Di dalam kamarnya, Furqon duduk termenung, ingatan bahwa, seorang lelaki paruh baya yang datang ke rumahnya, membunuh ibunya dengan sangat sadis itu selalu muncul dan tidak bisa ditepiskan. ia masih mengingat setiap detil kejadian itu. saat itu ia masih berumur 11 tahun. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana ibunya berlari mengelilingi meja makan sambil memegang pisau sebagai alat pertahanan dan alat membela diri.
Saat itu furqon bersembunyi di dalam lemari dapur yang terletak tepat di belakang meja makan yang berbentuk persegi panjang. Ia mengintip melalui lubang kecil dari lemari yang terbuat dari kayu itu. Ia melihat dengan jelas bagaimana pembunuh itu menampar dan memukul ibunya, lalu ibu nya membalas dengan menggoreskan pisau ke wajah pria itu hingga pria itu berlumurkan darah. Lalu secara membabi buta pria itu mengarahkan pisau nya hingga menggoreskan leher ibunya furqon, sehingga darahnya terjiprat keluar dan beberapa bagian tubuh yang lain juga terkena sayatan pisau itu hingga tubuh ibunya bermandikan darah. ibunya jatuh ke lantai. Lalu pria itu menyadari tubuh ibunya tergeletak tak berdaya dan langsung melayangkan pisau nya hingga menusuk perut ibunya, lalu menarik pisaunya dan menusuk nya lagi hingga tiga kali, lalu nyawa ibunya melayang.
Furqon kecil hanya menangis terisak-isak tanpa suara di dalam lemari, ia sangat ketakutan, Ia melihat dengan jelas setiap kali pisau itu mengayun ke udara dan ditusukkan kembali ke tubuh ibunya. bulir bulir keringatnya sebesar biji jagung dan keluar tanpa henti. Detak jantungnya sangat cepat dan kuat seakan akan bisa ia dengar dengan telinganya sendiri. Melihat ibunya yang bermandikan darah ia sangat ingin keluar, tapi si furqon kecil merasa sangat ketakutan dan berpikir bahkan ia juga akan mati sia-sia karena ia tidak punya senjata apapun dan tenaganya pasti tidak sebanding dengan orang itu.
Tok tok tok…!!! Tiba-tiba suara ketukan pintu membuyarkan lamunan furqon. “Fur, aku tidur di kamar mana?” Tanya pangeran dari luar pintu, karena ini adalah kali pertama nya menginap setelah beberapa tahun berlalu, dan ia tidak ingin suasana hati furqon berubah hanya karena ia salah menempati kamar.
Furqon membuka pintu dan memberi isyarat untuk masuk ke kamar nya “tidur dikamar ku”
“Serius???” Tanya pangeran tidak percaya.
Tanpa menunggu jawaban, pangeran langsung masuk dan meletakkan barang-barangnya di sofa panjang yang ada di kamar furqon. Pangeran memang tipe orang yang periang dan humoris dan ia juga tidak mau ambil pusing dengan semua ucapan furqon, kerena itu diantara sepupu-sepupu furqon, hanya pangeran yang sedikit akrab dengan nya.
Furqon lalu berjalan mengarah meja belajarnya, menarik kursi itu lalu duduk dan membaca buku, tanpa menghiraukan pengeran yang berbaring di kasurnya.
“Fur, anak nya bu diyah, cantik juga ya” tiba tiba pangeran bersuara memecahkan keheningan di ruangan itu. tapi furqon tidak menjawab sama sekali
“Aku tebak dia masih kelas sepuluh, benarkan? Tanya pangeran sambil memancing furqon bicara
“Iya” jawab furqon singkat tanpa memalingkan pandangannya dari buku
“Tapi aku kasihan padanya, dia seperti Rapunzel yang terkurung disini”
Furqon tetap fokus pada bukunya tanpa mempedulikan pangeran.
“Apa dia menderita trauma seperti mu? Dia terlihat sangat ketakukan tadi saat melihat ku”
“Kenapa kamu tidak bertanya langsung pada nya? jawab furqon yang mulai kesal karena pangeran sangat mengganggunya dan bertanya tanpa henti.
Pangeran sadar bahwa furqon tidak mau meladeninya, lalu ia menatap pundak furqon yang membelakangi nya,
“Atau jangan-jangan kamu sengaja untuk melarang ku ke sini karena kamu takut aku akan menggoda gadis itu? Tanya pangeran bermaksud menggoda furqon
Furqon tiba-tiba berbalik memandang kearah pangeran dengan tatapan marah
“hahaha, apa aku benar?”
Furqon menatapnya dengan tajam
“Haha fur, ayolah, aku hanya bercanda” Ia mengedipkan mata nya lalu mengambil handuk dan langsung ke kamar mandi.
Furqon lalu menatap kamar mandi yang telah tertutup itu. ia menghela napas panjang lalu berbalik kerah bukunya lagi. Ia tidak bisa berkonsentrasi lagi. Ia meremas rambut nya dengan sangat kesal sekali.
Setengah jam kemudian pangeran keluar dari kamar mandi dan menuju ruang ganti untuk berganti pakaian.
“Aku tunggu di bawah, kita makan di luar” tiba-tiba furqon bersuara di luar pintu ruang ganti
Tanpa banyak protes pangeran langsung meng-iya kan ucapan furqon dan ia bergegas merapikan baju dan penampilannya.
Furqon menuruni tangga dan melewati Bu diyah yang sedang merapikan meja di ruang tamu. Larasati yang berdiri di pintu dapur hanya menatap punggung furqon yang menjauh keluar di balik pintu Utama.
“Bik, kami pergi makan di luar dulu ya” Ucap pangeran yang dengan tergesa-gesa menuruni anak tangga dan meninggalkan bu Diyah.
“Iyaa Tuan, hati-hati” jawab bu Diyah sambil tersenyum.
“Bu,” laras yang berdiri sambil mengagumi piring keramik yang ia tatap, tiba-tiba memanggil ibunya dengan pelan, sungguh sosok yang sangat anggun dan tenang. “Iya? ada apa nak?” jawab bu sari menoleh ke arah laras sambil menata piring-piring ke rak piring. “kenapa tuan Furqon tidak pernah mengizinkan kita semua melayani tamunya?, apa ada sesuatu?” Tanya larasati yang penasaran Ibunya yang sudah selesai menata piring-piring itu, lalu duduk di depan laras, menghela napas panjang “Laras, tuan muda memiliki masa lalu yang sangat suram, masa lalu yang penuh dengan kisah berdarah” jawab bu diyah tertunduk Laras sudah pernah mendengar cerita tentang itu, tapi ia tidak pernah bertanya detil ceritanya, karena ia baru 5 tahun tinggal di kediaman keluarga furqon, “Bu, bolehkah laras tahu bagaimana masa lalu tuan?” Bu diyah tidak ingin menjawab, tapi anak gadisnya itu sangat jarang berbicara, dan bu diyah tidak ingin menolak rasa ingin tahunya, “L
Di cafe Top city, yaitu cafe yang terkenal dengan makanan enak, namun sangat murah meriah dan suasananya yang klasik dengan hiasan kayu bambu dan tanaman rambat plastik yang sangat indah. furqon dan Pangeran duduk menunggu pesanan mereka. “Pangeran, kamu harus secepatnya kembali ke Sinaboi Raya” Perintah furqon sambil menatap tajam pada pangeran. “beri aku satu alasan kenapa aku harus kembali” pangeran hanya menanggapi dengan santai penyataan furqon, karena ini jelas bukan yang pertama kalinya. “aku sangat membenci kalian yang datang dan bertingkah di rumahku” jawab furqon dingin. “Memangnya apa yang aku lakukan? Aku hanya datang untuk liburan, aku juga mengurus diriku sendiri, aku datang karena mama juga ingin aku menjenguk mu, dia rindu dengan keponakannya” jawab pangeran dengan gaya santainya. “bukankah kau sudah melihat aku baik-baik saja, sampaikan pada tante Iriana ia tidak perlu mengkhawatirkan aku,” furqon tetap serius “itukan
Selesai menuntaskan rasa lapar mereka, kedua saudara sepupu itu bersiap meninggalkan café, sekilas furqon melirik kearah rahelsa yang terlihat sangat bahagia bersama kedua orang tuanya. Terlihat sangat hangat dan indah. Lalu furqon berjalan menuju mobilnya. Sesaat Furqon menatap kosong kearah jalanan yang disinari oleh lampu-lampu yang redup beberapa detik, lalu menghidupkan mesin mobil nya, setelah melaju beberapa meter, furqon ingin melintas ke sisi kiri jalan, tiba tiba brruuukkk dan mobil berhenti mendadak. Terlihat seorang lelaki tua dengan sepeda butut nya terjatuh didepan mobil furqon. “laahh ini kakek-kakek dari mana datang nya?? tiba-tiba menabrak mobil?” Furqon dan pangeran lalu keluar menghampiri sang kakek. “maaf kek, kakek tidak apa-apa” “maaf nak, tadi saya buru-buru untuk menyeberang, hingga nekat menyeberang dari sisi ini tanpa melihat kiri kanan.” “Ohhh lain kali hati-hati pak, ada yang terluka?” “tidak nak, tidak, han
“Apa???” Tanya pangeran keheranan dan terkejut Furqon lalu meremas rambutnya ia sangat kesal seluruh tubuhnya serasa minta dipukuli, ia mengepalkan kedua tangannya. Melihat hal itu pangeran bertanya lagi, “Apa kamu yakin furqon? Lelaki tua tadi yang membunuh ibumu? Furqon menatap pangeran dengan mata yang berbinar “Apa menurutmu aku lupa atau salah mengenali pembunuh ibuku? Sejak beumur 11 tahun, mimpi buruk itu menghantuiku setiap malam,jadi bagaimana mungkin aku melupakan wajah bajingan itu? tidak sekitpun aku lupa setiap detik kejadian waktu itu” Untuk pertama kalinya furqon berbicara terbuka kepada sepupunya, padahal biasanya ia hanya berbicara sepatah duapatah kata saja. mendengar semua itu, pangeran lalu terdiam, lalu furqon menambahkan lagi “Dan bahkan, Pria itu juga yang mencoba membunuh ayahku.” Pangeran makin terkejut mendengarnya “dari mana kamu tahu fur?” Tanya nya semakin penasaran Fla
Jam 07.00 pagi, furqon pulang kerumah bersama sepupunya itu. Bu diyah, dan Pak Lukman bergegas menghampiri tuan muda mereka yang tak pulang semalaman. “Tuan, dari mana saja? kenapa tidak pulang semalam? Apa tuan baik-baik saja” Tanya bu diyah sangat khawatir, karena ini adalah kali pertamanya furqon tidak pulang kerumah. Biasanya walaupun sudah dini hari, furqon pasti akan tetap pulang. “Apa yang terjadi tuan? Kenapa kepala sama tangannya diperban?” pak luqman yang tak kalah khawatir “Aku baik-baik saja, aku ditabrak mobil saat mengejar pencopet” jawab furqon tanpa ekspresi “Ohhh tuhaan… lalu apa yang terluka tuan muda???” “hanya luka biasa bik, semalam aku sudah dirawat di rumah sakit, permisi aku mau istirahat” Furqon berjalan sendiri menaiki anak tangga menuju kamarnya yang dilantai atas, sementara pangeran ditahan oleh pak luqman dan bu diyah “Bagaimana tuan muda bisa terluka? Apakah pencopet itu memukuli tuan muda? Apa pen
Kedua mata dua besaudara itu terbelalak, terutama pangeran. Ia baru saja bertanya dan seakan mendapatkan jawabannya langsung dan itu… itu adalah suara bu Diyah… Apa mungkin bu diyaah??? Furqon berjalan ke arah pintu dan membukanya sedikit. furqon memang sangat memprivasikan kamarnya, bahkan para pembantu tidak pernah masuk walau untuk membersihkan kamarnya, semuanya ia urus sendiri. “Terima Kasih, bik” jawab furqon dengan raut muka datar seperti biasanya “Sama-sama tuan, jaga kesehatannya tuan, tadi tanpa sengaja saya menyentuh tangan tuan, dan tubuh tuan dingin sekali, saya hanya khawatir tuan akan demam” Ucap bu diyah sambil melihat kearah furqon. “Terima Kasih bik” ucap furqon dengan sedikit senyum kecil di ujung garis bibirnya. Bu diyah pun tersenyum karena memang tuan mudanya itu jarang sekali bahkan hampir tidak pernah tersenyum setelah kejadian tujuh tahun yang lalu. Furqon kembali menutup pintu dan membawa wedang jahe itu dengan hati-h
“Aku kan sudah bilang, aku mau uji nyali” jawab pangeran sambil menyunggingkan senyuman “Bagaimana mungkin aku meninggalkan kamu sendirian bersama para psikopat itu fur? Aku ini sepupu mu! Aku bahkan tidak bisa berfikir bagaimana mungkin kamu bisa bertahan dengan situasi yang bisa membunuhmu setiap detiknya” “Sejak usia 11 tahun, kamu bahkan sudah mengetahui semuanya, dan kamu masih berani memejamkan matamu pada malam hari, dan menyantap makananmu yang bisa saja terdapat racun di dalamnya? apa yang kamu pikirkan furqon.!!!! “Selama ini aku berpikir kamu membenci aku, keluargaku dan semuanya, tapi sekarang aku sadar, kenapa kamu melarang kami minum atau makan masakan pembantu disini, dan melarang kami berkunjung kalau kamu tidak ada. Sekarang aku… aku .. mengerti fur… maafkan aku dan keluargaku yang bahkan tidak mencoba mengerti kondisi mu” mata pangeran tiba-tiba berkaca-kaca mengingat semua tindakan furqon yang sangat dingin dan kejam kepada seluruh keluarga
“saya tidak melarang tuan, tapi kalau bisa jangan pacaran dulu, saya minta dia fokus belajar dan jadi orang sukses, biar tidak jadi pembantu seperti ibunya” “Kalau pacarannya sama saya boleh bu?” Furqon dan bu Diyah sama-sama terkejut dan memandang kearah pangeran “Ahhh tuan, yang benar saja” bu diyah tersenyum kaku, dan tidak tahu harus menjawab apa, ia tidak enak harus menolak, juga tidak mungkin mengatakan iya. pangeran adalah anak orang kaya, yang bahkan lebih kaya dibandingkan furqon, bagaimana ia bisa menyinggung perasaan pangeran. Pangeran mengerti maksud dari senyum bu diyah, ia juga ikut tersenyum dan sedikit tertawa kecil “kalau tidak di restui ya tidak apa-apa bik, bibik memang ibu yang baik, semoga laras bisa sukses, dengan orang tua bak malaikat seperti ibu dan pak lukman” “Terima kasih tuan” bu diyah tersenyum malu, lalu pergi meninggalkan dapur “restu? Malaikat?” furqon tiba-tiba bersuara setelah bungkam sejak tadi,