แชร์

BAB 4

ผู้เขียน: Rora Aurora
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-08-16 07:42:13

Aku mendekati Megan, yang sedang berjalan ke arah pintu samping. Pasti dia ingin masuk lewat samping.

"Megan!" seruku menyapanya.

"Saya, Nyonya. Maaf, saya gak lewat depan, takut ganggu kebersamaan Nyonya dan Tuan yang baru saja sampai," jawab Megan seperti gugup.

"Kok kamu tahu, Mas Danang barusan pulang?" tanyaku menyelidik.

"Oooh, barusan kan kedengaran suaranya, Nyonya," jawab Megan mengulum senyum.

Oh ya? Memangnya tadi Mas Danang bersuara, ya? Perasaanku dia sedang memainkan hpnya. Yang ada suara Amira yang heboh. Aku menatap tajam pada wanita muda di depanku ini. Agak lain perasaanku ini.

"Tidak ada yang kamu sembunyikan dariku, kan Megan?"

"Apa maksud pertanyaan Nyonya? Maaf, saya gak paham. Oh ya, salamnya Mbok, Nyah. Terimakasih, saya sudah dikasih cuti."

Aku hanya bergeming. Pasalnya aku pun menelpon Mbok Mar dan memang dia mengakui sangat berterimakasih karena memperkenankan putrinya pulang. Tapi Mbok Mar terdengar tidak sakit parah. Suaranya segar menurut telingaku. Apa aku sedang paranoid, ya? Aku mengecap mulutku yang terasa kering. Hanya anggukan kecil yang bisa kutunjukkan pada pembantuku yang masih muda itu. Megan pun pamit ke kamarnya meninggalkanku dengan perasaan tak karuan. Ada apa dengan perasaanku ini?

Malamnya ....

"Sayang," sapaku dengan lingerie putih yang memiliki renda. Dirancang begitu menantang dan mampu mencubit gairah setiap pria dewasa. Apalagi aku dan Mas Danang sudah seminggu belum bersatu padu.

"Kamu cantik banget, Bun. Tapi maaf banget ya, aku kecapean banget. Benar-benar letih. Maaf, ya."

"Biar aku saja yang aktif," bisikku menggoda.

"Maaf, ya, Sayang. Aku benar-benar ngantuk."

Mas Danang langsung membelakangiku. Liurku yang mengental kutelan paksa. Terasa tercekat di tenggorokan.

"Oooh," ucapku malu sendiri.

Aku pun menarik selimut, menutupi tubuhku yang terbuka di mana-mana. Selama menikah, untuk pertama kalinya Mas Danang menolakku. Biasanya dia yang mengajakku lebih dulu apalagi sudah hampir seminggu kami tidak melakukannya.

'Ada apa dengan suamiku, ya Allah? Apa benar-benar lelah atau dia memiliki alasan yang lain?' batinku meringis menahan rasa sedih ditolak begitu saja.

Hari-hari selanjutnya aku mencoba bersikap biasa saja. Mas Danang juga memperlakukanku dengan baik. Namun hal yang aneh muncul saat sore itu, saat pulang kantor. Wajahnya kusut dan tidak enak dilihat. Pasti sesuatu sedang terjadi. Dia menghempaskan begitu saja tas kantornya dan melepas dasinya dengan ekspresi kecut.

"Kenapa, Mas? Ada kendala?" tanyaku berusaha menyentuhnya namun dia sedikit bergeser.

"Kecapean aja, Sayang. Aku ke kamar mandi dulu," ujarnya.

Saat kudengar gemericik air, dengan cepat aku memeriksa tas kantornya namun tak ada yang aneh. Hanya ada berkas biasa. Tidak ada rencana pengajuan proyek yang biasanya membuat dia mumet. Lalu apa, ya?

Ponselnya bergetar. Kucek. Ternyata pesan dari kartu. Aku memeriksa semua foto, wa, medsos, tidak ada yang mencurigakan. Mungkin benar, suamiku benar-benar sedang lelah. Tiba-tiba sebuah notif WA masuk.

[Sabar ya, Pak. Baru SP 1. Bapak bisa kok dapatkan kembali kursi kepala lagi. Kan ini hanya sementara yang penting bisa kembali perbaiki kinerja. Semangat, ya!] Diana

Alisnya langsung mengkerut heran. SP 1? Sosok serajin suamiku dapat SP ? Aku masih menyimpan pikiran bahwa Diana, staf devisi suamiku salah kirim. Otakku langsung bekerja. Aku mengirim nomor Diana ke nomorku lalu segera kuhapus riwayat chatnya. Syukur tanganku terampil tidak sampai membuka pop up pesan Diana. Aku segera keluar dan mencari ruang. Syukurnya Diana langsung mengangkat telponku. Setelah kukenalkan diri, kucecar dia langsung.

"Aduh, Bu. Maaf. Saya merasa tidak pantas menyampaikan apa pun yang Pak Danang belum sampaikan pada ibu. Saya hanya anak buah biliau. Apalagi mungkin masalah ini ada sangkut pautnya dengan hubungan rumah tangga kalian. Saya sungkan, Bu. Saya mohon maaf."

"Katakan Diana. Kesalahan apa yang dilakukan suamiku hingga dia dapat SP 1?"

"Saya minta maaf, Bu. Saya tidak bisa menyampaikannya."

"Oke. Kalau begitu, esok aku yang akan ke kantormu dan mencari tahu langsung. Aku kenal presdirmu. Aku bisa mendapatkan informasiku secara langsung juga kemungkinan surat pemecatan tanpa alasan untukmu."

Suara gemerisik terdengar dari ponsel Diana. Aku harus terus menekan wanita itu.

"Baik, Bu. Tapi tolong janji jaga kerahasiaan identitas saya."

"Baik," jawabku tegas.

"Pak Danang menggelapkan uang event promosi, Bu. Sejumlah 10 juta. Katanya kesalahan teknis dan Boss meminta segera diganti."

Aku mengusap hidungku yang sebenarnya tidak terasa gatal. Suami sengaja korupsi atau benar kesalahan hitung? Aku benar-benar mulai diliputi perasaan tidak nyaman.

"Satu bulan terakhir ini juga, Pak Danang sering pulang lebih cepat. Malah tiga hari berturut-turut, dua hari yang lalu malah datang terlambat sekali. Rapat sudah mau selesai sedangkan dia baru saja datang. Alasannya ...."

"Sebentar, sebentar, Diana. Apa katamu tadi? Tiga hari berturut-turut Mas Danang datang terlambat? Kapan tanggal pastinya."

"Tanggal 12, 13 dan 14 bulan ini, Bu. Alasannya anak sakit."

"Astaghfirullahalazim ...."

Aku menutup mulutku. Apa yang telah terjadi pada suamiku ya, Allah? Bukankah tanggal segitu dia sedang dinas luar kota dan seharusnya memang tidak ngantor. Ohh Allah sandiwara apa yang sedang dimainkan suamiku?

"Bagaimana keadaan Ananda, Bu?"

"Ssu-sudah sehat. Terimakasih banyak Diana."

"Baik, Bu. Tolong bantu saya agar tidak membahas ini pada Bapak jika beliau tidak menyampaikan langsung. Saya takut dicurigai, Bu. Saya minta tolong, ya."

Aku mengiyakan ucapan Diana. Dia sudah mau berbagi informasi penting ini padaku dan aku memang harus menjaganya. Jadi aku tidak bisa langsung mencecar Mas Danang. Aku harus mencari tahu, selama tiga hari ini dia kemana? Alasannya ke luar kota tapi ternyata dia masih ke kantor dan terlambat. Apa ada kaitannya dengan uang 10 juta yang dia selundupkan? Ooh suamiku sudah pintar bermain-main rupanya.

Hmmm ...

"Nyonya, Amira terbangun dan sekarang dia di kamar saya," ujar Megan.

Aku menoleh tanpa mengucapkan apapun. Sejenak kuperhatikan pembantuku itu. Dia sekarang cantik, kulitnya terlihat lebih jernih dibandingkan saat tahun lalu dia mengunjungi ibunya ke sini. Apa karena sudah punya suami jadi dia berubah lebih glow up? Lalu tiga hari ini dia cuti. Kenapa hampir bersamaan dia tidak ada di rumah ini dengan suamiku dan kembalinya juga hampir bersamaan? Apa aku sedang terlalu overthinking atau ini ....

Firasat?

"Nyonya?" tegur Megan membuyarkan pikiranku.

"Ooh iya, Megan. Gimana?"

"Amira tidur di kamar saya, Nyonya."

"Kenapa dia tidur di kamarmu? Seharusnya dia di kamarku."

"Amira datang sendiri ke kamar saya, Nyonya. Mungkin terlalu lama nunggu Nyonya yang sedang di kamar utama bersama Tuan."

"Lain kali, langsung tuntun dia ke kamarnya lagi supaya dia tidak kebiasaan. Jangan biasakan anak-anakku atau suamiku dekat denganmu sehingga tak ada batasan siapa kamu di sini," ujarku menekan suaraku.

Megan diam saja sembari tertunduk. Kakiku mendekat dan terus mendekat.

"Bawa Amira kembali ke kamarku," lirihku terdengar mengintimidasi.

Entah kenapa perasaanku ini benar-benar membingungkanku. Apakah wanita ini memiliki skandal dengan suamiku? Meskipun dia sudah bersuami, segala sesuatu bisa saja terjadi, bukan? Tapi pantaskan aku curiga pada Megan sebab jelas ibunya sendiri mengaku wanita itu ada bersamanya. Apakah ada persekongkolan di sini? Seperti aku berada di dalam labirin dan dihadapkan ribuan teka teki dan kecurigaan.

"Baik, Nyoya."

Megan mengangguk lalu pergi begitu saja. Aku menatap setiap lekukan tubuhnya yang menjauh dan jelas, aku menghirup aroma parfum yang lembut terbawa oleh angin malam. Seorang pembantu, menggunakan parfum semenggairahkan itu di dalam rumahku?

"Aku harus memastikan tidak ada ulat jahannam yang sedang menggerogoti daun rumah tanggaku," desisku sendirian lalu menghubungi kawanku yang bekerja di toko elektronik yang menjual kamera CCTV.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทที่เกี่ยวข้อง

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 5

    "Sudah kerjain PR dari bu guru Indri belum?" tanya Arini pada kawan sekelasnya, Rio. Mereka sedang duduk di taman sekolah dasar swasta. Sekolah yang dikatakan elit. Hanya beberapa anak dari kalangan biasa seperti Arini yang justru diundang mendapatkan beasiswa dan dituntut harus memberikan konstribusi positif pada sekolah. "Aku lagi gak mood.""Idii, anak SD kelas enam susahin apa sih? Aku aja yang harus bantu ibuku kerja di kebun, masih semangat," sanggah Arini sedang menulis. "Ayahku selingkuh," ujar Rio menatap kosong pada rumput taman itu. Arini langsung meletakkan polpennya. Dia langsung menelan salivanya. Arini paham arti kata selingkuh. Lebih dari kata paham. Tiba-tiba saja jantungnya berdebar-debar dan dingin tangannya. Dia adalah korban dari kata 'selingkuh.'"Oh My God! Rio?! Are you sure? Selingkuh?!"Rio dan Arini menoleh bersamaan. Pricilia, tetangga Rio sekaligus teman sekelas. Cantik, gaul adalah image yang disematkan pada Pricilia. Anak itu langsung duduk menggeser

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-08-16
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 6

    "Kamu yang kurang ajar, Mas! Kamu yang setan! Beraninya kamu mengatakan kalimat itu pada putraku! Apa hubunganmu dengan perempuan itu sehingga kamu sampai membelanya seperti itu, ha?!"Rio langsung berlari menghambur di pelukan ibunya. Safira mengelus kepala putranya agar lebih tenang. Suaminya tak pernah semurka itu sebelumnya. Ia membuatnya benar-benar sangat marah. "Bukan begitu, Bun. Kasihan lo, Megan. Sampai pucat begitu," ucap Danang gelagapan. "Heleh! Hamster segede anak tikus aja sampai peluk suami orang," cerocos Safira. Nampak Megan sedang memeluk dirinya di dekat dinding. Yang barusan itu benar-benar menakutkan. Hatinya cukup panas mendengar tanggapan Nyonya. Ingin rasanya ia berbuat melebihi batasannya sebagai pembantu rumah itu. Namun dia masih menahannya. Belum waktunya, desis hatinya menahan amarah. "Kamu jangan memudahkan semua perihal. Ini sudah masuk kasus pembulian. Banyak orang yang takut sama kecoa, ulat, cacing!""Terus saja kamu belain dia, Mas. Kamu membuat

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-08-22
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 7

    "Kamu jangan nangis lagi, Rio. Ada banyak anak yang sudah pernah mengalami yang seperti kamu alami. Bahkan, di tengah kemiskinan," ujar Arini dengan nada berat. Itu curahan hatinya. "Kamu tenang aja. Mbak pelakor itu akan mendapatkan ganjarannya," tambah Pricillia optimis. "Kamu jangan memberikan ide gila lagi. Gara-gara idemu itu, kita semua kena getahnya," ketus Arini. Dia sedih sekali melihat Rio dimarah bahkan hampir mau dipukul. Memang persis seperti yang ayahnya lakukan dulu padanya. Tapi beruntung, Rio punya bunda yang punya kekuatan. Kalau ibunya, justru ikut dipukul. Mengingat itu, Arini hanya bisa menahan sakit batinnya yang masih mungil. Bahkan bekas pukulan tangan ayahnya masih ada. Belum sempat Pricilia menimpali, Rio sudah membuka mulut untuk membelanya. "Sudah, kamu jangan salahin Pricilia. Papaku memang jahat. Aku bahkan ingin dia benar-benar memukulku agar aku makin benci padanya," timpal Rio. "Rio ...." desis Arini dan Pricilia bersamaan, merasa ikut sedih. To

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-07
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 8

    "Kamu harus hati-hati, Sayang. Bundanya anak-anak sudah mulai curiga," ujar Danang menelpon Megan dengan nomor lain dan tentu saja ponsel lain. Ponsel itu selalu dia simpan di kantornya, tak pernah dia bawa pulang. Memang akal bulus buaya muara."Iya, Sayang. Aku akan hati-hati. Untung saja kan aku melihat orang yang pasang cctv. Dikira aku bodoh apa. Katanya tukang rumput, tau-taunya malah masang kamera tersembunyi di ruang tamu. Aku gak tahu di mana lagi istrimu itu memasang kamera tersembunyi. Jadinya sekarang kita gak bisa dekat-dekatan lagi. Iiih Mama kangen, Yank! Sayangku! Kangen!""Sabar, sayang. Papa juga kangen Mama. Kan tiap hari kita ketemu.""Tapi kan gak bisa peluk dan cium apalagi itu itu lagi sama Sayangku ini. Memangnya gak kangen apa sama ini ini ini kesukaanmu?" gerutu Megan mendesah sendiri di dalam selimut.Dia tahu, Danang pasti mengerti arah ucapannya. Pria itu hanya mengecap menahan hasrat. Benar, Safira itu masih cantik dan mandiri tapi yang baru dan ranum itu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-07
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 9

    FLASH BACK! "Nyonya, saya rindu sekali dengan Megan," ujar Mbok Mar pada Safira. "Megan? Anaknya Mbok itu kan?""Iya, Nyonya. Boleh gak dia ke sini dan tinggal di sini seminggu aja? Mumpung dia libur semester.""Ooh, boleh dong, Mbok. Gak apa-apa," ujar Safira rela. Mbok Mar tersenyum senang. Selang dua hari, seorang gadis manis dengan kulit kuning langsat sudah hadir di rumah itu. Semua menyambut dengan suka rela termasuk Nyonya rumah."Makan apa yang ada, ya Megan. Jangan sungkan," ujar Safira saat duduk makan malam bersama suami dan anak-anaknya. "Terimakasih banyak, Nyonya," jawab Megan sungkan apalagi melihat ibunya juga ikut duduk di meja makan. "Mbok Mar sudah saya anggap seperti ibu saya sendiri jadi dia memang makan bersama dengan kami seperti ini," tambah Safira. Danang yang berada di sampingnya hanya diam. Dia tak terlalu memperhatikan gadis desa yang baru sampai di rumahnya itu. Criiing! Sendok Megan jatuh. Refleks gadis itu menunduk. Sendok itu berada di dekat kak

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-07
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 10

    "Kok bengong?" cecar Bu Andin. "Maaf, Bu. Hanya Nyonya Safira yang berhak memecat saya," timpal Megan lalu berbalik menjauhi Bu Andin. Eh?! Terdengar suara deruman mobil dari arah gerbang. Bu Andin menoleh. Itu menantunya. Wanita berhijab lebar itu mengerucutkan mulutnya kesal. Dia bahkan tidak menunggu menantunya masuk rumah. Dengan cepat langkahnya mendekati Safira yang sedang keluar dari mobil. "Mama? Kapan sampainya? MasyaAllah, aku rindu sekali," sapa Safira menutup pintu mobil. Bu Andin baru pulang dari menemai putrinya yang melahirkan di luar provinsi selama empat bulan lebih. Itu mengapa dia baru mengunjungi rumah Danang. "Kamu ya. Kok ada wanita muda tinggal di rumah ini? Apa gak takut Danang digoda, hah?!""Takutlah, Ma. Cuma gini ceritanya, Ma. Jangan emosi dulu, ah.""Gimana Mama gak emosi. Mama gak suka, Safira."Safira meraih tangan mertuanya, menatapnya dengan senyuman. Jika banyak mengatakan mertua adalah saingan, bagi Safira, mertuanya adalah sudah seperti ibunya

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-08
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 11

    "Aaaakh!!! Sakit, Nyai!!!""Karena belas kasihanku pada ibumu makanya aku terus merayu putriku agar tetap menerimamu bekerja di sini. Tapi kamu rupanya menjelma menjadi pagar makan tanaman."Safira tersenyum sinis melihat Megan dijambak ibunya. Ia merasa memang ibunya adalah yang paling berhak sebab ibunya itulah tempat asal Mbok Mar mengabdi. Karena desakan ibunya pula ia masih mempertahankan Megan lebih-lebih hasutan suaminya. Ia mengira Danang tulus rupanya .... "Tolong lepaskan saya, Nyai! Lepaskan!"Megan memberontak dan mendorong Bu Sartini. Ia berhasil melepaskan dirinya dan menghentak angkuh. "Apa pun kesalahanku, kalian tidak berhak untuk memperlakukanku seperti ini. Karena tidak hanya aku yang melakukan perselingkuhan tapi juga Mas Danang! Kami sama-sama mau!""Ya, sebelum dia kucincang, kau yang akan lebih dulu kumutilasi!" seru Bu Sartini terengah-engah. "Tak perlu, Mbak! Biar aku yang cincang anak laki-lakiku yang tak guna ini! Bagaimana bisa dia tergoda wanita rendaha

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-13
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 12

    "Apa pun itu! Kamu juga ada andil! Mama tegaskan, tidak ada perceraian! Kasihan kedua cucuku! Ini baru saja kok! Anggap saja kesalahan pertama! Seandainya tidak terjadi hal ini pastilah kamu akan terus menerima kehadiran perempuan murahan itu kan di rumah ini?!"Safira diam dan air matanya kembali jatuh lagi lebih deras. Matanya refleks menoleh ke arah Megan dengan rambut yang sudah acak-acakkan karena tangan ibunya. "Dalam hal ini, saya yang paling salah. Jadi salahkan saja saya, Mbak. Saya yang membujuk Safira agar terus menerima Megan padahal Fira sudah bilang keberatan."Bu Sartini mengelus pundak putrinya. Ia benar-benar kasihan pada Safira yang mendapatkan omelan dari mertuanya bahkan setelah suaminya jelas-jelas selingkuh. "Itulah Mbak. Sebagai orang tua, kita harus menjaga rumah tangga anak-anak. Saya pun menyanyangkan ada wanita muda berkeliaran di sini. Sebagai laki-laki, akan sangat sulit memang menjaga pandangan apalagi di rumah sendiri."Pak Rahmat menambahkan. Biar bag

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-13

บทล่าสุด

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   Ending

    "Kan sudah puluhan kali David melamarmu, kok baru sekarang kamu gemetar begini?" "Beda, Buk. Beda aja! Ibuk gak tahu gimana rupa Mamanya. Iihhh!" Senyum Bu Sartini makin lebar. "Ya, aku paham perasaanmu. Selama ini sama David, kamu merasa lebih enjoy, rileks karena memang kalian sudah sangat dekat sejak masih satu kantor." "Ya Buk. Terus gimana dong ini?" "Ya gimana apa? Kita siapkan diri lah," ketus Bu Sartini meraih hpnya. "Ya Allah, Buk." Safira kehilangan kata-kata. Ia seperti diambang dua sisi. Antara mau dan tidak mau menikah dengan David. Dia pun bingung dengan dirinya sendiri karena tidak bisa menentukan perasaan sesungguhnya itu bagaimana. "Ibu mau nelpon siapa?" "Nelpon Burhan. Mau suruh cari orang buat cat ulang rumah ini. Aku juga mau ganti sofa sama gorden baru." "Buat apa, Buk?!" "Astaghfirullah! Pake nanya lagi! Ya buat persiapan kamu dilamar lah! Memang kamu gak mau nikah sama David? Yang jelas caranya. Mau apa gak?!" "Aku bingung, Buk. Anak

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 117

    Dengan percaya diri, Safira meletakkan setelan baju yang dia rekomendasikan di depan Bu Erlita. Wanita kaya itu merabanya lembut namun otaknya berpikiran hal lain. Ia ingin mengintimidasi pemilik butik dan mengetahui, sejauh mana wanita itu bisa bertahan. "Bagaimana seorang owner butik bisa mendapatkan hati pewaris tunggal Adingtong grup? Kau tahu, putraku itu sangat sulit didekati." "Hati adalah magnet, Nyonya. Dia akan tertarik pada energi yang sama dengannya." Bu Erlita tersenyum kecil. Dia wanita cerdas dan paham, Safira tidak mau merendahkan dirinya. Seolah mengatakan, dia sama hebatnya dengan putranya dan pantas. "Tapi, saya belum menerima putra Anda. Masih saya bertimbangkan, " sambung Safira yang membuat Bu Erlita tersenyum lebih lebar. Dia suka wanita yang tak mudah dan tak murah. "Kenapa? Bukankah putraku pria yang sempurna untuk dinikahi?" "Karena merasa hidup saya saat ini sudah sangat sempurna, Nyonya. Jodoh masih jadi rahasia. Saya memiliki anak-anak dan t

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 116

    Beberapa waktu berlalu, Rio dan Amira makin dekat dengan David. Pria itu berhasil menjadikan dirinya bagian dari memori anak-anak itu. Ia mengira harus merogoh uang yang banyak untuk bisa mendapatkan perhatian anak-anak. Rupanya tidak. Tidak banyak modal yang dia keluarkan namun tenaganya yang sering kali harus dia isi ulang. Ternyata David sekarang paham, membuat anak-anak bahagia bukan hanya sekedar bermodal uang. Namun intraksi dan komunikasi itu, tidak hanya sekedar bersama tapi bercengkrama. Ada timbal balik antara orang dewasa dan anak yang membuat mereka menjadi lebih dekat. Di sela-sela kesibukannya, David menyempatkan dirinya melakukan panggilan vidio dengan anak-anak melalui ponsel Bu Sartini atau Mimi. Minggu ini, mereka antusias karena akan diajak bermain ke dino land. "Janji, ya, Om CEO!" seru Amira yang pandai berceloteh. Dia lebih lincah bicara daripada Rio yang hanya ikut-ikutan. "Om ada hadiah buat kalian. Nanti malam Om bawakan, ya!" Amira mengangguk. Nampak

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 115

    Dua hari kemudian, Safira yang baru saja pulang dari butik langsung dikagetkan dengan berita jika ibunya sakit. "Ayo, Mi! Kita nginap di rumah ibuk. Kita bawa perlengkapan untuk nginap seminggu." "Siap, Nyonya." Benar saja, di rumah, Bu Sartini sudah memakai koyo di sisi kiri kanan kepalanya. Ia menggunakan selimut menutupi tubuhnya. "Ya Allah, Ibuk, kok tiba-tiba aja sih gini?" tanya Safira khawatir. "Makanya aku cariin bibik biar ada yang bantu, kenapa sih gak pernah mau?!" "Gak apa-apa. Aku baik-baik saja. Hanya nyilu-nyilu dikit. Mana anak-anak? Kamu bawa kan anak-anak?" "Rio les. Amira sedang tidur di kamar." Bu Sartini tersenyum. Menjelang isya, David datang. Safira yang sedang menikmati urap daun turi campur kol sampai batuk-batuk saat mendengar Mimi mengabari. "Astaghfirullah, ngapain orang itu di sini jam seginian, Mi?!" "Gak tau, Nyonya." Safira melepas makanannya lalu keluar menemui David. Wajah Safira sudah tegang. "Sebelum kamu bicara, aku mau ka

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 114

    "Jangan bikin gaduh, Andin. Kita memang sahabat dekat tapi kalau sudah tidak sehat begini, habis nanti kubuat kalian. Serahkan Amira sekarang!" "Mbak selalu begitu. Selalu egois. Harus ya, kami ikut ngomongnya Mbak?! Mentang-mentang Mbak lebih kaya dari kami? Mentang-mentang kalian lebih kaya?!!" Bu Andin berkaca-kaca. Sudah serak suaranya. "Ya jelas! Anggap aja begitu. Kenapa memangnya? Lagian, baru saja anak-anak nyampe rumah, sudah mau dibawa pergi. Mereka itu punya rumah! Mereka punya ibu! Terus saja hampir tiap hari kalian bawa!" "Gimana gak mau aku bawa, Mbak?! Ibu mereka sibuk! Malah mau nikah sama laki-laki lain!" timpal Bu Andin menggebu-gebu. "Oooh ... Perkara itu?! Jelaslah! Putriku masih cantik, masih sehat, karirnya melesat. Sangat pantaslah kalau ada laki-laki kaya, pemilik perusahaan besar yang mau meminangnya. Malah akan kupasung Safira kalau dia gak terima pria itu. Hahahaha!" Bu Sartini tertawa jumawa. Safira sampai menutup mulutnya karena terkejut m

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 113

    "Aku be-belum siap, Mas." "Itu karena kamu gak percaya sama aku, Fir. Please .... marry me." Dalam kegamangannya, Safira melihat mobil mertuanya semakin dekat. Jantung Safira seperti akan melompat keluar. Seperti dia merasa sedang berselingkuh dari putra kedua mertuanya itu. Jelas, wajahnya nampak panik. Mobil berhenti, lalu kaca mobil terbuka. "Ngapain kamu di sini, Safira?" tanya Bu Andin ketus. "Ii-iini, Ma ...." "Masuk!" "Ii-iiya." Mobil Bu Andin masuk garasi. Safira menyerahkan kembali buket uang itu. "Ini David, sorry." Dengan langkah seribu, wanita itu meninggalkan David yang kebingungan. Hatinya sangat sedih mendapati buket dolarnya jelas ditolak. Meskipun David tahu, Safira memiliki banyak uang tapi dia ingin wanita itu antusias menerima hadiah darinya. "Aku tak akan menyerah, Fir. Lihat saja," lirih David kembali masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan di dalam rumah, Safira sedang menerima pandangan melotot dari Bu Andin. "Mi! Ada salad?" tanya Saf

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 112

    "Jangan sampai kamu menyakiti Megan, ya Hasan. Bisa kusunat kamu dua kali," celetuk Bu Sartini yanh disambut riuh tawa. Megan mengusap air matanya. Ia sangat bersyukur masih diberikan kesempatan untuk berubah setelah melakukan tindakan yang buruk. Setiap orang memang memiliki kesempatan itu dan tidak ada yang lebih baik daripada usaha untuk terus memperbaiki diri. Dua minggu kemudian, barulah Safira datang menjenguk Danang. "Maaf, Mas. Aku baru datang sekarang." "Kamu sibuk acara nikahan kali," ketus Danang. "Iya. Megan menikah dan aku sedikit membantunya dengan kebaya buatanku. Lucunya, malah sekarang dicari-cari orang model seperti yang dia pakai." Danang membatu saat mendengar penuturan Safira yang begitu ringan. "Megan menikah, Fir?" "Iya. Dia gak mau rujuk sama kamu, padahal aku sudah sarankan. Yaa wajar juga sih, kamunya jahat." "Ya Allah, Fir. Kok gak ada yang kabari aku?" "Ya ...." Safira mengendikkan bahunya, pertanda kebingungan mau menanggapi apa.

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 111

    "Ambil ini. Ini hakmu karena pernah menjadi istrinya Mas Danang. Jika sudah mantap dengan pilihanmu, menikahlah. Ridhoku menyertaimu." "Nyonya ...." Deras air mata Megan sembari memeluk betis Safira. "Bangunlah," ujar Safira menyentuh bahu Megan dengan lembut. Perlahan ia mengangkat tubuh Megan agar berdiri. "Nyonya ...." Megan tidak bisa berkata-kata lagi. "Aku tidak tahu, definisi memaafkan itu seperti apa, Megan. Tapi aku berusaha ikhlas dengan takdir yang telah terjadi dalam kehidupanku. Rumah tanggaku hancur. Aku kehilangan suami dan anak-anakku harus menyaksikan perpisahan kami. Aku sudah ikhlas. Tak pantas aku sebagai makhluk, masih bertanya mengapa terjadi. Aku akan berusaha terus untuk menjalaninya dan pasrah pada alur hidupku." "Maafkan saya, Nyonya. Maaf," lirih Megan berkali-kali. "Aku berusaha melupakan keburukanmu padaku itu semata-mata bukan karenamu. Tapi untuk diriku sendiri. Kalau terus kusimpan dendam ini, justru akan terus menggerogotiku, Megan.

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 110

    Sorenya, tiba-tiba penjaga penjara datang menjemput Danang kembali. Danang cukup terkejut sebab kloter pertama, Safira sudah datang. Dan dua hari yang lalu, orang tuanya sudah datang. Apa sekarang Megan? "Siapa, Pak?" "Nanti tahu sendiri." Danang sangat terkejut ketika dia duduk, di hadapannya, di balik jeruji besi putih itu ada wajah David yang sedang tersenyum padanya. "Bagaimana kabarnya Pak Danang?" "Tak perlu resmi lagi. Panggil saja Danang. Tidak terlalu penting juga kamu bertanya kabar pada seorang narapidana." David mencoba tetap mempertahankan wajah tenang. Ia mengetuk-ngetuk pelan keramik yang menjadi meja penghubung. "Maaf, jika kedatanganku ini membuatmu tidak nyaman. Meskipun kita bukan teman dekat sebelumnya, kuharap mulai sekarang kita bisa jadi teman." "Katakan apa niatmu?" "Kenapa kau begitu ketus padaku?" tanya David dengan nada dingin. Danang membuang wajahnya. Tidak perlu ada alasan untuk tidak menyukai orang lain. "Apa karena aku dekat denga

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status