Share

THE REBEL PRINCE

Aether si anak presiden, disebut sebagai The Rebel Prince atau Pangeran Bermasalah karena selalu membuat ulah akibat dimanjakan presiden. Tidak ada yang berani mengkritik tindakan presiden yang seluruh pekerjaannya dianggap sempurna. Namun, para pendukung presiden justru mengalihkan kebencian kepada Aether dan memuji Alvin yang merupakan anak haram presiden.

Sementara Aether si anak yatim piatu dan besar di masyarakat pecundang di kota belakang, disebut sebagai Pangeran Mafia. Entah kenapa dia disebut seperti itu, dan sejak kapan.

Kelihatannya memang lebih mahal dan bagus sebutan pangeran bermasalah daripada pangeran mafia. Batin Aether.

Julia memperhatikan Aether yang makan bubur dengan lahap. "Apakah kamu menyukai buburnya?"

"Ya?"

"Kamu tidak suka dengan bubur kan? Katanya makanan bubur itu aneh dan tidak bisa dimakan, kamu lebih suka makan daging mahal." Julia menatap cemas Aether. "Apakah ada masalah dengan pencernaan kamu?"

Sepertinya Aether harus pintar mencari alasan jika ditanyai, mana dia tahu kalau pemilik tubuhnya membenci bubur.

"Ada apa, Aether? Perlu Ibu ganti makanannya?"

Aether menggeleng cepat. "Tidak perlu, semalam aku mabuk dan sepertinya aku lebih suka makanan ringan seperti bubur daripada berat. Aneh jika di pagi hari makan daging."

Alvin, Aida, presiden dan istri sirinya memperhatikan sarapan mereka dengan steak daging sapi. Sarapan mewah dan bergizi bagi mereka berempat.

Aida tertawa canggung. "Ah, kakak Aether. Jika kakak ingin makan steak yang sama dengan kami, bisa kok. Seperti biasanya wagyu yang didatangkan langsung dari Jepang."

Kedua mata Aether berbinar. "Oh, benarkah?"

Aida mengangguk antusias lalu memberikan perintah ke kepala pelayan. "Tolong ambilkan steak untuk kakak aku."

Kepala pelayan yang berdiri di belakang presiden, mengangguk dan bergegas pergi menuju dapur.

Istri siri presiden, Danti. Bicara ke Aether dengan nada bahagia. "Aether, tadi Ayah kamu bertanya soal wanita yang sempat kamu bawa ke dalam kamar, semalam. Kamu belum menjawab pertanyaannya. Apakah dia kekasih kamu? Kenapa tidak menyapa kami terlebih dahulu? Aku senang jika ada teman untuk Aida, mengingat Alvin tidak pernah membawa kekasihnya ke rumah."

Alvin menegur ibunya. "Aku belum tertarik menjalin hubungan dengan wanita mana pun."

Danti tersenyum bangga.

Julia mengerutkan kening tidak suka ketika mendengar pertanyaan memojokkan Danti.

Aether menghabiskan bubur dan menjawab pertanyaan Danti. "Apakah aku harus memperkenalkan ke tante?"

"Oh, iya. Tentu saja, siapa tahu kami bisa menjadi teman," jawab Danti dengan riang.

"Untuk apa?"

"Ya?"

"Untuk apa aku mengenalkan dia ke tante?"

Danti menjawab dengan tatapan bingung ke Aether. "Tentu saja untuk berteman, tapi jika kamu tidak mau- tante juga tidak memaksa."

Aether tertawa mencemooh. "Oh, maksud tante- bicara ke semua orang kalau aku sudah meniduri wanita itu?"

Presiden tidak suka dengan pertanyaan Aether. "Aether, tolong jangan bicara kasar ke Danti."

"Memang kenyataannya seperti itu kan, Ayah? Tante Danti bisa menusuk Ibu dari belakang- berarti juga bisa menusuk aku." Aether mengerutkan kening dengan jijik ketika mangkuk berisi bubur sudah digantikan steak daging mahal oleh kepala pelayan.

Aether menoleh ke Julia yang makan buburnya dengan anggun dan tanpa suara. "Ibu-"

"Ya?"

"Aku tidak suka daging."

Julia menoleh ke Aether. "Hm?"

"Tadi aku kan sudah bilang ke Ibu, kalau aku suka makan bubur. Kenapa malah makananku diganti dengan daging?"

Aida menjadi panik, begitu mendengar pertanyaan kakaknya. "Kakak, kenapa bicara seperti itu? Tadi kan kakak setuju makan daging."

"Kapan?"

"Tadi."

"Oh, aku tidak mengatakan apa pun. Aku hanya bilang 'oh, benarkah?'"

Aida mengingatnya kembali. "Tapi-"

Aether melihat handphone yang sedari tadi dipegang oleh pelayan adik tirinya yang perempuan. "Apakah kamu sedang menyuruh pelayan untuk merekam aku?"

Pelayan Aida segera menyembunyikan handphone ke dalam saku apron.

Wah, Aether. Ternyata kamu bukan pangeran seperti yang dikatakan orang banyak. Batin Aether lalu bicara ke Julia. "Ibu, aku tidak tertarik sarapan lagi. Bisakah aku mendapatkan uang dari Ibu?"

Julia mengerutkan kening. "Bukankah Ayah kamu selalu memberikan uang?"

"Bukankah uang Ibu lebih banyak dari Ayah?"

Julia tersenyum kecil. "Untuk apa kamu gunakan itu, Sayang?"

Presiden marah, acara sarapan yang paling dia sukai menjadi kacau karena ulah anak sulungnya. "Aether, minta maaf ke Danti!"

Aether mengabaikan permintaan sang ayah dan merayu ibunya. "Ibu, aku juga membutuhkan transportasi dan pergi menemui teman."

"Teman?" Julia tidak terlalu suka dengan teman-teman Aether. "Untuk apa kamu bertemu dengan teman itu? Tidak perlu! Jauhi mereka!"

"Tidak bisa begitu, mereka sudah membantu aku dalam banyak hal. Aku harus membalas jasa."

"AETHER!" teriak presiden.

Aether berdiri dan melempar piring berisikan steak ke Alvin. Aida dan ibunya berteriak karena terkejut.

Pelayan di belakang berhasil menangkap piring steak yang panas, tapi tidak dengan daging dan kuahnya yang mengenai pakaian Alvin.

Kepala pelayan bergegas menolong Alvin.

"Kepala pelayan." Panggil Aether yang masih berdiri di tempatnya.

Kepala pelayan mengabaikan panggilan Aether, bantu membersihkan pakaiannya yang kotor dan panas. "Apakah anda baik-baik saja?"

"Ibu."

Julia tetap makan dengan tenang, tidak terpengaruh dengan tindakan Aether. "Ya, putraku?" Tanyanya sambil mengusap bibir dengan napkin.

"Apakah kita punya kepala pelayan yang bodoh?" Tanya Aether.

Julia menatap dingin kepala pelayan yang terdiam begitu mendengar pertanyaan Aether. "Oh."

Kepala pelayan balik badan dan menatap lurus Aether. "Tuan muda, kenapa anda melakukan itu ke tuan Alvin? Tuan Alvin tidak melakukan apa pun dan hanya diam saja."

"Kamu sekarang berani menegur aku?" Tanya Aether dengan santai, sambil menyisir rambutnya ke belakang. "Ah, kalau dipikir kembali- bukankah rumah ini milik klan Kailash?"

"Anda bicara apa, Tuan muda? Tentu saja ini rumah milik keluarga Kailash." Kepala pelayan menjadi khawatir dengan tindakan impulsif Aether.

"Lalu, kenapa kamu ada di sana?" Tanya Aether.

"Ya?"

Aether memiringkan kepalanya dan menunjuk kepala pelayan dengan santai. "Mereka yang duduk di sana, bukan pemilik asli rumah ini. Lalu kenapa kamu melayani mereka sepenuh hati? Mengabaikan Ibuku sedari tadi serta mengucilkan aku."

"Tuan muda- saya-"

Aether tersenyum masam dan memotong kalimat kepala pelayan. "Oh, apakah karena selama ini kami berdua diam dan tidak melakukan tindakan apa pun- membuat kalian semakin bertindak kurang ajar."

"Tuan muda, saya minta maaf jika menyinggung anda. Saya hanya khawa-" kepala pelayan terdiam ketika mendapat serangan berupa gelas kaca ke sampingnya. Gelas jatuh ke lantai dan hancur.

"Tidak perlu khawatir, karena aku tidak akan pernah melihat kamu lagi, Kepala pelayan. Kamu dipecat!"

Kepala pelayan meminta bantuan ke presiden. "Presiden?"

Aether bicara ke ayahnya. "Ayah, apakah Ayah ingin menyelamatkan kepala pelayan?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status