Share

5

Author: Ami26
last update Last Updated: 2021-12-09 00:18:18

Di dalam kamarnya, Furqon duduk termenung, ingatan  bahwa, seorang lelaki paruh baya yang datang ke rumahnya, membunuh ibunya dengan sangat sadis itu selalu muncul dan tidak bisa ditepiskan. ia masih mengingat setiap detil kejadian itu. saat itu ia masih berumur 11 tahun. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana ibunya berlari mengelilingi meja makan sambil memegang pisau sebagai alat pertahanan dan alat membela diri.

Saat itu furqon bersembunyi di dalam lemari dapur yang terletak tepat di belakang meja makan yang berbentuk persegi panjang. Ia mengintip melalui lubang kecil dari lemari yang terbuat dari kayu itu. Ia melihat dengan jelas bagaimana pembunuh itu menampar dan memukul ibunya, lalu ibu nya membalas dengan menggoreskan pisau ke wajah pria itu hingga pria itu berlumurkan darah. Lalu secara membabi buta pria itu mengarahkan pisau nya hingga menggoreskan leher ibunya furqon, sehingga darahnya terjiprat keluar dan beberapa bagian tubuh yang lain juga terkena sayatan pisau itu hingga tubuh ibunya bermandikan darah.  ibunya jatuh ke lantai. Lalu pria itu menyadari tubuh ibunya tergeletak tak berdaya dan langsung melayangkan pisau nya hingga menusuk perut ibunya, lalu menarik pisaunya dan menusuk nya lagi hingga tiga kali, lalu nyawa ibunya melayang.

Furqon kecil hanya menangis terisak-isak tanpa suara di dalam lemari, ia sangat ketakutan, Ia melihat dengan jelas setiap kali pisau itu mengayun ke udara dan ditusukkan kembali ke tubuh ibunya. bulir bulir keringatnya sebesar biji jagung dan keluar tanpa henti. Detak jantungnya sangat cepat dan kuat seakan akan bisa ia dengar dengan telinganya sendiri. Melihat ibunya yang bermandikan darah ia sangat ingin keluar, tapi si furqon kecil merasa sangat ketakutan dan berpikir  bahkan ia juga akan mati sia-sia karena ia tidak punya senjata apapun dan tenaganya pasti tidak sebanding dengan orang itu.

Tok tok tok…!!! Tiba-tiba suara ketukan pintu membuyarkan lamunan furqon. “Fur, aku tidur di kamar mana?” Tanya pangeran dari luar pintu, karena ini adalah kali pertama nya menginap setelah beberapa tahun berlalu, dan ia tidak ingin suasana hati furqon berubah hanya karena ia salah menempati kamar.

Furqon membuka pintu dan memberi isyarat untuk masuk ke kamar nya “tidur dikamar ku”

“Serius???” Tanya pangeran tidak percaya.

Tanpa menunggu jawaban, pangeran langsung masuk dan meletakkan barang-barangnya di sofa panjang yang ada di kamar furqon. Pangeran memang tipe orang yang periang dan humoris dan ia juga tidak mau ambil pusing dengan semua ucapan furqon, kerena itu diantara sepupu-sepupu furqon, hanya pangeran yang sedikit akrab dengan nya.

Furqon lalu berjalan mengarah meja belajarnya, menarik kursi itu lalu duduk dan membaca buku, tanpa menghiraukan pengeran yang berbaring di kasurnya.

“Fur, anak nya bu diyah, cantik juga ya” tiba tiba pangeran bersuara memecahkan keheningan di ruangan itu. tapi furqon tidak menjawab sama sekali

“Aku tebak dia masih kelas sepuluh, benarkan? Tanya pangeran sambil memancing furqon bicara

“Iya” jawab furqon singkat tanpa memalingkan pandangannya dari buku

“Tapi aku kasihan padanya, dia seperti Rapunzel yang terkurung disini”

Furqon tetap fokus pada bukunya tanpa mempedulikan pangeran.

“Apa dia menderita trauma seperti mu? Dia terlihat sangat ketakukan tadi saat melihat ku”

“Kenapa kamu tidak bertanya langsung pada nya? jawab furqon yang mulai kesal karena pangeran sangat mengganggunya dan bertanya tanpa henti.

Pangeran sadar bahwa furqon tidak mau meladeninya, lalu ia menatap pundak furqon yang membelakangi nya,

“Atau jangan-jangan kamu sengaja untuk melarang ku ke sini karena kamu takut aku akan menggoda gadis itu? Tanya pangeran bermaksud menggoda furqon

Furqon tiba-tiba berbalik memandang kearah pangeran dengan tatapan marah

“hahaha, apa aku benar?”

Furqon menatapnya dengan tajam

“Haha fur, ayolah, aku hanya bercanda” Ia mengedipkan mata nya lalu mengambil handuk dan langsung ke kamar mandi.

Furqon lalu menatap kamar mandi yang telah tertutup itu. ia menghela napas panjang lalu berbalik kerah bukunya lagi. Ia tidak bisa berkonsentrasi lagi. Ia meremas rambut nya dengan sangat kesal sekali.

Setengah jam kemudian pangeran keluar dari kamar mandi dan menuju ruang ganti untuk berganti pakaian.

“Aku tunggu di bawah, kita makan di luar” tiba-tiba furqon bersuara di luar pintu ruang ganti

Tanpa banyak protes pangeran langsung meng-iya kan ucapan furqon dan ia bergegas merapikan baju dan penampilannya.

Furqon menuruni tangga dan melewati Bu diyah yang sedang merapikan meja di ruang tamu. Larasati yang berdiri di pintu dapur hanya menatap punggung furqon yang menjauh keluar di balik pintu Utama.

“Bik, kami pergi makan di luar dulu ya” Ucap pangeran yang dengan tergesa-gesa menuruni anak tangga dan meninggalkan bu Diyah.

“Iyaa Tuan, hati-hati” jawab bu Diyah sambil tersenyum.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KEMATIAN MISTERIUS KELUARGAKU   Laras!

    Saat bu Diyah dan Pak Lukman mengangkat tubuh Furqon, tiba-tiba langkah pak Lukman terhenti.“Bu, Bagaimana kalau Tuan Furqon sudah melaporkan kita ke polisi?” ujar pak Lukman tiba-tiba.“Huh? apa itu mungkin?” tanya bu Diyah dengan ragu.“Apa nya yang tidak mungkin, Bu? Ibu lihat sendirikan bagaimana dia seperti kerasukan tadi saat memanggil nama kita,” tukas pak Lukman dengan wajah serius.“Iya sih, Pak, tadi dia bilang ke Hasan untuk melaporkan kita ke polisi. Jadi ini bagaimana, Pak? Apa kita bunuh saja?” tanya bu Diyah yang sudah mulai panik.“Ibu, sih. Tadi kan Bapak juga udah bilang, harusnya dibunuh saja! tapi ibu bilang harus tunggu amnesia dulu,” gerutu pak Lukman yang mulai kesal.“Jadi ini bagaimana Pak?” ujar bu Diyah.“Sekarang kalau kita membunuh Tuan Furqon, itu tidak akan menguntung apapun bagi kita, jika kita biarkan hidup pun, kita juga pasti akan dipenjara,” ujar Pak Lukman dengan menatap tajam pada bu Diyah.“Ya sudah, bunuh saja, Pak, karena keadaan kita tidak ak

  • KEMATIAN MISTERIUS KELUARGAKU   HARUS AMESIA

    “Pangeran!” teriak Furqon menggelegar setiap cangkul itu melayang ke udara. “Kharisma!” teriak Furqon lagi. Furqon terus menggali tanah itu semakin lama tanah itu terasa semakin padat, “Apa ini? kenapa tanah ini semakin padat?” ucap Furqon. Tanpa mempedulikan kejanggalan itu, Furqon terus menggali tanah itu. Brukkk! Tiba-tiba ada yang memukul kepala Furqon, “Akh!” lirih Furqon. Seketika tubuh Furqon ambruk ke tanah. Pandangan Furqon menjadi buram dan berputar-putar, ia merasa pitam. Lalu ia mencoba untuk bangun, tiba-tiba tubuhnya ambruk lagi kerena tendangan dari seseorang dari belakang. Furqon seketika menggenggam erat tanah bekas cangkulannya, dengan sigap ia lempar tanah liat yang lembek itu kearah belakang. Namun Furqon sama sekali tidak mengenai targetnya. Dengan buram ia melihat bayangan seseorang “Pak Luk…man…” ujar Furqon, pandangan Furqon juga beralih kearah tangan pak Lukman yang memegang palu. Furqon tersenyum kecut, dan memegang belakang kepalanya, “Hanya luka keci

  • KEMATIAN MISTERIUS KELUARGAKU   69

    Brummm Brummm, “Cepat buka, Brengsek!” teriak Furqon dari luar pagar.Hasan yang saat itu bertugas menjadi kelabakan, dengan cepat ia membuka pagar yang telah di tabrak Furqon beberapa kali.“Hati-hati, Tuan, sabar, nanti pagar sama motornya sama-sama hancur…” lirih Hasan yang masih gemetar karena terkejut juga takut melihat reaksi Furqon.Dengan gas full Furqon segera sampai kedepan pintu rumah, “Lukman! dimana kamu? Diyah! Dasar kalian brengsek! Pangeran! Kharisma! Kalian dimana?” teriak Furqon.Hasan tiba-tiba datang dengan napas yang terengah-engah karena dari tadi ia berusaha mengejar Furqon.“Tuan muda, ad ada apa sebenarnya?” tanya Hasan dengan suara yang terpenggal-penggal.“Telepon polisi! Cepat!” perintah Furqon.“Cepat telepon, beritahu kalau Lukman dan Diyah sedang berusaha membunuh saudara-saudaraku! Cepat!” teriak Furqon.Furqon berlari Ke arah dapur dan meninggalkan Hasan, ia melihat bahwa dapur dalam keadaan kosong! Ia lalu berlari kearah gudang.“Pangeran! Kharisma! K

  • KEMATIAN MISTERIUS KELUARGAKU   68

    Furqon mendorong motornya menuju ke Pom bensin terdekat, atau tempat penjual bensin eceran. Suasana sangat ramai sekali, motor-motor lewat tanpa ada yang bertanya atau menawarkan bantuan pada Furqon. Furqon juga tidak memiliki teman atau kerabat yang bisa dimintai tolong selain Pangeran. “Ahh Pangeran, mungkin mereka sudah sampai di sebuah cafe atau rumah makan…” ujar Furqon.Furqon berlari kecil mendorong motor kesayangannya, ia ingin cepat menemui penjual bensin terdekat, karena ia mengkhawatirkan keadaan sepupunya itu, “Tapi aneh sekali, biasanya dia akan memberitahuku kemanapun dan kapanpun dia akan pergi, atau pulang kerumah…” ujar Furqon.Furqon berhenti mendorong motornya, ia mengeluarkan ponsel dari saku celannya dan mencari nama Pangeran.Teettttt Teetttt Teeetttt“Kenapa belum diangkat? apa mereka masih diperjalanan?” gumam Furqon. Furqon mendorong motornya sambil berlari, ia sangat khawatir dan perasaannya tidak enak, “Aku harap mereka baik-baik saja…” gumam Furqon.“Hei F

  • KEMATIAN MISTERIUS KELUARGAKU   67

    “Abang!!!” teriak Kharisma melihat tubuh Pangeran yang menggelinding dari atas, Kharisma yang berdiri di tengah-tengah anak tangga juga tidak bisa mengelak tubuh Pangeran mengenai kakinya hingga Kharismapun ikut terjatuh. Di anak tangga terakhir, Pangeran telah tidak sadarkan diri dan pendarahan di kepalanya juga tidak berhenti. Kharisma masih separuh sadar, pandangannya mulai buram, “Abang….” Gumamnya ketika melihat Pangeran yang tergeletak tidak sadarkan diri, perlahan kesadaran Kharismapun menghilang. Dringgg Dringgg nada dering dari ponsel Pangeran berbunyi, “Pak, Tuan Muda nelpon?” gumam bu Diyah seraya memandang pak Lukman dengan tatapan khawatir. “Jangan diangkat, Bu...” jawab pak Lukman dengan bergantian menatap bu Diyah dan posel Pangeran. Dringg Driing Dringg…. Suara telepon rumah berbunyi. Bu Diyah kembali memandang ke arah pak Lukman, “Angkat! Pasti itu Tuan Muda…” seru pak Lukman. Bu Diyah dengan cepat bergegas mengangkat telepon rumah, “Hallo, iyaa tuan. Tuan Panger

  • KEMATIAN MISTERIUS KELUARGAKU   Saksi Mata

    Pak Lukman menghampiri Pangeran yang masih berdiri di depan pintu kamar Kharisma, “Tuan, Hari ini saya memancing, jadi apa tuan mau ikut bakar-bakar ikan dengan kami?” tanya pak Lukman pada Pangeran. “Oh, Boleh Pak, tapi nanti saja setelah Furqon pulang. Saya takut kalau nanti Furqon marah. Bapak tau sendirikan bagaimana Furqon?” jawab Pangeran dengan santai. Pak Lukman menghembuskan napas pelan, “Hmm baiklah kalau begitu…” pak Lukman menunduk dan memasukkan kedua tangannya ke saku celananya. Timbul rasa iba dari hati Pangeran melihat pak Lukman. Lalu tiba-tiba ponsel Pangeran berdering, Pangeran menjauhi pak Lukman beberapa langkah, “Halo maa, Akkhh!” Pangeran tiba-tiba merasakan rasa sakit dan nyeri yang menghantam kepalanya. Pangeran memegang belakang kepalanya, terasa cairan hangat membasahi tangannya, “Darah?” “Aaaaaaa Abang!” teriak Kharisma yang baru saja membuka pintu kamarnya. “Abang, kamu tidak apa-apa?” tanya Kharisma dengan panik. Ia menopang tubuh Pangeran yang hampir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status