Share

5

Di dalam kamarnya, Furqon duduk termenung, ingatan  bahwa, seorang lelaki paruh baya yang datang ke rumahnya, membunuh ibunya dengan sangat sadis itu selalu muncul dan tidak bisa ditepiskan. ia masih mengingat setiap detil kejadian itu. saat itu ia masih berumur 11 tahun. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana ibunya berlari mengelilingi meja makan sambil memegang pisau sebagai alat pertahanan dan alat membela diri.

Saat itu furqon bersembunyi di dalam lemari dapur yang terletak tepat di belakang meja makan yang berbentuk persegi panjang. Ia mengintip melalui lubang kecil dari lemari yang terbuat dari kayu itu. Ia melihat dengan jelas bagaimana pembunuh itu menampar dan memukul ibunya, lalu ibu nya membalas dengan menggoreskan pisau ke wajah pria itu hingga pria itu berlumurkan darah. Lalu secara membabi buta pria itu mengarahkan pisau nya hingga menggoreskan leher ibunya furqon, sehingga darahnya terjiprat keluar dan beberapa bagian tubuh yang lain juga terkena sayatan pisau itu hingga tubuh ibunya bermandikan darah.  ibunya jatuh ke lantai. Lalu pria itu menyadari tubuh ibunya tergeletak tak berdaya dan langsung melayangkan pisau nya hingga menusuk perut ibunya, lalu menarik pisaunya dan menusuk nya lagi hingga tiga kali, lalu nyawa ibunya melayang.

Furqon kecil hanya menangis terisak-isak tanpa suara di dalam lemari, ia sangat ketakutan, Ia melihat dengan jelas setiap kali pisau itu mengayun ke udara dan ditusukkan kembali ke tubuh ibunya. bulir bulir keringatnya sebesar biji jagung dan keluar tanpa henti. Detak jantungnya sangat cepat dan kuat seakan akan bisa ia dengar dengan telinganya sendiri. Melihat ibunya yang bermandikan darah ia sangat ingin keluar, tapi si furqon kecil merasa sangat ketakutan dan berpikir  bahkan ia juga akan mati sia-sia karena ia tidak punya senjata apapun dan tenaganya pasti tidak sebanding dengan orang itu.

Tok tok tok…!!! Tiba-tiba suara ketukan pintu membuyarkan lamunan furqon. “Fur, aku tidur di kamar mana?” Tanya pangeran dari luar pintu, karena ini adalah kali pertama nya menginap setelah beberapa tahun berlalu, dan ia tidak ingin suasana hati furqon berubah hanya karena ia salah menempati kamar.

Furqon membuka pintu dan memberi isyarat untuk masuk ke kamar nya “tidur dikamar ku”

“Serius???” Tanya pangeran tidak percaya.

Tanpa menunggu jawaban, pangeran langsung masuk dan meletakkan barang-barangnya di sofa panjang yang ada di kamar furqon. Pangeran memang tipe orang yang periang dan humoris dan ia juga tidak mau ambil pusing dengan semua ucapan furqon, kerena itu diantara sepupu-sepupu furqon, hanya pangeran yang sedikit akrab dengan nya.

Furqon lalu berjalan mengarah meja belajarnya, menarik kursi itu lalu duduk dan membaca buku, tanpa menghiraukan pengeran yang berbaring di kasurnya.

“Fur, anak nya bu diyah, cantik juga ya” tiba tiba pangeran bersuara memecahkan keheningan di ruangan itu. tapi furqon tidak menjawab sama sekali

“Aku tebak dia masih kelas sepuluh, benarkan? Tanya pangeran sambil memancing furqon bicara

“Iya” jawab furqon singkat tanpa memalingkan pandangannya dari buku

“Tapi aku kasihan padanya, dia seperti Rapunzel yang terkurung disini”

Furqon tetap fokus pada bukunya tanpa mempedulikan pangeran.

“Apa dia menderita trauma seperti mu? Dia terlihat sangat ketakukan tadi saat melihat ku”

“Kenapa kamu tidak bertanya langsung pada nya? jawab furqon yang mulai kesal karena pangeran sangat mengganggunya dan bertanya tanpa henti.

Pangeran sadar bahwa furqon tidak mau meladeninya, lalu ia menatap pundak furqon yang membelakangi nya,

“Atau jangan-jangan kamu sengaja untuk melarang ku ke sini karena kamu takut aku akan menggoda gadis itu? Tanya pangeran bermaksud menggoda furqon

Furqon tiba-tiba berbalik memandang kearah pangeran dengan tatapan marah

“hahaha, apa aku benar?”

Furqon menatapnya dengan tajam

“Haha fur, ayolah, aku hanya bercanda” Ia mengedipkan mata nya lalu mengambil handuk dan langsung ke kamar mandi.

Furqon lalu menatap kamar mandi yang telah tertutup itu. ia menghela napas panjang lalu berbalik kerah bukunya lagi. Ia tidak bisa berkonsentrasi lagi. Ia meremas rambut nya dengan sangat kesal sekali.

Setengah jam kemudian pangeran keluar dari kamar mandi dan menuju ruang ganti untuk berganti pakaian.

“Aku tunggu di bawah, kita makan di luar” tiba-tiba furqon bersuara di luar pintu ruang ganti

Tanpa banyak protes pangeran langsung meng-iya kan ucapan furqon dan ia bergegas merapikan baju dan penampilannya.

Furqon menuruni tangga dan melewati Bu diyah yang sedang merapikan meja di ruang tamu. Larasati yang berdiri di pintu dapur hanya menatap punggung furqon yang menjauh keluar di balik pintu Utama.

“Bik, kami pergi makan di luar dulu ya” Ucap pangeran yang dengan tergesa-gesa menuruni anak tangga dan meninggalkan bu Diyah.

“Iyaa Tuan, hati-hati” jawab bu Diyah sambil tersenyum.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status