Share

KEMERDEKAAN UNTUK GIANDRA
KEMERDEKAAN UNTUK GIANDRA
Penulis: jangmi eileen

BAB 1 MENGENAL GIANDRA

Giandra…

Nama gadis cantik yang berprofesi sebagai apoteker ini menjalani aktifitas sehari- hari dengan melayani pasien yang membutuhkan konsultasi mengenai obat dan cara pengobatannya. Ia tidak pernah membeda-bedakan pasien dari latar belakang ekonomi pasien, ia layani dengan tulus dan ikhlas. Giandra bekerja sebagai apoteker di jalan alamanda kota Arang Raya. Di apotek “Waras” ini, Giandra memiliki dua sahabat sejak dibangku Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi yang selalu membantunya. Dua sahabat nya bernama Siwon dan Adzana. Siwon seorang pria blasteran Indonesia, Korea Selatan, dan, Amerika ini selalu setia menemani suka dan duka kehidupan Giandra. Dan sahabat perempuan yang bernama Adzana juga selalu disisi Giandra. Mereka bersahabat tanpa mempermasalahkan perbedaan agama. Siwon yang beragama Islam, Giandra yang beragama Katolik serta Adzana yang beragama Budha selalu kompak saling mendukung.

Giandra yang akrab disapa Dian ini adalah anak semata wayang politikus Partai Damai Indah serta keponakan Wakil Presiden. Giandra mempunyai dua apotek di kota Batik dan kota Muara Buaya namun ia hanya sebagai pemilik sarana apotek saja. Dirinya memilih bekerja di kota Arang Raya karena kota kelahiran ibunda nya yang telah lama meninggal karena sakit stroke dan dimakankan di kota yang sama sehingga Giandra bisa setiap saat ke makan ibunda apabila sedang merindukan nya.

“Dian..” Sapa Adzana saat mereka di parkiran.

“Apa na,”jawab Giandra.

“Makan dulu yuk sebelum ke kosan,” ajak Adzana.

“Mo, makan apa Na.”

“Beli tangsuyuk dan pajeon yuk. Warung masakan Korea di jalan Merdeka Tengah yang enak semua itu looh, ajak Siwon juga,” jawab Adzana dengan semangat.

“Oke..oke, Giandra telfon Siwon dulu ya,” balas Giandra mengambil handphone yang ada di dalam tas kemudian menelfon Siwon.

“Ndul… udah selesai kerja kan, makan yuk. Ketemuan di warung Korea yang ada di jalan Merdeka Tengah yaaaps,” kata Giandra.

“Duh.. monmaap Dian hari ini kan akhir bulan jadi aku harus lembur. Maklum lah kerjaan ku di bagian administrasi dan pemasaran produk farmasi mewajibkan lembur setiap akhir bulan. Biasalah rapat bulanan untuk merancang strategi menaikan penjualan bulan depan. Tiga bulan ini kan tim gue mengalami penurunan penjualan. Kalo sampe bulan depan masih belum pulih, ya udah alamat aku harus mengundurkan diri,” balas Siwon.

“OOO.. gitu ya ndul.. ya udah deh semangat kerja nyaaa yaaa nduul,”kata Giandra menyemangati.

“Eh,, gimana Dian?” tanya Adzana penasaran.

“Siwon kagak bisa Na, lembur kata doi,” balas Dian.

“Ya, udah deh. Kita berdua aja Dian,” jawab Adzana kecewa.

Kemudian Adzana dan Giandra mengendarai motor masing-masing menuju ke jalan Merdeka Tengah.

*** *** ***

Setelah menyelesaikan makanan, Giandra dan Adzana pulang dengan mengendarai motor masing-masing. Sesampainya di pintu gerbang kosan mereka, mereka melihat keramaian dari jarak 5 meter dari kosan. Giandra dan Adzana terkejut, semakin dekat mereka melaju semakin terlihat jelas garis kuning polisi bertuliskan “Garis Polisi. Dilarang Melintas”. Ada apakah situasi menakutkan di kosan Giandra dan Adzana?

Adzana inisiatif bertanya kepada Bu Amel, selaku pemilik kosan khusus perempuan.

“Bu Amel, kosan kita ada masalah apa bu?” tanya Adzana terheran-heran.

“Kosan kita ada yang meninggal dunia Na,” jawab Bu Amel cemas.

Kemudian dari pihak kepolisian menghampiri Bu Amel dan mengatakan bahwa kosan sebaiknya dikosongkan selama tiga hari guna penyelidikan pihak kepolisian forensik. Dan Bu Amel menyetujui saran polisi. Lalu Bu Amel mengirimkan pesan elektronik di aplikasi Hello dan mengabarkan bahwa tidak boleh ada yang masuk ke kosan Bu Amel karena kosan akan dilakukan penyelidikan. Setelah mengetahui pemberitahuan dari Bu Amel, Adzana dan Giandra memiliki ide yang sama yaitu menemui Siwon di kantornya.

Sesampainya di kantor Siwon, Adzana menghubungi Siwon dan mengatakan ingin bertemu dengan dirinya dan menunggunya di warung kopi klotok yang berada di sebrang kantor Siwon. Siwon, Adzana dan Giandra mulai berdiskusi.

“Kalian berdua ngapaian malam gini belum pulang kosan malah nyamperin aku kesini?” tanya Siwon terheran-heran.

“Kami enda bisa balik kosan. Dikosan ada insiden menggemparkan sekelurahan. Ada yang meninggal dunia dikosan kami,” sahut Adzana.

“Hhmmm.. gini Ndul.. Aku dan Adzana bisa nginep dikosan mu gak?” sambung Giandra.

“Eh, iya Won boleh donk Won.. Malam ini aku dan Dian cuman bisa ngandalin kamu,” kata Adzana menambahkan.

Setelah mendengar permasalahan dua sahabatnya, Siwon berfikir sejenak. Lalu mengambil handphone yang ada di saku celana kerjanya dan menghubungi pemilik kontrakan apakah di perbolehkan jika dua sahabat karibnya ini menginap di rumah beliau. Siwon menceritakan kronologi kejadian secara detail tanpa ada yang dikurangi maupun ditambahkan. Pemilik kontrakan tempat Siwon menyewa sudah mendengar peristiwa yang mengagetkan seluruh negeri. Akhirnya pemilik kontrakan menginzinkan Adzana dan Giandra menginap tiga malam di kontrakan beliau. Setelah berdiskusi cukup lama. Siwon, Adzana, dan Giandra pergi meninggalkan warung kopi klotok dan menuju kontrakan Siwon yang beralamat di Jalan Chocolate III no 55.

“Nah..ini kontrakan ku teman-teman. Emang gak seluas kamar kosan kalian, tapi ada empat kamar. Cukuplah untuk kalian nginep sementara selama tiga hari,” ucap Siwon.

Giandra dan Adzana duduk di ruang tamu. Sementara Siwon mengambilkan minum, cemilan, serta flashdisk untuk mereka dan membawa ke ruang tivi.

“Itu flashdisk buat apa ndul?” tanya Giandra keheranan.

“Ini, isinya film korea, film barat yang aku unduh di kantor. Kali aja kalian gak bisa tidur, aku kasih hiburan. Tayangan tivi jam segini gak ada yang bagus soalnya,” jawab Siwon.

‘’Kamar kita yang mana ya?” tanya Adzana memotong pembicaraan Siwon dan Adzana.

“Ada dua kamar di atas, dan satu kamar tuh samping kamar aku. Kalian atur sendiri aja siapa yang mau tidur di atas dan dikamar samping kamar aku,” kata Siwon menjelaskan.

“Aku tidur sekamar sama Dian aja ya Di. Kamu gak masalah kan ya, kalo kita tidur sekamar berdua. Aku gak terbiasa tidur sendiri dikamar yang kasurnya baru pertama kali kutiduri.” pinta Adzana. Giandra mengangguk tanda menyetujui usul Adzana kemudian mereka pun masuk ke kamar yang ditunjuk Siwon dan membawa minuman serta cemilan yang sudah disiapkan oleh Siwon. Siwon yang belum mengantuk menyalakan tivi dan melihat berita terkini hari ini. Bahwa kosan khusus perempuan yang bernama Kosan Mawar Sejati ada seorang penyewa kamar yang meninggal dunia di kamar tiga belas. Pihak kepolisian forensik belum meliris penyebab meninggalkan seorang gadis berusia tiga puluh tiga tahun yang menempati kamar tiga belas di kosan Mawar Sejati.

Siwon berbicara dalam hati dan melamun memikirkan kamar Giandra ada di kamar dua puluh lima sedangkan kamar Adzana ada di kamar nomer tiga puluh. Cukup jauh juga jarak kamar korban dengan kamar dua sahabatnya itu. Tapi bener juga pihak kepolisian untuk mengosongkan sementara semua kamar yang ada di kosan Mawar Sejati itu. Untuk mencegah para peyewa kamar mengaburkan barang bukti, mungkin saja salah satu diantara atau tamu di kosa itu yang jadi pelakunya.

*** *** ***

TIGA HARI KEMUDIAN PASKA INSIDEN KOS MAWAR SEJATI

“Di.. bagaimana kalo kita pindah kosan saja.”

“Pindah kemana Na. Aku udah nyaman disana. Ibu kos ramah, anak-anak kos juga kompak.”

“Ngontrak rumah aja gimana Di. Kayak Siwon gitu.”

“Entar aja deh Na. Aku pikir-pikir dulu ya Na.”

Kemudian Giandra kembali bekerja.

Situasi apotek hari Selasa memang sepi pembeli dari hari lainnya. Namun tak membuat apotek “Waras” tutup di hari Selasa. Sementara di kantor Siwon sedang diadakan rapat dan sidak oleh Executive Manager Marketing sebut saja nama beliau Pak Malik Adam Muhammad, seorang pria berusia 45 tahun yang sudah 25 tahun lamanya bekerja di PT Pharmaceutical Laboratories Center. Beliau sedang melihat laporan penjualan tim lima yang diketuai oleh Siwon Mahendra Yusuf. Terjadi penurunan prestasi selama tiga bulan berturut-turut. Siwon sebagai ketua diminta pertanggung jawab terhadap timnya dan meminta Siwon mengubah kegagalan nya menjadi prestasi jika tidak akan dikenakan saksi berupa membuat surat mengunduran diri. Tim lima yang diketuai oleh Siwon Mahendra Yusuf selalu berada di ranking satu setiap bulan dari tim penjualan namun kali ini sedang terpuruk. Oleh karea inilah Pak Malik Adam Muhammad masih memberikan kesempatan tim lima untuk memperbaikinya.

Di bandara internasional kota Arang Raya ada seorang pria ganteng mengenakan stel jas merk Giordano, menyeret koper besar berwana abu-abu. Berjalan menuju taxi bandara.

“Pak, kita ke jalan Chocolate tiga nomer lima puluh lima ya Pak. Rumah kontrakan teman saya.”

“Baik Pak, siap meluncur ke jalan Chocolate tiga nomer lima puluh lima.”

Selama dalam perjalanan, Desparto terheran-heran dengan pembangunan gedung tinggi yang ada di Kota Arang Raya. Sudah delapan tahun dirinya meninggalkan kota kelahirannya sekaligus kota kesayangannya. Banyak kenangan di kota ini termasuk kenangan cinta remaja nya. Yas, seorang gadis berambut ombak yang memiliki senyum manis. Gadis ini bernama Giandra Maharara Putri Koeswodjo. Walaupun tidak pernah berpacaran dengan Giandra, Desparto masih mencinta nya. Ada rasa ingin menikahi Giandra, apabila Giandra masih menolak untuk berpacaran dengan dirinya setelah delapan tahun berpisah.

Sesampainya di depan rumah kontrakan Siwon, Desparto menekan nomer sandi rumah kontrakan Siwon. Dan benar saja, kode sandi masih sama sejak delapan tahun lalu ia meninggalkan rumah kontrakan itu.

Sudah lebih dari sepuluh tahun, Siwon menempati rumah kontrakan di jalan Chocolate ini. Sejak mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama kelas satu, sejak itulah Desparto dan Siwon bersahabat. Desparto bersedia mengikuti Siwon bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi hingga mengambil Strata dua di bidang yang sama namun di Universitas yang berbeda. Desparto mengambil kuliah fakultas farmasi dari strata satu hingga strata dua di Universitas Seoul jalur beasiswa KGSP. Sedangkan Siwon mengambil kuliah Strata Satu fakultas farmasi di Universitas Gajah Mada. Setelah berada di dalam rumah kontrakan Siwon, Desparto membuka almari pendingin milik Siwon. Almari pendingin Siwon selalu terisi penuh. Mulai dari bahan masakan Indonesia, Western, Chinnese, Korean, Amerika semua ada di almari pendingin. Desparto memiliki hobi yang sama dengan Siwon yaitu futsalan dan memasak.

Hari itu, Desparto akan mulai masak perdana sejak kembali dari Seoul. Ia ingin membuat masakan Gimbab, Telur Gulung dan Sup Ayam Gingseng Korea tak lupa Desparto memasak beras. Desparto memasak untuk memberikan kejutan kepada Siwon tanpa mengabarinya bahwa dirinya sudah berada di rumah kontrakan Siwon. 

Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Terdengar seseorang sedang menekan tombol sandi rumah. Desparto pun bersembunyi untuk memberikan kejutan kepada Siwon. Siwon menyium bau tak biasa dari arah dapur. Bau tak biasa itu seperti bau masakan yang baru matang. Setelah masuk area ruang tamu, Siwon meletakan tas kerja di kursi ruang keluarga segera berlari kecil ke arah dapur. Dan benar saja, ada sesuatu di balik tudung saji miliknya.

Siwon tidak pernah meletak kan tudung saji di atas meja makan. Tudung saji selalu ia letakkan di atas alamari pendingin saat tidak ada makanan di atas meja makan. Betapa terkejutnya Siwon melihat semua sajian makanan di atas meja makanan yang merupakan makanan kesukaannya. Seketika Siwon nyletuk.

“Hei, Parto. Keluar di persembunyian mu. Aku tau ini ulah mu kan. Ayo kita makan malam bersama.”

Kemudian Desparto berlari dan memeluk Siwon dengan erat dan memberitahukannya bahwa ia merindukan nya. Desparto menyarankan Siwon mandi terlebih dahulu sebelum makan masakannya. Siwon pun menyetujui usulan Desparto. Siwon pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang lengket karena keringat. Dan Desparto menunggunya sambil bermain ponsel dan berselancar di situs lowongan pekerjaan khusus alumni kedokteran, perawat, analisis makanan, analisis obat, tenaga teknis kefarmasian serta apoteker.

DUA PULUH LIMA MENIT KEMUDIAN

Siwon keluar dari kamar dengan memakai celana boxer dan kaos bertulisan “I Love Mommy Forever”, dan sontak membuat Desparto tertawa terbahak-bahak. Siwon pun tidak memperdulikan tawa Desparto karena ia tahu bahwa Desparto hanya bercanda saja.

”Udah berhenti ketawa, ayo makan.”

“uhuk..uhuk..uhuk.. iya ya aku berhenti tertawa, ayo makan.”

Siwon dan Desparto mulai menikmati makan malam mereka. Setelah menyelesaikan makan malam mereka, Siwon menyalakan tivi dan melihat berita malam. Berita malam itu memberitakan bahwa ada seorang narapidana yang membunuh seorang anak laki-laki yang berusaha menolong ibunya dari perkosaan pelaku akhirnya meninggal dunia. Di temukan pil tidur dalam saku baju pelaku. Pelaku meninggal dalam keadaan tidur.

“Pelaku pasti gak kuat dibully sama senior yang satu penjara sama dia,” celetuk Desparto.

“Bentar..bentar.. jadi gosip yang beredar di masyarakat kalo narapidana perkosaan anak dan wanita bakal jadi bahan bullyan disana,” tanya Siwon penasaran.

“Ia lah Won, tetangga apartemen gue di Korea Selatan namanya Kang SiBook itu mantan napi. Beliau baru sebulan keluar dari penjara cerita ke gue, kalo dia melihat sendiri napi kasus pelecehan seksual, pedofilia bakal habis dibully bahkan banyok babak belur sama senior satu selnya dan kebetulan napi ini satu sel dengan beliau. Beliau cerita, masuk penjara atas kasus penggelapan dana perusahaan kosmetik dan di kambing hitamkan oleh direktur perusahaan. Saat itu terjadi sedang proses pemilihan si i o (CEO) perusahaan beliau bekerja. Kira-kira begitulah cerita lengkapnya.”

“Situasi semua penjara di semua negara, samakah?”

“Iya sama donk, Ndul...hahahahha,” balas Desparto sambil mengelus kepala Siwon yang plontos lalu masuk ke kamarnya dan pergi tidur.

DIKOS MAWAR SEJATI PUKUL SEBELAS MALAM.

Ada seseorang mengetuk pintu kamar Giandra dan terdengar suara lirih.

“Di, buka pintu kamar mu donk Di.”

“Suara Adzana tuh.” Giandra bangkit dari kasur dan berjalan menuju pintu kamarnya dan membuka kunci serta pintunya.

“Masuk Na.”

Adzana pun masuk ke dalam kamar Giandra dan duduk di sofa dekat tivi.

“Kamu jam segini ngapain belom tidur. Besok kamu masuk shift pagi lo. Kamu kan besok bertugas ngawasin anak-anak magang dari sekolah kita.”

“Aku tidur sini ya sama kamu mulai malam ini. Aku takut tidur sendirian sejak kejadian Mbak Mellasti meninggal.”

“Oalah.. ya udah, kamu pindah tidur sini di kamar aku ya. Besok bilang Bu Amel buat pindahan ke kamar ku. Biar kamar mu kosong dan bisa ditempatin penyewa baru, supaya Bu Amel gak rugi.”

“Ya Di, terima kasih.”

Giandra dan Adzana tidur bersama dalam satu selimut.

*** *** ***

“Selamat pagi adik-adik. Terima kasih sudah memilih apotek kami untuk tempat adik-adik belajar praktek bekerja. Perkenalkan nama saya Adzana bertugas sebagai apoteker pendamping disini. Apoteker utama hari ini jadwalnya libur jadi hari ini saya yang akan mendampingi adik-adik. Mari perkenalkan diri kalian dulu dan alasan memilih apotek ini sebagai tempat magang ya. Oh iya kalo mo manggil saya, panggilnya mbak ato kak saja ya. Saya belum menikah soalnya. Okeh, ”kata Adzana membuka acara hari pertama magang adik-adik dari SMK Kejuruan Farmasi Abdi Medika.

“Terima kasih untuk perkenalan nya kak Adzana. Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh,” kata Rey memperkenalkan diri.

“Waailaikum salam,” serentak Adzana dan teman-teman Rey membalas salam.

“Perkenalkan nama saya Reynaldi Abdi Putrasadewo. Sering dipangil Rey ato Aldi ato Dewo. Saya ketua tim di kelompok ini. Alasan memilih apotek ‘Waras’ karena kakak sepupu saya pernah magang disini. Kakak saya bilang disini dibimbing dengan santai, serius, dan begitu selesai magang bisa dilanjutkan bekerja disini.”

“Kakak sepupu mu namanya siapa Aldi?”

“Namanya Damas kak. Damas Ariestanto Putrasadewo.”

“Bentar, Damas orang magelang yang sekarang kerja di perusahaan kosmetik  yang ada di Bekasi itu bukan ya Di?” tanya Adzana penasaran.

“Iya kak, bener banget. Mas Damas kerja di Bekasi sekarang divisi quality control di perusahaan kosmetik.”

“Wow, sepupunya mengikuti jejak nya ternyata. Damas dulu teman seangkatan saya tapi gak pernah sekelas. Lalu motivasi mu mengikuti jejak beliau apa dek?”

“Iya kak, dulu waktu aku masih esdeh kelas tiga aku lihat mas Damas belajar untuk ujian. Belajar mata pelajaran farmakognosi kalo gak salah, aku jadi tertarik pingin mempelajari itu juga. Lalu pas masuk esempe mulai belajar tekun biar nilai dan kemampuan ku masuk syarat bisa sekolah di kejuruan farmasi, hehehe.”

“Haahahah… oke Aldi terima kasih untuk perkenalan diri mu. Yok giliran kedua siapa yang mau perkenalan diri silakan berdiri di samping saya.”

Lalu gadis yang memiliki lesung pipi memposisikan diri berdiri di samping Adzana.

“Selamat pagi kak Adzana dan teman-teman. Om swastiastu.. Perkenalkan nama saya Wayan Mahadewi Indarti. Saya murid pindahan dari Bali. Alasan memilih apotek ‘Waras’ karena disarankan sama bu guru pembimbing saya untuk mengambil tempat praktek disini. Saya belum menguasai daerah di Kota Arang Raya karena baru enam bulan tinggal disini.”

“Nama panggilanmu siapa dek Wayan?”

“Panggil saja saya Dede atau Dewi kak,” balas Wayan tersipu malu.

“Baik, dek Dewi. Saya boleh bertanya?”

“Boleh kak.”

“Dek Dewi pindah sekolah dari Bali ke sini kenapa dek?”

Seketika mata Wayan berkaca-kaca.

”Enam bulan yang lalu bapak saya dipindah tugaskan kesini kak tapi tiga bulan yang lalu bapak meninggal waktu menangkap pelaku balap liar. Bapak meninggal di tabrak temannya pelaku balap liar. Umurnya masih pada di bawah umur tapi kok mereka mudah gitu berbuat kriminal.” Air mata Wayan menetes ke pipi Wayan. Adzana reflek mengambilan tissue yang ada di meja dan memberikan ke Wayan lalu memeluk dan mengelus rambut rambut.

“Saya minta maaf dek, membuka luka mu lagi.”

“Iya kak. Gak apa-apa,” balas Wayan sambal mengelap air mata dipipi serta dibawah hidungnya dengan tissu.

“Dek Dewi terima kasih untuk perkenalannya. Ayo giliran siapa selanjutnya.”

Wayan kembali ke kursinya. Lisyana, Qeqe dan Oldi mendekati Wayan yang masih menangis sesegukan. Mereka mencoba menghibur Wayan.

Kemudian murid ketiga berdiri dan mulai memperkenalkan dirinya.

“Selamat siang teman-teman, perkenalkan saya Adinda Thomas Setyani Ratu Komala. Asal saya dari Kota Arang Raya. Alasan memilih apotek ini karena rumah saya dekat dari apotek ini. Hanya berjarak satu kilometer saja”

“Jadi dek Dinda pelanggan setia apotek ini donk,” tanya Adzana.

“Hehehe.. iya kak benar. Lebih suka beli obat dan vitamin di apotek ini daripada di apotek lain”

“Baik terima kasih dek Dinda. Selanjutnya siapa nih?”

“Hai teman-teman. Perkenalkan namaku Raden Roro Alisyana Djodjoadiningrat, nama panggilan aku Lisyana. Aku orang Yogya tepatnya di Kota Bantal Kembang yang sekolah di Kota Arang Raya. Alasan ku memilih apotek ‘Waras’ sebagai tempat magang karena ikutan Dinda biar ada temen nya gitu.. hahahaha.”

“Terima kasih dek Lisya. Selanjutnya yuk dipercepat dikit. ”

“Assalamu alaikum kak Adzana yang saya hormati dan kawan-kawan ku yang saya cintai. Namaku Muladi Putra Sanjaya. Biasa dipanggil Oldi. Memilih apotek ini karena dekat dengan rumah juga sama seperti Dinda.”

“Dek Dinda dan dek Oldi tidak kencan kan?”

“Enggak kak,” sahut Oldi dan Dinda kompak menjawab.

Ponsel Adzana berbunyi, telfon masuk dari Dian, sahabatnya. Adzana meminta izin untuk mengangkat ponsel kemudian keluar ruangan rapat.

“Iya Di. Kenapa di?”

“Na, minta daftar anak-anak magang donk. Mas Doni nyuruh aku buat bikin jadwal. Owner lagi keluar kota katanya survei lokasi mo buka cabang apotek di Kabupaten Arang Raya.”

“Oke Di. Catatan ada di meja aku. Ini masih perkenalan.”

“Ooo,, iya Na aku tunggu.” Telpon dimatikan oleh Giandra lalu Adzana kembali ke ruang rapat.

“Okeh adik-adik selanjutnya siapa nih?”

“Saya kak. Nama saya Qeqe Pusaka Ginoputra. Panggilannya Qeqe. Alasan aku memilih apotek ini karena aku tidak masuk persyaratan untuk magang di rumah sakit. Sekian dan terima kasih kak Adzana dan teman-teman.”

Peserta magang telah memperkenalkan diri semua. Adzana melihat jam dinding masih ada waktu sebelum jam makan siang. Adzana mengajak adik-adik magang untuk berkeliling apotek ‘Waras’ yang cukup luas. Yah, apotek ‘Waras’ memiliki luas tanah seratus delapan puluh meter dan bangunan dua ratus meter. Bangunan apotek ini ada dua lantai.

Lantai satu ada enam ruangan yaitu satu ruang pelayanan apotek, satu ruang peracikan atau persiapan, dua  ruang penyimpanan stok obat, satu ruang rapat, dan satu kamar mandi. Sedangkan lantai dua ada enam ruangan yang terdiri dari terdiri satu ruang dapur, satu ruang laundry, dua ruang tidur khusus untuk pegawai yang mendapat shift malam, dan satu ruang solat, satu ruang pegawai dan penyimpanan dokumen di ruangan inilah satu-satunya ruang ber-AC serta ruang ngadem para pegawai.

Di ruang pegawai hanya ada tiga meja dan kursi. Meja milik Adzana, meja milik Giandra, satu meja untuk administrasi apotek. Apotek ini juga terdapat halaman belakang yang artistik walaupun kecil. Hanya berukuran sepuluh meter saja.

Perkenalan ruang apotek selesai tepat jam makan siang, Adzana mempersilakan adik-adik untuk istirahat dan meminta mereka menikmati cemilan yang ada di meja makan panjang yang berada di ruang penyimpanan stok obat. Setiap hari Senin dan Jumat selalu disediakan cemilan untuk para pegawai apotek ‘Waras’ atas perintah pemilik apotek agar semangat dalam bekerja.

Sedangkan Adzana kembali ke ruang kerjanya untuk mengirimkan daftar nama adik-adik magang untuk dibuatkan jadwal magang mereka yang menyesuaikan jam buka apotek.

Apotek ‘Waras’ buka setiap hari mulai pukul enam pagi hingga sebelas malam. Dikarenakan tutup sangat malam, pemilik sengaja membuatkan ruang tidur untuk pegawai yang pulang malam dan meminta mereka tidak pulang tetapi menginap di apotek. Demi keselamatan mereka bisa pria ataupun wanita yang mendapatkan shift malam. Oleh karena itu pemilik apotek menyediakan dua kamar tidur terpisah. Setiap shift malam ada empat pegawai, dua pegawai wanita dan dua pegawai pria.

*** *** **

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status