Share

ISTRI MUDA

Author: Miss Andini
last update Huling Na-update: 2022-01-04 16:17:56

Seiring waktu Hanum berusaha berdamai dengan takdir jika dirinya bukan satu-satunya istri Bambang. Ia harus rela berbagi suami. Apalagi akhir-akhir ini Bambang jarang pulang. Suaminya itu lebih suka menghabiskan waktu dengan istri mudanya.

“Ma, Papa mana? Kok ga ikut makan malam sama kita?” tanya Marwah yang mulai kritis, kenapa ayahnya sekarang jarang punya waktu bersamanya.

Hanum tersenyum, mengusap pipi anak semata wayangnya yang berumur sebelas tahun. Nyaris saja air mata itu tumpah. Melihat Marwah mulai kekurangann kasih sayang seorang ayah.

“Pekerjaan Papa lagi banyak, Sayang.” Hanum beralasan.

“Banyak pesanan ya, Ma?”

“Iya, Sayang.” Hanum mengangguk.

“Hore, kalau Papa banyak pesanan berarti Papa banyak uang,” sorak gembira gadis kecil itu. “Bisa beliin Marwah mainan baru, ajakin jalan-jalan.”

Kebahagiaan Marwah menggores luka di hati Hanum. Anak sekecil itu belum paham artinya poligami. Belum mengerti jika sekarang ayahnya sudah mempunyai istri dan calon anak lagi.

****************

“Hore, Papa pulang!” teriak Marwah senang saat mobil Bambang sudah parkir di halaman rumah.

Gadis kecil itu segera menghambur memeluk sang ayah lalu menciuminya berkali-kali. Pelukan erat sebagai tanda jika ia merindukan Bambang.

“Kok, Papa baru pulang sih?” rajuknya membuat Bambang termenung. Laki-laki itu sejenak menatap istrinya yang berdiri di ambang pintu.

“Kan Mama sudah bilang kalau Papa banyak pekerjaan,” sahut Hanum lembut.

“Banyak pesenan ya, Pa?” tanya Marwah langsung memastikan.

“Iya, Sayang.”

“Hore!” teriak Marwah. “Kalau Papa banyak pesenan berarti banyak uang. Bisa buat kita jalan-jalan dan beli baju baru,” seloroh Marwah membuat Bambang tertawa. Sedang Hanum hanya mampu tersenyum getir.

“Marwah main sendiri dulu, ya!” titah Bambang. “Papa mau mandi dulu, bau asem.” Ia menurunkan sang anak dari gendongan.

“Oke.” Marwah langsung berlari, bermain di halaman rumah yang memang luas.

Bambang dan Hanum masuk ke ruang makan.

“Mas, kamu luangin waktu untuk Marwah dong!” pinta Hanum. “Kasihan dia seperti kehilangan sosok ayah semenjak kamu menikah lagi.”

“Ah, itu cuma perasaanmu saja kali,” tepis Bambang. “Bilang saja kamu cemburu?”

“Wajar kalau aku cemburu,” tukas Hanum. “Semenjak kamu menikah lagi, belum sekalipun kamu tidur di rumah.”

“Ya, wajarlah,” kilah Bambang sengit. “Namanya juga masih pengantin baru, jadi pinginnya mesra-mesraan terus,” jawab Bambang enteng tanpa peduli perasaan istrinya yang dimadu.

*****************

Malam merambat. Bambang menghabiskan malam bersama istri keduanya yang terpaut usia lima belas tahun. Ia selalu setia menemani istri barunya itu karena ia lebih menarik dan lebih memuaskan.

“Mas, kapan kamu beliin aku rumah baru?” rajuk Mayang selesai melayani hasrat biologis suaminya.

“Kok beli rumah baru?” sahut Bambang yang masih tampak kelelahan.

“Masa iya, kita mau numpang terus di rumah bapak dan ibuku?” tukas Mayang. “Kan malu sama bapak dan Mas Yoyo, yang juga tinggal di sini sama anak bininya.”

“Tapi beli rumah itu kan butuh duit banyak,” jelas Bambang.

“Kan, uang Mas banyak.”

Bambang menghela napas. Bagaimana harus menjelaskan jika uang yang ia punya harus ia putar untuk menambah modal biar percetakannya makin besar.

“Uang itu mau diputar lagi, Dek, untuk ngembangin percetakan biar lebih besar lagi.”

“Udah, percetakkan yang ada saja!” sentak Mayang kesal. “Pikirin dulu, istrinya mau tinggal di mana.”

Tuh kan benar perkiraan Bambang. Istri barunya itu tak bisa diajak kompromi untuk memajukan usahanya. Pemikirannya yang masih remaja kerap memikirkan semua hal itu dengan jangka pendek.

“Pokoknya, aku ga mau tahu! Aku mau dibeliin rumah! Aku ga mau tinggal di sini!” rajuk Mayang.

“Ya sudah kita ngontrak saja, gimana?”

“Ga mau,” tukas Mayang cepat.

************

Bambang dibuat pusing dengan sikap kekanak-kanakan Mayang. Bentar-bentar marah dan sampai sekarang belum mau berdamai. Wahasil, beberapa hari ini, ia tak dapat jatah padahal setiap dekat dengan Mayang itu bawaannya ingin bercinta.

Untuk menyalurkan hasrat biologisnya itu, malah membuatnya sering pulang ke rumah. Memadu kasih dengan istri pertamanya. Hal itu tentu menggembirakan untuk Hanum, terlebih untuk Marwah, yang senang sekali setiap ayahnya pulang ke rumah.

*************

Di percetakan, Bambang dibuat kaget dengan kedatangan Mayang yang langsung membanting tasnya ke meja.

“Mas, kenapa ga pernah pulang?” hardiknya kesal.

“Anak dan istri Mas kan juga berhak dapat jatah, Dek,” sahut Bambang tenang.

“Aku ini lagi hamil anak kamu, Mas! Malah kamu tinggal-tinggal.”

“Lha, di rumah kan ada Bapak, Ibu. Ada Mas Yoyo juga.”

“Masa iya aku ngrepotin mereka? Sedang aku sudah punya suami,” kilah Mayang.

“Habisnya Mas kesel sama kamu. Marah mlulu akhir-akhir ini. Mas ga pernah dikasih jatah.” Akhirnya Bambang mengeluarkan uneg-unegnya.

“Salah Mas sendiri, ga mau beliin aku rumah,” tukasnya tak mau kalah.

Bambang menghela napas panjang. Percuma juga meladeni istrinya yang masih bau kencur itu. Lebih baik ia mengalah.

“Baiklah Sayangku, Cintaku, Manisku, Pujaan hatiku.” Bambang meraih kedua pundak istri barunya. “Secepatnya kita akan beli rumah baru.”

“Beneran, Mas?” wajah itu mulai tersenyum.

“Bener.” Bambang menyakinkan.

“Awas, kalau bohong!” ancam Mayang dengan senyum menggoda.

****************

Mayang, gadis sembilan belas tahun itu meski bukan lahir keluarga kaya, sedari kecil ia sudah dimanja. Apa yang dimau selalu dituruti oleh kedua orang tuanya. Belum pernah merasakan susahnya cari uang karena tamat SMA ia langsung bekerja di percetakan Bambang. Lalu enam bulan kemudian ia resmi menjadi istri kedua bosnya itu.

Jadi tak heran jika yang ia tahu hanya bagaimana cara menghabiskan uang suaminya. Shoping online setiap hari. Makan selalu di luar, tak mau makan jika sekedar pakai sayur dan tempe.

“Mas, bagi uang dong!” pintanya sebelum Bambang pergi ke percetakan.

“Lho, kok uang lagi?” keluh Bambang. “Kemarin kan sudah aku kasih lima ratus ribu.”

“Duitnya sudah habis,” jawab Mayang santai.

“Buat apa?” Bambang terkejut.

“Buat beli skincare, baju, celana, tas online, Mas,” jelasnya.

“Boros banget sih?” tukas Bambang yang mulai tak tahan dengan kelakuan istri barunya. “Aku pergi dulu!”

Langkah Bambang tertahan dengan cekalan sang istri.

“Apaan lagi sih?” tukas Bambang pagi-pagi sudah dibuat jengkel.

“Uangnya mana?” Maya menadahkan telapak tangan.

“Ga ada,” sahut Bambang cepat.

“Oke, ga ada jatah nanti malam ya!” ancam Mayang langsung membuat suaminya meringsut.

Dengan terpaksa, Bambang mengeluarkan uang dari dompetnya.

“Kok cuma dua ratus ribu?” sungut Mayang. “Lima ratus ribu atuh.”

“Banyak amat.”

“Mau dapat jatah ga?” ancam Mayang.

“Iya.” Dengan pasrah Bambang menambah uang untuk istri barunya. Membuat gadis sembilan belas tahun itu tersenyum penuh kemenangan.

*************

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • KETIKA ISTRI DIMADU   DOA NENEK

    Marwah_gadis kecil itu menanti kedatangan sang ibu hingga magrib menjelang. Matanya selalu berlinang air mata saat wanita yang begitu ia rindukan tak jua menampakan batang hidungnya. Berulang kali ia percaya pada ucapan sang nenek jika esok ibunya akan datang sehingga ia selalu menanti di depan pintu setiap hari.“Ayo Nak, kita masuk, sudah magrib!” ajak Bu Narti.“Aku kangen Mama, Nek,” sahutnya dengan mata berembun.“Besok pasti Mamamu datang.” Lagi-lagi Bu Narti memberinya janji yang sama.“Nenek selalu bilang begitu, tapi kenapa Mama ga pernah datang?” Kali ini Marwah tak percaya dengan janji neneknya. “Nenek bohong ya?” tanyanya mulai berurai air mata.Bu Narti menatap nanar ke wajah cucunya. Wajah yang menyiratkan banyak rindu untuk sang ibu dan rasa perihnya dibuang oleh kedua orang tua. Dada perempuan tua itu bergemuruh. Sesak menyelimuti melihat pedihnya hidup

  • KETIKA ISTRI DIMADU   DUA GARIS MERAH

    Doni memarkir Brio putih tepat di depan pintu. Dengan senyun mengembang dan langkah riang, ia masuk ke dalam rumah.“Sayang,” sapanya langsung mencium kening sang istri yang sedang menyiapkan makan.“Kamu sudah pulang, Mas?” sapa Hanum dengan senyum manisnya.“Iya dong,” sahut Dobi. “Di hari ulang tahun istriku tercinta aku harus pulang cepat.”“Ah, Mas bisa saja.” Hanum mencubit manja perut suaminya yang mulai buncit karena senang masakannya.“Aku punya hadiah untuk kamu.”“Apa?” Mata Hanum mengerling, penasaran.“Tutup mata ya!” perintah Doni makin membuat Hanum penasaran.“Kadonya apa sih?” tanya Hanum dengan mata yang tertutup.Bukannya menjawab, Doni malah menutup mata sang istri dengan kain tipis. Lalu menuntunnya ke luar rumah.“Sudah siap?” tanya Doni makin membuat Hanum tak

  • KETIKA ISTRI DIMADU   PERNIKAHAN YANG BAHAGIA

    Hanum diboyong Doni ke rumah mewahnya. Rumah dua lantai itu tampak elegan dan rapi tertata. Taman di halaman depan. Tak lupa kolam renang di belakang rumah, menambah kebahagiaan Hanum sebagai ratu di rumah itu. Serta kamar utama yang indah, membuatnya menjadi wanita yang paling bahagia di dunia.“Kamu suka, Sayang?” tanya Doni tentang perasaan istrinya.“Suka banget,” sahut Hanum manja.“Besok kita pergi ke Bali,” ucap Doni membuat Hanum memicingkan mata.“Ke Bali?” tanya Hanum. “Ngapain, Mas?”“Bulan madu dong, Sayang,” sahut Doni mesra membuat Hanum merasa tersanjung karena baru kali ini ia merasakan namanya bulan madu.“Makasih ya, Sayang,” sahut Hanum memeluk erat suami barunya.Esok harinya, pengantin baru itu terbang ke Bali untuk honeymoon selama tiga hari. Mereka menghabiskan malam di hotel bintang lima. Memanjakakan mata dengan m

  • KETIKA ISTRI DIMADU   SYARAT PERNIKAHAN

    “Aku akan menikahimu dengan satu syarat,” imbuh Doni membuat Hanum penasaran.“Apa syaratnya, Mas?”“Setelah menikah, aku tak ingin tinggal bersama Marwah,” jawaban Doni membuat senyum Hanum memudar.“Tapi kan Marwah anakku, Mas,” sahut Hanum. “Darah dagingku.”“Tapi bukan darah dagingku,” timpal Doni cepat.“Aku mencintaimu tapi tidak dengan anakmu,” imbuh Doni membuat hati Hanum perih.Teganya laki-laki yang ia cintai berkata seperti itu. Menolak anaknya secara terang-terangan tanpa peduli perasaannya sebagai seorang ibu.“Cintaku padamu tak diragukan lagi. Aku akan mencintaimu sepenuh hati hingga kita menua bersama,” janji Doni sedikit puitis masih membuat Hanum terdiam.“Aku tak memaksamu untuk memilihku,” imbuhnya. “Tapi percayalah, aku akan membahagiankanmu seumur hidupmu.”Han

  • KETIKA ISTRI DIMADU   PRIA MAPAN

    Hari ini cattering Yuli mendapat kunjungan dari pabrik, tempat biasa yang memesan catteringnya. Tampak seorang laki-laki memakai jas hitam tampak sedap dipandang mata.“Kamu belum berubah ya, Don?” komentar Yuli pada kawan lamanya yang ternyata manager di pabrik tempatnya mengirim cattering.“Ya, beginilah aku,” sahutnya dengan tawa. “Bersih ya catteringmu!” pujinya.“Harus dong,” sahut Yuli. “Itu salah satu kunci awet untuk sebuah usaha makanan.”“Pinter kamu,”puji Doni lagi.“Silahkan duduk!” Yuli dan Doni duduk di sofa. “Kamu sudah punya anak berapa?”“Sampai saat ini aku belum bisa move on dari Saras,” sahut Doni mengenang masa lalu.“Serius kamu?” sahut Yuli tak percaya. “Saras sudah menikah lima tahun yang lalu lho.”“Bener, Yul,” sahut Doni mantap. “Aku

  • KETIKA ISTRI DIMADU   MULUT IPAR

    Tanggal gajian tiba. Dengan suka cita Hanum menerima amplop dari majikannya. Ia sudah ga sabar untuk membeli beberapa baju baru untuk dipakai sehari-hari di rumah. Setelah berpisah dengan Bambang belum sekalipun ia membeli baju.“Udah, gajian kan, Mbak?” todong Desi pada Hanum yang baru saja ikut duduk di meja makan.“Sudah, Des,” sahut Hanum dengan rasa lelah.“Sini, bagi duitnya untuk bayar listrik, beli beras dan lain-lain!” pinta Desi paksa.Hanum membuka tasnya. Lalu memberikan tiga ratus ribu kepada adik iparnya.“Kok, cuma tiga ratus ribu terus sih, Mbak?” sentak Desi.“Kan gajiku cuma satu juta, Des,” keluh Hanum. “Jadi aku cuma bisa ngasih segithu.”“Ini sih ga cukup untuk beli gula dan sabun!” tukas Desi emosi. “Listrik aja seratus lima puluh ribu. Beras untuk satu keluarga seratus lima puluh ribu. Belum beli sabun, rinso,

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status