Share

BERADAPTASI DENGAN JIWA BARU

Aether kembali memperhatikan wajahnya di cermin satu badan setelah mandi dan berhasil mengusir wanita dan kepala pelayan tadi, tersisa pelayan muda yang takut padanya.

Pelayan muda itu menuruti perintah Aether sambil menjawab pertanyaannya dengan gugup.

Wajah dan kehidupan yang berbeda, namun memiliki nama dan tanggal lahir yang sama. Tuhan memang kejam.

Aether kembali memperhatikan wajahnya yang sangat tampan di depan cermin dan berkata di dalam hati. Sayang sekali, wajah tampan ini digunakan untuk melakukan hal yang tidak berguna. Jika aku menjadi dia, aku akan melakukan upaya terbaik untuk menaikkan posisi.

Aether dibantu memakai pakaian, awalnya sangat canggung karena selama ini memakai pakaian sendiri, namun sepertinya pelayan muda itu tidak perhatikan.

Aether kembali mendengar penjelasan pelayan muda tersebut.

"Anda adalah anak sah dari Presiden dan istri. Presiden merupakan menantu dari klan Kailash, dan berhasil mendapatkan kedudukan berkat klan, namun karena pemimpin klan sebelumnya tidak memiliki anak laki-laki- sehingga-"

"Kakek yang waktu itu masih hidup, membawa Ayah." Aether belajar menyebut nama panggilan keluarga pemilik tubuhnya.

"Tu... tuan muda, apakah anda benar-benar hilang ingatan?" Tanya pelayan muda dengan bingung. "Jika, ada sesuatu pada anda... anda bisa bicara ke Presiden."

"Tidak perlu, kepala pelayan pasti sudah melapor sekarang." Aether melirik pelayan muda. "Beritahu aku- semalam apa yang aku lakukan?"

"Anda hanya berpesta dan kencan seperti biasanya."

Aether menatap tubuhnya sekali lagi. Wajah tampan dan tubuh tinggi, saat dirinya masih hidup- tinggi badannya berhenti di angka 165cm, wajahnya juga biasa dan tidak didekati banyak wanita jika mereka tidak tahu identitasnya.

Yah, sejak kecil Aether sudah menyadari kerasnya kehidupan dan harus bertahan hidup, sehingga tidak memperhatikan gizi yang diperlukan.

"Tuan muda, Presiden akan menjadi kesal karena membuatnya menunggu."

"Aku sedari tadi heran, kenapa kamu memanggil aku Tuan muda dan ayahku Presiden? Bukankah pria itu cocok dipanggil Tuan besar?" Aether tidak peduli dengan amarah pria yang disebut ayah itu, dia hanya fokus dengan sebutan pelayan muda dan kepala pelayan terhadap ayahnya.

Bukankah pria yang disebut Presiden itu merupakan pria narsis yang bangga dengan pencapaiannya?

Pelayan muda itu menundukkan kepala. "Saya juga tidak paham, saya hanya diajarkan seperti itu oleh kepala pelayan."

Rupanya tidak semua hal diberitahukan kepada pelayan, khususnya yang masih junior.

Aether tidak terlalu mengenal keluarga Kaliash, dia hanya mengenal karena pernah bertemu dengan Presiden saja.

"Tuan muda, ayo ke ruang makan. Saya bisa dima-" pelayan muda itu terdiam ketika melihat tatapan dingin Aether. "Maafkan saya-"

Aether memiringkan kepalanya, kalau tidak salah pemilik asli tubuh ini masih memiliki ibu. "Di mana Ibuku?"

"Ya?"

"Apakah Ibuku tidak ikut sarapan?" Tanya Aether.

"Selama ini Nyonya besar, tidak pernah ikut sarapan dan hanya makan di kamar."

"Kenapa?"

"Itu-"

"Apakah karena wanita selingkuhan yang dibawa Ayah?"

Pelayan muda tidak menjawab.

Aether harus mencari tahu tentang kematiannya dan kenapa dia bisa berpindah ke tubuh lain. "Aku ingin makan dengan Ibu."

"Tuan muda, tidak bisa begitu. Nyonya besar akan marah jika anda tidak ikut sarapan dengan Presiden."

Tapi, hal pertama yang harus Aether lakukan adalah mendekati ibu pemilik tubuh ini.

"Aku tidak peduli. Sampaikan kepada Ibu, jika dia tidak muncul di ruang makan, aku akan melakukan hal yang sama. Ah, satu lagi. Jangan sampai kepala pelayan dan Ayah tahu tentang ini."

"Ta- tapi saya tidak bisa berbohong."

"Kamu tidak perlu berbohong, yang perlu dilakukan hanya menutup mulut kecil itu." Aether menatap dingin pelayan muda yang sudah gemetar ketakutan itu. "Jika aku tahu, kamu terlalu lebar membuka mulut- aku tidak akan menahan amarahku lagi."

"Ba- baik!"

Aether memperhatikan sekeliling kamar lalu melihat sebuah kotak di atas meja nakas, dia berjalan mendekati meja itu dan melihat isi kotak. Mendadak, dia mendapatkan ide untuk menjilat ibu kandung pemilik tubuh ini.

***

Julia yang sedang membaca buku dan minum kopi di balkon kamarnya, mengerutkan kening ketika mendengar laporan dari pelayan pribadi. "Apa?"

"Tuan muda ingin sarapan dengan anda, di meja makan. Jika anda tidak datang, beliau tidak akan makan di sana."

"Apa yang dilakukan anak itu? Bukankah selama ini, dia tidak membutuhkan Ibu kandungnya?"

"Itu-"

"Apakah dia disuruh Ayahnya?" Tanya Julia dengan tatapan curiga.

Pelayan pribadi Julia, Juni. Membungkukkan badan dan berbisik di telinga Julia. "Tuan muda tidak mengizinkan siapa pun tahu mengenai hal ini, dia menyuruh seorang pelayan muda datang dengan membawa kotak kosong."

Setiap hadiah yang datang, selalu dibuka dan dicek oleh Juni. Sehingga dia tahu isi kotak yang dibawa oleh pelayan muda Aether.

Julia mengangkat salah satu alis. "Kotak kosong, ya- siapa yang memberikan ide buruk ke putraku?"

Juni tidak menjawab dan hanya menegakkan tubuhnya.

Julia memperhatikan langit yang cerah lalu memutuskan tutup buku dan bangkit dari kursi. "Di mana anak itu? Aku tidak mungkin diam saja mendengar rengekannya, dia harus mendapatkan hukuman dariku."

***

Di ruang makan, Presiden, istri siri dan putra serta putri kesayangan mereka berdua, menunggu dengan gelisah- kedatangan Aether, di waktu bersamaan Aether bangun dan mempersiapkan diri setelah mengusir kepala pelayan dan kekasih satu malam.

"Kemana perginya Aether?" Tanya Presiden dengan kesal bercampur cemas, biar bagaimanapun dia darah dagingnya. "Biasanya di pagi hari dia mau datang, meskipun harus menyeret tubuhnya yang sakit."

Kepala pelayan yang baru tiba di ruang makan, segera berbisik di telinga Presiden.

Presiden terkejut lalu menoleh. "Benarkah? Kamu tidak bohon? Dia mulai kehilangan akal sehatnya?"

"Saya yakin sekali, Tuan muda tidak mengenali saya- bahkan sedari pagi marah dan menghukum pelayan yang membangunkannya." Kepala pelayan menjelaskan kepada Presiden.

Istri siri Presiden yang duduk di samping suaminya, bisa mendengar percakapan mereka berdua, dan langsung berkomentar. "Itu sudah biasa, dia memang memiliki kelakuan buruk yang tidak bisa diperbaiki. Hanya saja, kenapa dia sampai tidak mengenali kepala pelayan?"

Presiden mengerutkan kening. "Tidak perlu membuat asumsi yang tidak berguna, Aether pasti lupa karena terlalu sering banyak minum minuman keras."

Kedua anak presiden dan selingkuhannya tidak berani bersuara atau mengeluarkan komentar untuk sementara.

"Minum minuman keras terlalu banyak tidak baik untuk perkembangan otak manusia. Kenapa tidak dihentikan saja?" Tanya istri siri presiden sambil tersenyum lebar. "Dia pasti kewalahan dan sudah tidak sanggup lagi mengatasinya."

Presiden menggeleng. "Tidak, tidak perlu dibatasi, dia pasti akan melakukan hal nekat dan melakukan sembunyi-sembunyi. Jika dia minum secara terang-terangan, aku bisa mengatasinya jika dia membuat masalah."

Tidak ada yang berani membantah keputusan sang presiden.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status