Share

BAB 3 PRESIDEN

Di kantor kepresidenan tepatnya ruang kerja presiden sedang di adakan rapat. Penyusunan penetapan PPKM masal. Setelah di adakan rapat dan berdiskusi selama satu jam hasil keputusan akan di umumkan esok hari nya di media pertelevisian. Pak presiden meminta Pak wakil untuk teteap berada di ruangannya karena beliau ingin berdiskusi rahasia berdua. Semua staff yang berada di ruangan itu satu persatu keluar ruangan dan hanya ada pak presiden dan pak wakil yang berada disana.

“Tiga minggu lalu saya melihat berita. Ada seorang gadis  berusia tiga puluh tiga tahun meninggal di kosan. Coba jelaskan pada saya apakah gadis itu ada hubungan dengan saya pak wakil presiden?” tanya pak presiden kepada wakilnya dengan nada serius.

“Iya pak presiden. Anda benar. Gadis yang meninggal berusia tiga puluh tiga tahun itu anak dari kompetitor bapak yang dapat membahayakan karir presiden bapak. Menurut informasi dari informan kita mempunyai barang bukti yang dapat membahayakan kita pak.” jawab pak wakil kepada pak presiden dengan nada ketakutan.

“Anak musuh saya? Siapa dia?” tanya kembali pak presiden penasaran.

“Anak Pak Digto. Lima tahun lalu yang menjadi lawan anda di pencalonan presiden pertama bapak. Kami telah mengawasi Pak Digto dan keluarga nya untuk berjaga-jaga jika membahayakan kita. Kita harus menyingkirkan nya,” jawab pak wakil presiden menjelaskan.

“Kerja bagus,” kata pak presiden memberi pujian.

“Iya pak terima kasih,” balas pak wakil presiden.

“Hari ini karena mood saya sedang baik karena habis mendengar berita menyenangkan, saya mau traktir kamu dan semua staff malam di restoran masakan padang yang ada di sebrang kantor kita,” ajak pak presiden

“Baik Pak. Saya akan mengumumkan kepada semua staff jika malam ini bapak ingin makan malam bersama,” Pak wakil presiden menjawab dan izin meninggalkan ruangan.

Restoran masakan padang “Sayang Bundo” …

Pak Presiden, Pak Wakil Presiden beserta staff presiden lainnya makan malam bersama. Mereka menikmati sajian makanan yang di pesan Pak Presiden. Ada banyak lauk dan sayur di atas meja. Pak Presiden memilih meja lesehan untuk lebih mengakrabkan diri dengan semua staff nya.

“Selamat makan,” ucap seluruh staff yang ada di restoran masakan padang sayang bundo.

“Selamat menikmati makanan yang saya pesan,” ujar Pak Presiden.

“Baik pak,” jawab seluruh staff kepresidenan dengan kompak.

Tiga puluh menit lamanya Pak Presiden, Pak Wakil Presiden dan semua staff kepresidenan makan bersama di restoran masakan padang sayang bundo. Seluruh staff izin berpamitan namun di cegah oleh Pak Presiden. Pak Presiden mengatakan untuk menunggu sebentar karena pegawai restoran sedang membungkus makanan untuk di bawa pulang sebanyak sejumlah staff di kantor kepresidenan. Semua orang terkejut sekaligus berterima kasih untuk hari itu.

****** ***** *****

Pagi hari nya Pak Presiden dan Pak Wakil Presiden pergi ke stasiun televisi untuk mengumumkan level PPKM pandemic flu manuk yang terjadi di Indonesia. Pak Presiden memberikan pengumuman dengan santai namun serius. Kabar gembira untuk daerah yang level PPKM menurun tapi masih menjadi kabar menyedihkan untuk daerah yang level PPKM masih tinggi. Perlu perhatian ekstrak untuk level PPKM yang masih tinggi. Setelah menyelesaikan tugas untuk mengumumkan level PPKM berbagai daerah di Indonesia. Kemudian Pak Presiden lanjut kunjungan ke daerah untuk mengecek keadaan area berlevel PPKM yang tinggi.

“Hari ini kita ke daerah. Kita berikan perhatian untuk daerah yang masih berlevel tinggi. Siapkan bantuan langsung presiden untuk semua daerah yang akan kita kunjungi,” perintah Pak Presiden kepada Pak Wakil Presiden.

“Baik Pak, segera kami siapkan,” jawab Pak Wakil menyetujui perintah Pak Presiden.

“Jangan lupa bilang staff yang bertugas sebagai pendokumentasi untuk mengabadikan kunjungan kita serta untuk meninjau apakah daerah yang kita kunjungi ada perbedaan atau tidak atau malah memburuk,” perintah kembali kepada Pak Presiden.

“Baik Pak, saya mengerti,” balas Pak Wakil Presiden.

Pak Wakil Presiden keluar ruangan presiden dan memberitahukan kepada staff lain nya untuk menyiapkan pesan presiden sebelum berangkat kunjungan ke daerah. Setelah semua persiapan lengkap, Pak Presiden dan Pak Wakil Presiden berangkat ke daerah pertama yang akan dikunjungi. Kunjungan akan dilakukan selama dua minggu. Daerah pertama adalah desa yang berada di Kabupaten Mebel.

Rumah yang dikunjungi Pak Presiden dan Pak Wakil Presiden ialah rumah seorang nenek janda berusia tujuh puluh tahun bernama nenek Sri Sartiyem. Nenek Sri adalah nenek sebatang kara yang ditinggal meninggal anak dan suami nya kecelakaan pesawat dua tahun yang lalu. Sebelum pandemic flu manuk menyerang nenek masih kuat bekerja sebagai penjual gethuk lindri dan bubur mutiara, namun sejak pandemi penjualan nenek menurun drastis bahkan sepi pembeli. Pak Presiden berbincang-bincang dengan nenek Sri dengan dialeg bahasa jawa kromo inggil begitu pula dengan Pak Wakil Presiden. Setelah bincang-bincang di rasa cukup, Pak Presiden memberikan bantuan langsung presiden berupa kebutuhan bahan pokok, kebutuhan alat mandi serta di lunasi listrik selama tiga bulan.

Selain rumah nenek Sri. Pak Presiden dan tim presiden mengunjungi empat rumah selanjutnya. Sama halnya di rumah nenek Sri, berbincang-bincang untuk mengetahui keluhan selama pandemi juga memberikan bantuan langsung presiden dan dilunasi tagihan listrik selama tiga bulan. Di Kota dan Kabupaten Mebel ada sebanyak satu juta dua ratus ribu jiwa. Setiap kepala keluarga menerima bantuan langsung presiden dan pelunasan tagihan listrik selama tiga bulan adalah program presiden untuk membantu kesulitan keuangan penduduk desa di Kota dan Kabupaten Mebel. Saat program kunjungan dan penyerahan bantuan langsung presiden telah selesai di laksanakan. Pak Presiden beserta tim kembali ke hotel yang telah disewa semalam sebelum berkunjung ke desa berikutnya.

**** *** ***

Percakapan rahasia antara Pak Presiden dengan Wakilnya terjadi secara rahasia di kamar hotel Pak Presiden.

“Pak Abdi, bagaimana respon masyarakat dari program kunjungan pribadi yang kita lakukan?”

“Saya belum dapat laporan dari sekretaris Pak, segera saya akan meminta laporan kepada Aditya.”

“Kerja bagus Pak Abdi. Setelah masa jabatan saya sebagai presiden habis, saya pastikan calon presiden berikutnya adalah Pak Abdi. Sebagai balas jasa Pak Abdi bekerja dengan saya selama lima belas mengabdi kepada saya dan partai. Saya sedang tidak ingin menerima wawancara dari wartawan. Saya mau istirahat, pastikan tidak ada wartawan yang masuk ke hotel apalagi masuk ke kamar saya tanpa izin dari saya. Boleh Pak Abdi tinggalkan saya sendiri.”

“Baik Pak. Sendiko dawuh.”

Pak Wakil Presiden meninggalkan kamar Pak Presiden dan memberikan pesan ke pengawal presiden  bahwa Pak Presiden ingin istirahat dan tidak menerima wartawan untuk sesi wawancara. Kedua pengawal berpakaian seragam hijau lumut mengiyakan titah langsung dari Pak Presiden.

Kamar presidential suite di pilih Pak Presiden karena kamar ini sangat aman dari para wartawan dan selalu meminta staff hotel untuk mematikan cctv di kamar beliau. Karena di kamar seorang diri, Pak Presiden mengirim pesan kepada seorang gadis bernama Mawar (nama samaran di handphone beliau) meminta nya untuk video call.

“Hello baby. Apa kabar sayang. Mas rindu nih. Kapan kita bisa bertemu?

“Hai mas ganteng ku. Mawar sudah lama tidak mendengar suara mu. Oia mas, uang Mawar habis nih. Kirim wesel donk.”

“Bukannya seminggu lalu sudah mas kirimin uang sepuluh juta pakai kurir rahasia mas kan? Kamu gak nerima uang itu kah sayangku?”

“Uang nya habis.. hehehe. Uang dari mas minggu lalu udah Mawar belikan tas hermes dan baju Zara keluara terbaru. Temen-temen aku pada ngejek aku gak mampu beli keluarkan terbaru tas hermes dan baju zara mas. Aku marah lah lalu uang dari mas aku pakai, gak apa-apa kan mas?”

“Jangan terlalu boros sayang. Uang itu uang insentif mas bulan ini. Ya sudah minggu depan uang dari gaji mas bulan ini aku kirim untuk mu ya manis.”

“Beneran ya mas. Mawar tunggu, dah ya mas. Mawar ada kelas mau berangkat ke kampus. Ini Mawar masih di kos soalnya. Bye mas, ai lop yu.”

“Bai Mawar, lop yu tu.”

Mawar adalah seorang gadis berusia dua puluh tahun berprofesi sebagai mahasiswi di sebuah perguruan tinggi negeri adalah seorang sugar baby Pak Presiden selama setahun terakhir. Mawar adalah fans Pak Presiden, karena kepincut wajah cantik dan senyum manis nya Pak Presiden mengencaninya. Tidak ada yang tau bahwa Pak Presiden memiliki wanita muda sebagai wanita simpanannya termasuk istri dan anak-anak nya. Istri dan anak-anak beliau hanya tau bahwa suami dan ayahnya adalah ayah yang setia dan bertanggung jawab terhadap keluarga dan negara.

*** *** ***

Pak Wakil Presiden yang bernama Abdi Nugrahawijaya telah menyelesaikan kunjungan ke beberapa daerah selama beberapa hari. Pak Abdi kembali kerumah nya. Setiap selesai bertugas ke daerah hal pertama yang beliau lakukan ialah menemui istrinya. Untuk menanyakan pandangan masyarakat mengenai program yang baru yang di jalankan Pak Presiden. Pak Abdi menaiki tangga menuju kamar nya. Disana istrinya sedang menonton sinetron “Ikatan Mertua”.

“Mah, sudah lihat berita di tivi soal program bantuan lansung presiden dan pelunasan tagihan listrik selama tiga bulan di desa yang ada di Kabupaten Mebel?”

“Berita kalau papah sama bapak melaksanakan program kunjungan ke beberapa desa di Kabupaten Mebel beberapa hari yang lalu papah sama bapak kunjungan ke sana itu?”

“Iya mah. Ada pendapat apa dari para tetangga mah. Tadi siang bapak menanyakan hal itu ke papah. Papah belum sempet survei hasil lapangan jadi mau tau langsung dari mamah.”

“Waktu mamah tadi kegiatan yang di wakili mamah. Mamah sudah ngobrol sama masyarakat sekitar walaupun bukan masyarakat yang menerima langsung bantuan itu.”

“Terus mereka berpendapat apa mah?”

“Pendapat mereka sih, bantuan tunai presiden sangat membantu mereka yang kesulitan mencari nafkah saat pandemi ini. Apalagi di lunasi tagihan listrik selama tiga bulan. Banyak yang berpendapat hanya area yang terdampak pandemi flu manuk saja yang menerima bantuan tapi juga khusus masyarakat yang kesulitan mencari nafkah dan yang berpenghasilan sangat kurang dari upah minimum regional agar bantuan itu tidak diterima masyarakat yang memperoleh pendapatan lebih dari upah minimum regional. Kan papah tau sendiri, kondisi masyarakat di negeri ini sekarang seperti apa. Bantuan dari pusat sudah sesuai aturan Undang-Undang eh sampai ke masyarakatnya tidak sesuai. Papah gak boleh seperti itu ya pah.”

Mendengar ucapan istrinya Pak Abdi terkejut. Bahwa istrinya memperingatkan untuk tidak bertindak korupsi namun Pak Abdi telah bertindak lebih dari sekadar korupsi sejak menjadi ajudan Pak Presiden.

“Oh.. he eh mah,” balas Pak Abdi sambil nyengir  dan terkejut.

Pak Abdi berusaha mengalihkan pembicaraan ke hal yang lainnya.

“Mah, papah lapar nih. Ambilkan makan donk.”

“Papah lapar? Ayo turun, ayo kita makan berdua di meja makan.”

“Ambilin aja deh makanannya dan bawa ke kamar. Papah capek dan pengen makan di sini. Di hotel masakan nya gak seenak masakan mamah.”

“Oalah.. Iyaa mamah ambilkan makan dulu ya pah.”

“Papah mau mandi dulu mah. Badan papah sudah bau asem.”

“Iya iya pah,” ucap istri Pak Abdi kemudian berlalu pergi meninggalkan Pak Abdi di kamar sedangkan Pak Abdi mematikan televisi lalu bergegas masuk ke kamar mandi.

Menu masakan Bu Lily hari itu ada oseng kikil, sayur capcay goreng, cumi asem manis, kerupuk udang serta perkedel tempe. Makanan kesukaan suaminya sengaja di buatkan setiap kali suaminya pergi keluar kota untuk kunjungan daerah. Menu hari itu di siapkan agar nafsu makan suami nya kembali normal.

Membawa makanan serta minuman yang telah beliau siapkan dengan dibantu asisten Bu Lily menaiki anak tangga menuju kamar beliau. Kemudian asisten Bu Lily meletakkan makanan tersebut di atas meja. Asisten Bu Lily pergi meninggalkan kamar Bu Lily dan kembali ke kamarnya.

Suara orang mandi masih terdengar. Bu Lily kembali menyalakan televisi yang sempat di matikan oleh suami nya. Panggilan masuk dari kontak “Putraku ganteng” mengagetkan Bu Lily yang sedang fokus menyaksikan drama “Ikatan Mertua” di tengoknya handphone suaminya dan telfon masuk ternyata dari putra bungsu kesayangan nya yang sedang berkuliah program profesi dokter hewan di Austalia. Andrei Abqary Nugrawijaya Putro, adalah nama anak bungsu Pak Abdi dan Bu Lily.

“Assalamu’alaikum Pah,” ucap Andrei kepada ayahnya.

“Wa’alaikum salam nak,” balas Bu Lily mengejutkan Andrei di telefon.

“Loh, mamah. Hahaha.. papah mana mah, Andrei mau bicara sama papah.”

“Papah lagi mandi nak. Ada perlu apa sama papah nanti mamah sampaikan.”

“Oooh ya sudah kalo begitu, begini mah bulan depan Andrei harus bayar uang praktikum dan uang ujian kuliah Andrei mah. Andrei minta tolong di transfer ya mah. Terima kasih mamah Andrei sayang.”

“Nanti mamah yang transferin. Mulai bulan ini uang operasional rumah tangga mamah yang ngatur karena pekerjaan papah semakin ruwet katanya. Mau ngurangi beban ngatur kebutuhan rumah tangga.”

“Oh mamah yang ngirim ya. Okeh mah, makasih ya mah. Mah udahan dulu ya telfon nya. Bus Andrei udah datang nih. Assalamu’alaikum,” kata Andrei mengakhiri percakapan dengan mamah nya dan tak lupa mengucapkan salam.

“Wa’alaikum salam nak,” kata Bu Lily membalas salam anaknya.

 Mendengar suara percakapan seseorang di telfon membuat Pak Abdi yang baru saja selesai mandi penasaran dan bertanya kepada istrinya.

“Tadi suara orang bicara telfon dari tivi atau mamah yang telfon ya. Papah di kamar mandi pas keramas denger tapi suaranya samar-sama ”

“Mamah pah yang bicara di telfon sama jagoan kita, Andrei.”

“Jagoan kita Andrei nelfon ada apa mah. Uang sakunya habis?”

“Bukan pah. Andrei nelfon memberi informasi minta uang buat bayar praktikum untuk bulan depan.”

“Oh begitu. Kalau Andrei minta uang saku tambahan jangan di kasih. Uang saku Andrei udah papah itung cukup untuk setahun hidup di Australia. Andrei kan gak perlu bayar sewa apartemen karena apartemen udah papah beli tahun lalu.”

“Kalau dia kekurangan uang buat makan gimana? Kalau uang untuk hidup habis untuk print dan fotokopi?”

“Mamah cantik, Andrei di apartemen nya juga sudah papah lengkapi fasilitas printer, laptop, dan mesin pembuatan kopi. Yang gak ada hanya mesin fotokopi. Sengaja papah sediakan mesin pembuat kopi juga biar dia gak ada alasan bikin tugas di coffeeshop,” kata Pak Abdi menjelaskan sambil memegang kedua pipi istrinya dengan romantis.

“Hem.. Iya deh iya yang sayang banget sama Andrei. Tuh makanan papah ada di meja buruan gih dihabiskan keburu dingin nanti gak enak.”

“Papah makan dulu ya, mamah lanjutin nonton drama kesayangan mamah lagi sana.”

“hahahaha..”

{Flashback enam belas tahun yang lalu]

Pak Abdi adalah adik sepupu dari ayah Giandra. Ayah Giandra yang berprofesi sebagai pengusaha banting stir menjadi politikus. Sedangkan Pak Abdi yang lebih lama terjun di politik perjalanan karir nya tidak semulus dan selancar ayah Giandra.

Ayah Giandra yang baru bergabung selama setahun di politik sudah menjabat sebagai anggota dewan perwakilan daerah. Sedangkan Pak Abdi yang hanya sebagai anggota partai yang ingin maju sebagai walikota selalu gagal.

Pak Abdi meminta bantuan ayah Giandra untuk memuluskan jalan Pak Abdi dan ayah Giandra bersedia membantunya. Namun dalam perjalanan karir keduanya, Pak Abdi mengkhianati ayah Giandra.

Sejak ayah dan ibu Giandra meninggal, Giandra di kirim sekolah ke luar negeri agar tidak menganggu karir Pak Abdi serta istrinya menolak merawat Giandra ketika Giandra berusia empat belas tahun.

Giandra di kirim ke Australia dan bersekolah di sana lulus sekolah menengah pertama. Alasan Pak Abdi memindahkan sekolah di Australia kepada Giandra agar kesedihan Giandra hilang dan tidak ingat kepada ayah dan ibu yang telah meninggalkannya. Namun ketika Giandra kelas dua SMA usia Giandra tujuh belas tahun waktu itu, Giandra meminta kembali pulang saat liburan musim dingin.

Selama seminggu Giandra menginap di rumah keluarga Pak Abdi tapi keluarga Pak Abdi tidak menyukai kehadiran Giandra di rumah itu dan Giandra merasakan bahwa kedatangan nya tidak di inginkan akhirnya Giandra memilih meninggalkan rumah keluarga Pak Abdi.

Giandra sudah diminta om nya untuk kembali ke Australia namun Giandra menolak karena Giandra kesepian disana. Dikarenakan pindah sekolah SMA dari luar negeri untuk bersekolah di Indonesia, Giandra harus mengulang dari semester pertama. Kurikulum yang sangat berbeda inilah yang membuat Giandra harus bersekolah mulai kelas sepuluh kembali. Dipilihkan sekolah menengah kejuruan farmasi sebagai sekolah lanjutan Giandra.

Mulai dari peristiwa inilah Giandra memutuskan untuk memilih putus komunikasi dengan keluarga omnya. Berbekal uang warisan dan uang pemberian omnya selama hidup di Australia yang disimpannya dengan baik, Giandra memulai kehidupan baru Giandra.

Di sekolah inilah, Giandra bertemu dengan Adzana. Mereka mulai berteman semakin lama Giandra mulai merasakan kenyamanan dengan Adzana akhirnya mereka bersahabat. Ketika duduk di bangku kelas sebelas, Giandra mulai mengenal Siwon yang sekelas dengannya di kelas sebelas.

Giandra, Adzana, Siwon serta Desparto memulai jalinan persahabatan mereka dari sini. Persahabatan inilah yang membuat Desparto jatuh cinta dengan Giandra mulai mendekati Giandra tapi di tolak oleh Giandra. Giandra memilih fokus sekolah dahulu dan Desparto memaklumi. Jalinan persahabatan mereka sampai usia mereka dua puluh delapan tahun dan usia Giandra tiga puluh tahun.

Semua perjalanan hidup Giandra selalu Giandra rekam dalam sebuah buku yang bernama buku diary. Ibu Giandra lah yang mengajarkan kepada Giandra untuk tidak mudah percaya dengan orang lain saat kamu ingin curhat ke manusia melainkan menuliskan dalam buku diary tersebut serta mengadu pada Tuhan. Itu sudah cukup untuk membuat Giandra kuat menghadapi sepahit apapun perjalanan hidup Giandra. Dan itu selalu dilakukan oleh Giandra hingga Giandra dewasa.

*** *** ***

[Flashback kelulusan Giandra, Adzana, Siwon dan Desparto]

“Teman-teman, sepulang upacara pelepasan kelulusan kita. Ibu aku ingin merayakannya bersama kalian juga. Kalian pada bisa gak,” tanya Adzana melalui pesan grup di aplikasi BearTalk.

“Kalau besok gimana Na. sore ini aku ada pengajian syukuran di rumah. Sudah manggil ustad untuk datang. Gak enak masak cancel Pak Ustad,” Siwon membalas permintaan Adzana.

“Yang lain gimana, bisanya kapan nih. Ditanyain ibuk soal nya,” tanya Adzana kembali.

“Oke. Besok aja ya Na, Won,” balas Giandra.

“Skuy, besok aku datang,” balas Desparto nimbrung obrolan.

“Oke, besok ketemu di Café favorit aku yang ada di jalan Merdeka Tengah itu loo teman-teman. Jam empat sore. Terus jam setengah tujuh kita berempat nonton bioskop. Ibu aku yang traktir semua. HARUS DATANG!!!!”

Giandra, Siwon, dan Desparto membalas dengan mengirim kan stiker gambar Adzana sedang menyanyi tanda menyetujui undangan dari ibu Adzana. Sontak Adzana tertawa terbahak-bahak.

Di Café untuk merayakan kelulusan Adzana dan sahabat-sahabat nya…

“Hei duduk sini teman,” sapa Adzana kepada Siwon dan Desparto yang baru saja datang.

“Dian mana Na?” Siwon bertanya.

“Masih beli bensin di dekat café sini kok. Tunggu lima menit lagi sampe,” balas Adzana menjawab pertanyaan Siwon.

“Ibu kamu mana Na?” tanya Desparto penasaran.

“Itu, lagi ngobrol sama mba waiters. Lagi mesenin kita makanan Des,” ucap Adzana menunjukkan posisi ibunya. Dua menit kemudian ibu Adzana menghampiri mereka.

“Hello.. sahabat-sahabatnya anak tante. Selamat ya kalian sudah lulus es em a,” ucap ibu Adzana.

“Terima kasih tante,” balas Siwon dan Despato dengan kompak.

Adzana meninggalkan meja untuk menemui Giandra di parkiran motor.

“Katanya berempat sayang, satu lagi siapa?” Ibu Adzana kembali bertanya.

“Giandra tante. Yang biasa kita manggil nya Dian. Kata Adzana lima menit lagi sampe,” Desparto menjawab pertanyaan Ibu Adzana.

Lima menit kemudian Adzana dan Giandra masuk ke café dan menghampiri meja nomer tiga belas. Meja yang dekat dengan kolam ikan koi. Tidak lama setelah kedatangan Giandra, makanan yang di pesan oleh ibu Giandra datang.

Mereka berempat menikmati semua masakan yang disajikan di depan mereka. Ibu Adzana pamit meninggalkan mereka terlebih dahulu karena jadwal praktek di rumah sakit memanggil ibu Adzana untuk bergegas berangkat ke rumah sakit.

“Ibu kamu kerja dimana sih Na?” Desparto bertanya sambil mengunyah makanan.

“Makanan nya di telan dulu baru bicara Des,” sambung Siwon.

“Dokter gigi di rumah sakit ‘Harapan Kita’.”

“Oooh gitu. Kalau bapak kamu kerja jadi dokter juga ya?”

“Heem.. ayah aku kerja jadi dokter bedah di rumah sakit ‘Abdi Medica’.

“La kamu kenapa gak sekolah di es em a aja Na. Supaya bisa mengikuti jejak kedua orang tua mu,” tanya Siwon.

“Ibuku tidak menyetujui. Pelajaran ilmu kedokteran bisa bikin aku stress. Aku orangnya mudah stress soalnya. Kalau stress aku mudah sakit.”

Setelah menghabiskan makanan mereka. Giandra, Siwon, Adzana dan Desparto meninggalkan café. Mereka beriringan mengendarai motor menuju bioskop. Giandra membonceng Siwon sedangkan Adzana membonceng Desparto. Mereka menonton bioskop yang berjudul ‘Dream High’. Film yang di release bersamaan dengan kelulusan anak-anak sekolah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status