Terkenal karena kecantikannya. Nami, wanita yang berprofesi sebagai Geisha ini menyewa Jhon, yang seorang preman kampung menjadi pacar kontraknya untuk menghindari para pria hidung belang yang mendekatinya. Perlakuan manis yang diberikan oleh Jhon kepada Nami, walau itu tidak disadari oleh Jhon itu sendiri membuat perasaan cinta timbul tanpa di duga. Akankah keduanya melanjutkan hubungan setelah kontrak perjanjian usai? Sedangkan Lina, wanita pilihan orang tua Jhon datang menghampiri Jhon.
View MoreMalam ini tampak lebih ramai dan riuh dari hari biasanya. Setelah satu minggu tak terlihat, akhirnya sang diva Geisha hadir kembali di atas panggung klub malam 'Zoi'.
Perempuan bertubuh mungil, wajah cantik khas wanita asia tersebut terlihat tersenyum manis mengenakan pakaian khas negeri asal geisha tercipta.Banyak mata-mata menatap lekat pada Nami. Walau merasa risih, Nami berusaha bersikap profesional menghadapi tatapan mata yang seolah menelanjangi tubuhnya. Ini adalah salah satu resiko dari profesi yang mau tak mau ia terima. Setelah selesai acara, Nami segera turun dari panggungnya dan berjalan menuju ruang ganti yang dipersiapkan khusus untuk idola para tamu yang kebanyakan adalah tamu kelas atas.Sepanjang jalan ia berjalan menuju ruang gantinya, Nami mendapat sapaan hangat dan senyuman ramah, pertanda semua orang di tempat ia bekerja pun sangat menyukai dirinya.Namun begitu, tak menampik ada saja segelintir orang yang iri dengan apa yang ia miliki. Set panggung gemerlap sesuai apa yang Nami mau, ruang ganti khusus, gaji yang lebih tinggi."Namiiiii..."Sebuah teriakan membuat Nami menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke sumber suara seseorang memanggil namanya.Seorang pria bertubuh gemulai berjalan cepat ke arah Nami sambil menenteng sepatu hak tingginya."Nami... Ya amploopp... Yei apa kabar? Sakit apa yei sampe terkapar di rumah sakit? sory ya Nek, Akika nggak jenguk yei kemarin. Biasalah, gadun Akika tuh lagi manja."Nunu, alias Narto mengoceh sambil mencium kedua pipi Nami.Di klub Zoi ini, Nami hanya mempunyai satu sahabat yang amat ia percayai, ialah Nunu, pria gemulai yang selalu berdandan bak wanita cantik dan seksi.Nami sangat seneng mendengar sang sahabat terlihat khawatir kepadanya, ia dengan tulus menyunggingkan senyum manis untuk Nunu. "Aku keracunan Nu!""Haaah? Serius? Yei di racun siapa saaaiii? Muke gile itu orang ya! awas kalau Akika tau tu orang yang ngeracun yei, huh! Langsung mati itu orang Akika pites!" oceh Nunu tak henti.Mendengar ocehan Nunu, Nami hanya tersenyum gemas melihat tingkah Nunu yang lucu. "Udah nggak apa-apa. Yang penting Aku udah sehat lagi."Nunu lalu merangkul lengan Nami lalu keduanya berjalan menuju ruang ganti Nami, "eh, tau nggak si yei. Kemarin itu ada pelanggan yang nanyain yei! Gelagatnya si aneh, makanya Akika bilang yei lagi pulkam. Jangan sampai yei ketemu itu orang aneh." Oceh Nunu tak ada habisnya.Nami hanya mendengarkan semua ocehan Nunu sambil lalu. Ia sebenarnya tahu siapa yang Nunu temui. Seorang pengusaha kaya yang beberapa bulan ini mengejarnya, meminta Nami untuk berhenti menjadi geisha dan menjadi istrinya.Sampai di depan ruang ganti Nami, Nunu memutuskan untuk berpamitan pada Nami. "Akika pulang dulu ya, Nek. Udah ditungguin sama gadun akika. Hehehe..." ucap Nunu sambil mencium kedua pipi Nami."Iya! kamu hati-hati di jalan ya..." Nami melambaikan tangannya kepada Nunu yang mulai berjalan menjauh darinya.Nami membuka pintu ruangannya, cahaya terang mulai menyilaukan mata karena sebelumnya hanya cahaya remang-remang yang Nami lihat. Ia lalu berjalan menuju meja riasnya. Tangannya mengambil sebuah botol pembersih wajah lalu dengan perlahan ia menghapus make up tebal yang Nami kenakan.Sejenak ia menghentikan gerak tangannya. Menghela nafas panjang lalu menghembuskannya. Ia tampak bingung harus berbuat apa untuk menghindari orang tersebut agar tidak lagi mengganggunya. Tak menemukan cara, Nami memutuskan untuk melanjutkan kegiatannya lalu secepatnya pulang ke rumah.Selesai menghapus make up, Nami mengganti pakaiannya. Menyambar tas Selempang berwarna hitam yang tergeletak di atas meja rias lalu keluar dari ruangannya.Di luar klub, beberapa penari dan wanita penghibur menyapa Nami, tapi Nami hanya membalasnya dengan tersenyum manis, tidak berminat untuk membalas ucapan mereka yang sok bersimpati kepadanya.Karena Nami tahu, mereka yang berpura-pura baik di hadapannya, selalu menggunjing dirinya dibelakang. Di kejauhan , Nami melihat pria yang selama ini mengganggunya telah menunggu Nami di ujung gang yang terlihat sepi.Detak jantung Nami semakin cepat, ia takut jika akhirnya pria itu berbuat nekat karena saat ini area depan klub sudah terlihat sepi, semua pengunjung telah masuk ke dalam klub, hanya dua orang penjaga pintu masuk klub saja yang terlihat.'Bagaimana ini? aku tidak bisa pulang jika dia masih berdiri di sana!' teriak batin Nami.Tubuh Nami mulai oleng, kepalanya terasa pusing karena sejak siang hari ia tidak sempat makan, hanya air putih beberapa teguk saja yang ia minum. Sejenak Nami memutuskan untuk duduk di sisis tangga dekat pot bunga yang sengaja di susun rapi sehingga terlihat seperti taman mini.Salah seorang petugas yang melihat Nami duduk di sana, berjalan mendekat dan menyapanya. "Nona, kenapa duduk di sini? sedang menunggu jemputan ya?"Nami menoleh ke samping, ia mengenal pria bertubuh kekar yang menyapanya. Tetapi, Nami tidak mau menceritakan kegundahan di hatinya.Maka, ia merubah mimik wajahnya yang murung menjadi tersenyum Manis."Iya, Pak. Lagi nunggu orang, katanya mau jemput aku." ucap Nami seadanya."Ohh... Begitu... Kalau butuh apa-apa, bilang aja sama bapak ya Non?" tawar pria kekar tersebut."Iya, Pak. Terima kasih."Pria kekar tersebut kembali berdiri di tempat ia berjaga, tidak mungkin ia meninggalkan tempatnya lama-lama. Setelah kepergian pria kekar tersebut, Nami kembali di landa rasa cemas. Kepada siapa ia harus meminta tolong.Setelah sekian lama menunggu, Tak kunjung datang seseorang yang sekiranya dapat menolong dirinya, sedangkan pria penguntit Nami itu masih betah berdiri di tempatnya.Pada akhirnya, karena rasa lapar yang tak tertahan lagi, Nami memutuskan untuk beranjak dari tempatnya lalu berjalan menuju rumahnya, yang tentu saja melewati tempat dimana pria tersebut berdiri menanti Nami datang.Sengaja Nami memperlambat jalannya sambil memainkan ponselnya, berharap pria tersebut tidak mengganggunya. Walaupun ia mengganggunya, Nami akan berpura-pura tidak mendengar dan mempercepat langkahnya agar segera terhindar dari pria aneh tersebut.Nami akhirnya berhasil melewati pria tersebut sambil mengoceh seolah ia sedang menunggu jemputan yang tak kunjung datang sehingga ia memutuskan untuk pulang lebih dulu. Beberapa kali pria tersebut memanggil Nama Nami, tapi Nami berusaha cuek dan mempercepat langkahnya.Tak terima diabaikan, pria tersebut nekat mencekal lengan Nami, membuat ponsel yang Nami Pegang terjatuh ke tanah. "Dasar wanita jalang! kau berani mengabaikan aku?" hardik pria bertubuh tambun tersebut.Nami yang terkejut hanya dapat menatap hampa ponselnya yang terjatuh dan rusak. Ia berusaha berontak dan melepaskan tangannya dari cengkraman pria tambun itu , tapi karena tenaga Nami yang semakin melemah membuat ia tak bertenaga.Pria itu lalu mencengkram rahang Nami. Menatap tajam pada manik coklat muda milik Nami."Kau... Harus...""Sayaang! sebelah sini!"Pekik Nami tiba-tiba membuat pria tambun itu mengendurkan cengkeramannya di rahang Nami dan menoleh ke arah tempat Nami melambaikan tangannya.Nyali pria tambun tersebut ciut seketika melihat tubuh tinggi besar serta banyak tatto menghiasi tubuh pria itu.telah menutup teleponnya, Novi lalu berjalan ke arah Anto dan Ahmad. Melupakan rasa malu karena meminta tolong pada orang asing yang belum tentu dapat dipercaya, tapi berdasarkan cerita Ratu dan Raja, Anto adalah orang baik, mungkin Novi akan mencoba mempercayainya."Permisi?" Novi membungkukkan sedikit tubuhnya, setelah Anto dan Ahmad menoleh, ia kembali menegakkan posisi tubuhnya. Ahmad sedikit salah tingkah melihat Novi ada dihadapannya."Boleh minta tolong?" tanya Novi lagi."Minta tolong apa, Tante?" tanya Anto.Novi cemberut. mengumpat dalam hati, apa pemuda itu lupa? jika Novi pernah marah saat ia dipanggil dengan sebutan tante? ingin sekali Novi mencak-mencak. Tapi kali ini, Novi membutuhkan bantuan Anto. Dengan sedikit gengsi dan sedikit malu-malu, Novi akhirnya memendam rasa kesalnya kepada Anto."Aku minta tolong, temani Raja menonton film. Aku ada pekerjaan dadakan, tidak mungkin dibatalkan. Kamu bisa kan bantu saya?" tanya Novi."Oh, begitu?" Anto menatap Raja yang tenga
Jhonatan telah sampai di depan kos Nami. Ia membawa Nami dengan mengikat tubuh Nami dengan sebuah kain panjang yang ia temukan saat hendak membawa Nami pergi dari gudang kosong tempat Nami disekap. Walau selama perjalanan menuju tempat kos, Nami selalu berusaha berontak dan mengeluh panas tubuhnya semakin tak tertahankan, tapi Jhonatan pada akhirnya mampu membawa Nami selamat sampai tempat kosnya. Tanpa membuka ikatan kain yang membuat tubuh Nami dan Jhonatan tak berjarak, Jhonatan menggendong Nami di punggungnya. Kali ini, Nami berhasil melepaskan ikatan pada kedua tangannya. "Jhon... Lepaskan akuu... Aku bisa berjalan sendiri!" desah Nami."Aku nggak akan lepasin kamu! Diamlah, jangan berulah! nanti semua orang datang lalu menuduhku berbuat tak senonoh padamu!" Hardik Jhonatan tak tahan dengan racauan Nami. Tanpa kesulitan Jhonatan berhasil mendobrak pintu kamar kos Nami dengan satu kaki. Jhonatan lalu menyeret Nami masuk ke dalam kos lalu mengunci kos tersebut, barulah Jhonatan
"Apa yang kalian berikan kepadaku?" teriak Nami histeris. Tubuhnya mulai merasa panas dan berkeringat, ada sesuatu yang mendesak dari dalam tubuhnya yang belum pernah ia rasakan sebesar ini sebelumnya. "Sebentar lagi bos besar datang, jadi... Saat ia sampai, kau pun telah siap untuk melayaninya. Hahaha..." ucap pria tersebut lalu tergelak riang. Keduanya pun meninggalkan Nami seorang diri kembali. Sedangkan Nami sudah mulai gelisah dengan apa yang ia rasa di tubuhnya. Tak lama, suara deru mobil terdengar mendekat lalu suara mesin mati. Mobil terparkir tepat di depan bangunan yang sudah tidak terawat lagi. Pintu terbuka, seorang pria paruh baya keluar dari dalam mobil dengan menggunakan kemeja putih di padu dengan celana bahan berwarna hitam. Sepatu pantofel hitam mengkilat tampak pas di kakinya. "Boss!" ucap pria berambut panjang sedikit berlari, mendekat ke arah pria paruh baya tersebut, menyambut kedatangannya. Di susul oleh teman yang menemaninya berjaga malam ini. "Selamat d
Jhonatan langsung berbalik, tinju yang ia layangkan cepat bergerak menuju ulu hati Hendrik yang terbuka, namun Kali ini, Hendrik tidak diam saja. Gerakannya dapat menahan tinju yang Jhonatan layangkan untuknya. Senyum kemenangan terlihat jelas di wajah Hendrik.Perlahan tapi pasti, Hendrik meremas kepalan tangan Jhonatan hingga Jonatan meringis kesakitan. "Jangan kau bertindak bagai pahlawan kesiangan! Nami itu milikku sejak awal. Jadi jangan kau bertingkah seolah-olah dia adalah milikmu!" bisik Hendrik di telinga Jhonatan. "Aku tahu kalian hanyalah sebatas kerbau dan buruk jalak! Jadi tetaplah seperti itu!" imbuh Hendrik. "Pergilah! Kau tidak akan mendapatkan apapun di sini!" ucap Hendrik lalu melepaskan cengkeramannya. Tanpa sepatah kata pun, Jhonatan meninggalkan ibu dan rumah besar tersebut. Elis, sang ibu hendak menghentikan Jhonatan, namun di cegah oleh Hendrik. "Biarkan saja dia, Sayang. Anak yang sedang jatuh cinta memang sering kali kehilangan kesabaran dan akal sehatny
Jhonatan sampai di sebuah rumah yang cukup besar. Halaman yang luas dengan hiasan air mancur di bagian tengah halaman dengan lampu yang menyala terang menghiasi halaman yang ditata apik. Tidak lagi mengetuk. Jhonatan langsung mendobrak pintu rumah yang tinggi menjulang berbahan kayu jati dengan detail ukiran yang bagus. Langkahnya terdengar berat karena hentakan kaki yang penuh amarah melangkah masuk ke dalam rumah. Raut penuh amarah nampak jelas di wajah Jhonatan. Tangannya meraih sebuah guci kecil yang terletak di atas meja hias tempat dimana banyak hiasan dari keramik dengan berbagai bentuk tertata rapi. "Hendrik! Keluar kau bangsat!" Teriak Jhonatan. Tangannya melempar guci yang ia pegang ke sembarang arah. "Gua tau kalau Lo ada di rumah! Keluar bangsat!" Suara Jhonatan yang menggema di dalam rumah berlantai dua tersebut. Mendengar keributan, seorang wanita keluar dari dalam kamar yang terletak tak jauh dari tangga yang dibangun cukup megah. "Natan?!" pekik wanita berusia
"Nunu!" ucap Jhonatan sambil memasang wajah datar."Nggak-"Jhonatan langsung membungkam mulut Nami, "tak ada lagi penolakan! aku akan buktikan apa yang aku katakan padamu adalah kebenaran. tegas Jhonatan.Nami terdiam. Ia tahu tidak seharusnya meragukan apa yang dikatakan oleh Jhonatan, tapi Nami masih tidak dapat percaya jika Nunu yang melakukan semuanya. Beberapa waktu, tidak ada lagi percakapan antara Nami dan Jhonatan. Hingga dering ponsel milik Nami terdengar. Jhonatan hanya melirik gerak gerik Nami, sementara Nami mengambil ponsel dan menerima telepon yang masuk. "Hallo..." ucap Nami setelah mengangkat panggilan. [...]"Kapan?" [...]Nami terlihat melirik kearah Jhonatan yang sedang menyeruput kopinya, "iya. Dia di sini, kenapa?" Ucapan Nami membuat Jhonatan seketika menoleh ke arahnya. Dahi Jhonatan. Mengkerut menatap Nami. [...]"Oh... Begitu?" ucap Nami lemah. [...]"Baiklah... Sampai jumpa?!" ujar Nami lalu meletakkan ponselnya di atas meja. "Siapa?" tanya Jhonatan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments