawab apa, ia tidak enak harus menolak, juga tidak mungkin mengatakan iya. pangeran adalah anak orang kaya, yang bahkan lebih kaya dibandingkan furqon, bagaimana ia bisa menyinggung perasaan pangeran. Pangeran mengerti maksud dari senyum bu diyah, ia juga ikut tersenyum dan sedikit tertawa kecil “kalau tidak di restui ya tidak apa-apa bik, bibik memang ibu yang baik, semoga laras bisa sukses, dengan orang tua bak malaikat seperti ibu dan pak lukman” “Terima kasih tuan” bu diyah tersenyum malu, lalu pergi meninggalkan dapur “restu? Malaikat?” furqon tiba-tiba bersuara setelah bungkam sejak tadi,
“Gilaaaa, apa aku baru saja tertarik dengan anak psikopat itu? Iiii” pangeran langsung bergidik ngeri membayangkan kalau misalkan pembunuh itu bekerja sama dengan kedua orang tua larasati. Waktu berlalu begitu saja, hingga malamnya pangeran tetap menemani furqon seharian dirumah. Malam berlalu tanpa ada hal-hal yang yang penting ataupun special, hingga matahari membangunkan mereka. Pagi itu sangat cerah, setelah selesai sarapan, furqon menyampaikan pesan kepada pangeran, agar berjalan-jalan di luar rumah, dan jangan pulang, seelum ia pulang dari sekolah. Disekolah…. “Hai furqon, bagaimana kabar mu?” Tanya Ruqayya dengan senyum yang dibuat-buat “Baik” furqon menjawab dengan singkat dan langsung berlalu menuju tempat duduknya “Furqon, semalam kenapa kamu absen?” Furqon tiba-tiba bingung bagaimana harus bersikap, ia sama sekali tidak ingin beramah-tamah dengan gadis di depannya, lalu ia melihat gadis itu sekilas, dia adalah gadis ba