Di cafe Top city, yaitu cafe yang terkenal dengan makanan enak, namun sangat murah meriah dan suasananya yang klasik dengan hiasan kayu bambu dan tanaman rambat plastik yang sangat indah. furqon dan Pangeran duduk menunggu pesanan mereka.
“Pangeran, kamu harus secepatnya kembali ke Sinaboi Raya” Perintah furqon sambil menatap tajam pada pangeran.
“beri aku satu alasan kenapa aku harus kembali” pangeran hanya menanggapi dengan santai penyataan furqon, karena ini jelas bukan yang pertama kalinya.
“aku sangat membenci kalian yang datang dan bertingkah di rumahku” jawab furqon dingin.
“Memangnya apa yang aku lakukan? Aku hanya datang untuk liburan, aku juga mengurus diriku sendiri, aku datang karena mama juga ingin aku menjenguk mu, dia rindu dengan keponakannya” jawab pangeran dengan gaya santainya.
“bukankah kau sudah melihat aku baik-baik saja, sampaikan pada tante Iriana ia tidak perlu mengkhawatirkan aku,” furqon tetap serius
“itukan alasan kedua ku, alasan pertama ku adalah LIBURAN” jawab pangeran dengan nada mengejek.
Furqon memang selalu kewalahan melawan pangeran, diantara semua sepupunya hanya pangeran yang menjadi lawan bicara yang seimbang dengan nya. “kamu fikir rumah ku itu tempat wisata”
“Nggak, aku malah mikir itu rumah angker” jawab pangeran asal-asalan sambil menatap layar ponsel nya.
“lalu kenapa masih mau liburan disitu?” Furqon yang mulai kesal.
“Yaaa sekalian untuk uji nyali” jawab pangeran dengan nada mengejek, mendengar jawaban pangeran darah furqon mulai mendidih
“Kenapa tidak dikuburan saja, huh?”
“buat apa? Kuburan sama hantu-hantunya saja masih kalah mengerikan dari rumah mu dan tuan muda nya” jawab pangeran acuh tak acuh sehingga membuat furqon benar-benar geram.
"Apaaaa????” furqon terbelalak,
Dan pangeran hanya tersenyum kecut menanggapi reaksi furqon.
furqon tidak tahu bagaimana lagi menghadapi sepupunya yang satu ini. Biasa nya sepupu sepupu yang lain bahkan takut jika furqon hanya menatapnya saja. Tapi pangeran ini sama sekali tidak ada takutnya. Akhirnya furqon diam dan menunggu makanan yang telah ia pesan, ia benar-benar menyerah berdebat dengan pangeran.
Dua orang remaja yang sangat tampan itu sibuk dengan ponsel masing-masing, hingga makanan yang mereka pesan datang,
“Furqon, kenapa Cuma pesan nasi putih, ikan goreng dan air putih saja?” Tanya pangeran terheran…
Furqon menatap sekilas wajah pangeran yang keheran
“Yaaa memang tidak salah sih, tapi di café yang terkenal ini masa kamu tidak mau mencicipi menu special nya” pangeran terkekeh sendiri seakan mengerti arti dari tatapan furqon yang sekilas itu. Pangeran mulai menyantap hidangan yang ada didepannya, beef steak dan cumi-cumi asin pedas.
Saat sedang makan, pangeran tiba-tiba melirik furqon, ia bingung dan merasa iba melihat sepupu nya makan. Benar-benar jauh dari kata mewah, walaupun sepupu nya tu memiliki harta yang cukup banyak, bahkan furqon makan dengan menggunakan tangan.
Tiba-tiba tersadar dari lamunannya ketika seseorang menyapa, furqon juga melihat kearah datang nya suara.
“Rahelsa?” furqon bergumam.
“Maaf furqon, akuuu … haah kamu ???” rahelsa sedikit tersentak melihat pangeran…
Begitu juga pangeran, ia merasa pernah melihat gadis itu, tapi ia lupa dimana.
“Kamu yang melempar air mineral itu kan?
“ahhh iya, aku baru ingat, bagaimana keadaan teman mu?” Tanya pangeran yang tiba-tiba ingat ruqayya yang sempat pingsan waktu itu
“jika aku tidak menghubungi mu, itu arti nya kami berdua baik-baik saja”
“ohhh bagus lah” jawab pangeran santai
“Fur.. qoonn…boleh aku meminjam uang?” Tanya rahelsa sambil menunduk
Kedua nya keheranan, bagaimana bisa gadis ini berani, bahkan terhadap di manusia es seperti furqon.
“Aku tadi kesini bersama kedua orang tuaku, merayakan hari jadi pernikahan mereka, tapi sayang nya, aku tidak tahu kenapa uang yang ada di tas ku tiba-tiba hilang, ayah meminta aku yang memegangnya, karena aku yang mengatur perayaan ini” wajahnya menunduk dan memelas, karena furqon masih diam, ia menambahkan lagi
“kami tidak pernah makan bersama di café ini, jadi jika kami tiba-tiba pulang kedua orang tuaku pasti sedih, ditambah lagi kalau mereka sampai tahu kalau uangnya hilang begitu saja”
“berapa yang kamu butuhkan?” tiba-tiba pangeran menjawab karena furqon hanya diam dan tampak berfikir
Rahelsa beralih menatap pangeran “lima ratus ribu” ia bergumam lirih
Lalu pangeran mengeluarkan uang nya,
“Aku akan menggantikannya dalam waktu 1 bulan” jawab rahelsa bersemangat.
Pangeran dan furqon sama-sama terkejut “Satu bulan?”
“iyaa, maaf ya aku tidak bisa lebih cepat dari itu, karena uang jajan ku hanya 300 ribu sebulan, dan gaji ku 500 ribu”
“oke baik lah, itu arti nya aku harus menguji nyali ku selama sebulan di kota ini” jawab pangeran santai, lalu ia terkekeh menatap furqon yang tebelalak menatap nya.
Rahelsa tidak mengerti maksud ucapan pangeran tapi ia tidak peduli lalu berterima kasih dan kembali ke orangtua nya.
“bagaimana gadis itu mengenal mu?” Tanya pangeran tiba-tiba
“kami satu kelas”
Pangeran mengangguk “Kamu bahkan tidak mau membantu teman sekelas mu” pangeran mengejek
“Aku tidak bawa uang tunai” jawab furqon singkat
“Lalu kenapa kamu hanya diam dan tidak menjawab, kasian kan , dia pasti putus asa sehingga ia memutuskan untuk melakukan pilihan terakhir, yaitu mendatangi horror boy, benar-benar menguji nyali, kamu tau kalau missa aauu aduuhh”pangeran yang kesakitan karena kaki nya tiba-tiba diinjak oleh furqon,
“jangan berbicara saat makan” furqon tersenyum kecil
Melihat itu, pangeran merasakan ada sesuatu yang hangat didalam hati nya. seharian ia tidak melihat senyum furqon sama sekali, hanya mata yang sering melotot. Ia tetap pura-pura kesakitan dan melanjutkan makan malam nya.
Saat bu Diyah dan Pak Lukman mengangkat tubuh Furqon, tiba-tiba langkah pak Lukman terhenti.“Bu, Bagaimana kalau Tuan Furqon sudah melaporkan kita ke polisi?” ujar pak Lukman tiba-tiba.“Huh? apa itu mungkin?” tanya bu Diyah dengan ragu.“Apa nya yang tidak mungkin, Bu? Ibu lihat sendirikan bagaimana dia seperti kerasukan tadi saat memanggil nama kita,” tukas pak Lukman dengan wajah serius.“Iya sih, Pak, tadi dia bilang ke Hasan untuk melaporkan kita ke polisi. Jadi ini bagaimana, Pak? Apa kita bunuh saja?” tanya bu Diyah yang sudah mulai panik.“Ibu, sih. Tadi kan Bapak juga udah bilang, harusnya dibunuh saja! tapi ibu bilang harus tunggu amnesia dulu,” gerutu pak Lukman yang mulai kesal.“Jadi ini bagaimana Pak?” ujar bu Diyah.“Sekarang kalau kita membunuh Tuan Furqon, itu tidak akan menguntung apapun bagi kita, jika kita biarkan hidup pun, kita juga pasti akan dipenjara,” ujar Pak Lukman dengan menatap tajam pada bu Diyah.“Ya sudah, bunuh saja, Pak, karena keadaan kita tidak ak
“Pangeran!” teriak Furqon menggelegar setiap cangkul itu melayang ke udara. “Kharisma!” teriak Furqon lagi. Furqon terus menggali tanah itu semakin lama tanah itu terasa semakin padat, “Apa ini? kenapa tanah ini semakin padat?” ucap Furqon. Tanpa mempedulikan kejanggalan itu, Furqon terus menggali tanah itu. Brukkk! Tiba-tiba ada yang memukul kepala Furqon, “Akh!” lirih Furqon. Seketika tubuh Furqon ambruk ke tanah. Pandangan Furqon menjadi buram dan berputar-putar, ia merasa pitam. Lalu ia mencoba untuk bangun, tiba-tiba tubuhnya ambruk lagi kerena tendangan dari seseorang dari belakang. Furqon seketika menggenggam erat tanah bekas cangkulannya, dengan sigap ia lempar tanah liat yang lembek itu kearah belakang. Namun Furqon sama sekali tidak mengenai targetnya. Dengan buram ia melihat bayangan seseorang “Pak Luk…man…” ujar Furqon, pandangan Furqon juga beralih kearah tangan pak Lukman yang memegang palu. Furqon tersenyum kecut, dan memegang belakang kepalanya, “Hanya luka keci
Brummm Brummm, “Cepat buka, Brengsek!” teriak Furqon dari luar pagar.Hasan yang saat itu bertugas menjadi kelabakan, dengan cepat ia membuka pagar yang telah di tabrak Furqon beberapa kali.“Hati-hati, Tuan, sabar, nanti pagar sama motornya sama-sama hancur…” lirih Hasan yang masih gemetar karena terkejut juga takut melihat reaksi Furqon.Dengan gas full Furqon segera sampai kedepan pintu rumah, “Lukman! dimana kamu? Diyah! Dasar kalian brengsek! Pangeran! Kharisma! Kalian dimana?” teriak Furqon.Hasan tiba-tiba datang dengan napas yang terengah-engah karena dari tadi ia berusaha mengejar Furqon.“Tuan muda, ad ada apa sebenarnya?” tanya Hasan dengan suara yang terpenggal-penggal.“Telepon polisi! Cepat!” perintah Furqon.“Cepat telepon, beritahu kalau Lukman dan Diyah sedang berusaha membunuh saudara-saudaraku! Cepat!” teriak Furqon.Furqon berlari Ke arah dapur dan meninggalkan Hasan, ia melihat bahwa dapur dalam keadaan kosong! Ia lalu berlari kearah gudang.“Pangeran! Kharisma! K
Furqon mendorong motornya menuju ke Pom bensin terdekat, atau tempat penjual bensin eceran. Suasana sangat ramai sekali, motor-motor lewat tanpa ada yang bertanya atau menawarkan bantuan pada Furqon. Furqon juga tidak memiliki teman atau kerabat yang bisa dimintai tolong selain Pangeran. “Ahh Pangeran, mungkin mereka sudah sampai di sebuah cafe atau rumah makan…” ujar Furqon.Furqon berlari kecil mendorong motor kesayangannya, ia ingin cepat menemui penjual bensin terdekat, karena ia mengkhawatirkan keadaan sepupunya itu, “Tapi aneh sekali, biasanya dia akan memberitahuku kemanapun dan kapanpun dia akan pergi, atau pulang kerumah…” ujar Furqon.Furqon berhenti mendorong motornya, ia mengeluarkan ponsel dari saku celannya dan mencari nama Pangeran.Teettttt Teetttt Teeetttt“Kenapa belum diangkat? apa mereka masih diperjalanan?” gumam Furqon. Furqon mendorong motornya sambil berlari, ia sangat khawatir dan perasaannya tidak enak, “Aku harap mereka baik-baik saja…” gumam Furqon.“Hei F
“Abang!!!” teriak Kharisma melihat tubuh Pangeran yang menggelinding dari atas, Kharisma yang berdiri di tengah-tengah anak tangga juga tidak bisa mengelak tubuh Pangeran mengenai kakinya hingga Kharismapun ikut terjatuh. Di anak tangga terakhir, Pangeran telah tidak sadarkan diri dan pendarahan di kepalanya juga tidak berhenti. Kharisma masih separuh sadar, pandangannya mulai buram, “Abang….” Gumamnya ketika melihat Pangeran yang tergeletak tidak sadarkan diri, perlahan kesadaran Kharismapun menghilang. Dringgg Dringgg nada dering dari ponsel Pangeran berbunyi, “Pak, Tuan Muda nelpon?” gumam bu Diyah seraya memandang pak Lukman dengan tatapan khawatir. “Jangan diangkat, Bu...” jawab pak Lukman dengan bergantian menatap bu Diyah dan posel Pangeran. Dringg Driing Dringg…. Suara telepon rumah berbunyi. Bu Diyah kembali memandang ke arah pak Lukman, “Angkat! Pasti itu Tuan Muda…” seru pak Lukman. Bu Diyah dengan cepat bergegas mengangkat telepon rumah, “Hallo, iyaa tuan. Tuan Panger
Pak Lukman menghampiri Pangeran yang masih berdiri di depan pintu kamar Kharisma, “Tuan, Hari ini saya memancing, jadi apa tuan mau ikut bakar-bakar ikan dengan kami?” tanya pak Lukman pada Pangeran. “Oh, Boleh Pak, tapi nanti saja setelah Furqon pulang. Saya takut kalau nanti Furqon marah. Bapak tau sendirikan bagaimana Furqon?” jawab Pangeran dengan santai. Pak Lukman menghembuskan napas pelan, “Hmm baiklah kalau begitu…” pak Lukman menunduk dan memasukkan kedua tangannya ke saku celananya. Timbul rasa iba dari hati Pangeran melihat pak Lukman. Lalu tiba-tiba ponsel Pangeran berdering, Pangeran menjauhi pak Lukman beberapa langkah, “Halo maa, Akkhh!” Pangeran tiba-tiba merasakan rasa sakit dan nyeri yang menghantam kepalanya. Pangeran memegang belakang kepalanya, terasa cairan hangat membasahi tangannya, “Darah?” “Aaaaaaa Abang!” teriak Kharisma yang baru saja membuka pintu kamarnya. “Abang, kamu tidak apa-apa?” tanya Kharisma dengan panik. Ia menopang tubuh Pangeran yang hampir