Share

Sebatas Adik

"Abang memiliki rasa padanya?" Selidik Hana.

Hakim menggeleng pelan.

"Menganggapnya sebatas adik. Tak lebih," aku Hakim.

"Kalau begitu, aku tak memiliki alasan untuk cemburu," jawab Hana berusaha menutupi rasanya. Ya, sejujurnya rasa cemburu itu tetap ada. Namun, melihat sikap Hakim tadi membuatnya merasa tak pantas menunjukkan rasa dengan cara berlebihan.

"Kau yakin?" tanya Hakim dengan menaikkan sebelah alis.

Hana hanya tersenyum simpul.

"Syukurlah …." Hakim nampak lega. "Oh, ya, boleh aku berbicara tentang kita?" tanya Hakim kemudian.

"Tentang kita?" Hana mengulang pertanyaan Hakim sambil tersenyum geli.

"Jangan tertawa!" Hakim terkekeh.

"Siapa yang tertawa?"

"Barusan?" Telunjuk itu terarah pada Hana.

"Itu senyum. Apakah seorang dengan pangkat manager di perusahaan besar tak bisa membedakan mana senyum dan mana tertawa?" ledek Hana.

"Baiklah … ya, kau barusan hanya tersenyum. Aku sadar karena lelaki memang tempatnya salah, terlepas dari apa jabatan pekerjaan maupun tite
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status