Share

KETIKA ISTRI DIMADU
KETIKA ISTRI DIMADU
Penulis: Miss Andini

DIMADU

“Hanum, cepetan ke jalan Mangga Dua!" Suamimu sedang melangsungkan pernikahan dengan wanita lain.” Terdengar suara Mira, sahabat Hanum dari ujung ponsel.

Dengan tergopoh dan perasaan tak menentu, wanita satu anak itu segera menuju ke lokasi. Sama-samar terdengar seseorang sedang mengucap kalimat ijab qabul dari sebuah rumah sederhana.

Alangkah terkejutnya Hanum, menyaksikan suaminya dengan lancar mengucapkan kalimat sakral itu dan disahkan banyak orang di depan penghulu.

“Apa-apaan ini, Mas?” sentak Hanum mengalihkan pandangan semua orang.

Seketika wajah Bambang menegang. Tak mengira jika istrinya akan hadir di pernikahan sirinya dengan karyawannya di percetakan. Pengantin laki-laki itu bangkit lalu menhampiri istri sahnya. Sontak menjadi buah bibir para yang hadir.

“Sekarang kamu pulang dulu!” titah Bambang setengah berbisik. “Nanti, kita bicarakan ini di rumah.”

“Segampang itu Mas, kamu mengusirku?” hardik Hanum marah.

“Tapi ini acara sakral. Aku tak ingin semuanya hancur hanya kerena ulahmu.”

“Tega kamu, Mas?” Hanum menatap tajam. “Kamu sudah mengkhianatiku dan kini kamu malah mengusirku?”

“Pulang dulu! Nanti aku jelaskan di rumah!” paksa Bambang.

"Ga mau!” tukas Hanum kasar. “Kamu ikut pulang aku sekarang atau aku obrak-abrik pernikahan ini!” ancamnya membuat Bambang tak berkutik.

Tak ingin ada kerusuhan, tanpa pamit Bambang meninggalkan pesta pernikahannya yang belum dimulai itu.

“Mas, mas, jangan pergi!” teriak Mayang, sang pengantin wanita. “Tamu undangan masih banyak. Aku malu duduk di pelaminan tanpamu.” Mayang terus merengek sambil mencekal lengan suaminya.

“Yang penting kan ijab qabulnya sudah selesai dan kita sudah sah menjadi suami istri,” hibur Bambang tersenyum.

“Tapi, apa kata mereka nanti kalau pengantin prianya ga ada?” Mayang terus memaksa.

“Ayo, Mas, pulang!” gertak Hanum membuat mata Mayang membulat. “Kalau kamu enggak mau aku berbuat nekat,” lanjutnya tanpa peduli kemarahan istri muda suaminya.

Dengan terpaksa, Bambang mengikuti Hanum untuk meninggalkan pesta. Hanya tersisa Mayang yang bisa menangis, meratapi kepergian suaminya di hari bahagia mereka.

*************

“Jelaskan padaku, Mas! Kenapa kamu bisa sampai menikah dengan karyawanmu sendiri!” cecar  Hanum sesampainya di rumah.

“Dia sedang hamil anakku, Ma,” sahut Bambang membuat Hanum seketika syok.

“Apa?!” pekiknya dengan nada tinggi.

“Maafkan aku, Ma!” Bambang memohon. “Aku khilaf.”

Hanum tak mampu bersuara. Air matanya tumpah ruah mendengar pengkhianatan suaminya. Dadanya naik turun menahan sesak karena suaminya tega menodai sucinya pernikahan.

“Sudah berapa lama, Mas, kamu berhubungan dengan wanita itu?” tanya Hanum setelah mampu menguasai diri.

“Semenjak Mayang bekerja di percetakan,” sahut Bambang menunduk.

Hanum menghela napas. Ia mengingat kapan Mayang mulai bekerja. Hanya butuh waktu enam bulan, gadis itu meluluhkan hati suaminya.

“Berapa kali kamu melakukan hubungan terlarang itu!” selidikmya lagi, ingin tahu bagaimana Mayang bisa sampai hamil.

“Hampir tiap hari, Ma,” aku Bambang makin menghancurkan perasaan Hanum.

Wanita itu memejamkan mata. Tak mampu membayangkan bagaimana setiap hari suaminya bercinta dengan wanita lain.

“Sebegitu nafsunya kamu dengan daun muda ya, Mas?” hardik Hanum ketika mengingat jika Mayang itu baru lulus SMA langsung bekerja di percetakan milik suaminya.

“Maafkan Papa, Ma, yang tak tahan melihat paras ayu Mayang,” ucap Bambang lagi, tak peduli dengan perasaan istrinya.

“Juga tubuhnya, kan?” lanjut Hanum seolah menyindir.

“Kuharap Mama bisa menerima ini semua!” pinta Bambang tanpa dosa. “Menjalani kehidupan rumah tangga dengan poligami.”

Kalimat-kalimat Bambang makin menyesakkan hati. Perih menghujam, membuat dadanya naik turun tak beraturan. Air matanya bertubi-tubi menghujani wajahnya tanpa henti.

“Semudah itu kamu bicara , Mas,” ucapnya lirih. “Tanpa kamu perdulikan perasaanku yang sudah kamu khianati.”

“Kamu tahu kita berjuang dari awal merintis dan membesarkan percetakan itu dengan kerja keras dan rasa lapar. “Hanum mengungkit masa lalu. "Tapi setelah kamu punya segalanya, kamu tega mengkhianatiku kesetiaanku.”

“Sekali lagi, maafin Papa,Ma!” Bambang memelas.

“Perih, perih Mas!” Hanum mengepalkan tangannya lalu meletakkan di dada. “Membayangkan kamu tidur, melepas hasrat dengan wanita lain.”

“Tapi semuanya sudah terjadi, tak bisa diperbaiki,” kilah Bambang seolah merasa benar.

“Seharusnya kamu sebelum terhasut bisikan setan itu mikir seribu kali kalau kamu itu sudah punya anak istri!” tukas Hanum marah.

“Bukan menuruti nafsu seperti ini,” lanjut Hanum. “Berbuat zina dalam waktu enam bulan itu benar-benar sudah tak bisa dinalar, Mas.”

Bambang bungkam. Apa yang dikatakan istrinya itu benar. Seharusnya sebelum ia memulai maksiat demi maksiat, ia memikirkan jika ia sudah punya anak dan istri. Agar ada dinding penghalang untuk menghalanginya dari dosa.

**********

Petaka itu bermula saat seorang gadis berambut panjang dikucir, berseragam hitam putih datang membawa map ke percetakkannya. Saat itu Bambang dan Hanum sendiri yang menerima Mayang.”

“Maaf Bu, apa di sini ada lowongan pekerjaan?” tanya Mayang dengan sopan.

Bambang dan Hanum saling pandang. Berdikusi sejenak, sebelum menerima karyawan baru.

“Lulusan apa?” tanya Hanum.

“Baru lulus SMA, Bu,” jawabnya polos.

“Ya sudah, mulai besok kamu kerja sama saya ya!” pesan Bambang. “Kebetulan kami sedang membutuhkan karyawan.”

“Beneran Pak, Bu?” tanya Mayang dengan wajah berbinar. “Saya diterima kerja di sini?”

“Iya.” Bambang menyakinkan. “Tapi gajinya ga UMR ya!”

“Gapapa Pak, Bu, yang penting saya dapat kerja dan bisa membantu meringankan beban hidup orang tua saya.”

“Ya sudah, besok kamu datang lagi ya!” pinta Hanum.

“Baik, Bu, Pak.” Mayang berlalu.

“Anak yang berbakti pada orang tua ya, Pa,” puji Hanum hanya disambut senyum oleh suaminya.

*********

Kesibukan Hanum yang mengantar jemput Marwah sekolah dan juga les-les tambahan membuatnya tak sempat menemani Bambang  di percetakan. Banyak waktu yang ia habiskan untuk mengurus anak dan menyiapkan makanan saat suaminya pergi mencari rezeki. Tak pernah terpikirkan sekalipun pikiran suaminya akan menyeleweng.

Namun kepercayaan Hanum malah membuka celah selingkuh untuk suaminya. Keseharian Bambang yang selalu berinteraksi dengan Mayang membuat angin segar setan untuk bertindak. Ditambah lagi, model pakaian Mayang yang suka memakai rok atau celana jeans di atas lutut yang dipadu padan dengan kaos ketat. Atau memakai dres di atas lutut dengan bagian depan terbuka lama-lama membuat Bambang tergoda.

Ibarat bunga, Mayang sedang mekar-mekarnya. Membuat mata yang memandang pasti tergiur untuk menyentuhnya. Kulit kuning langsat, tubuh yang berisi makin membuat Bambang tak tahan menahan hasrat.

Hingga di suatu senja, saat percetakan sudah tutup dan semua karyawan pulang, hanya tersisa dua insan. Bambang mulai menyentuh dan tak ada perlawanan dari gadis belia itu. Tanpa mengingat dosa mereka melakukan hubungan terlarang itu hingga mahkota Mayang terampas dengan bercak darah di pakaian dalam miliknya.

*************

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status