Share

Season 3 bab 77

Auteur: Mutiara Sukma
last update Dernière mise à jour: 2025-06-08 20:36:27

Sudah seminggu lebih Tari terlihat sedikit berbeda. Bukan berarti ia mengeluh atau menunjukkan gejala yang mencolok—justru karena itulah anak-anaknya semakin merasa gelisah. Tari tetap tertawa, tetap memasak, tetap menyuapi cucu-cucunya, dan tetap mengucapkan doa dengan mata berbinar.

Tapi... di balik semua itu, ada lelah yang tak biasa, ada senyum yang terlihat dipaksakan, dan yang paling menyakitkan, ada tatapan seolah sedang mengucapkan perpisahan diam-diam.

Dan itu pertama kali dirasakan oleh Aleeya.

Malam itu, Tari duduk di beranda rumah, memeluk cucunya yang baru tertidur di gendongannya. Langit cerah, tapi angin malam dingin menggigit.

Aleeya menghampiri pelan, membawa selimut kecil.

“Bun, ngapain di luar malam-malam gini?” tanyanya sambil menyampirkan selimut ke bahu Tari.

Tari tersenyum. “Mau nyari tenang aja, Nak. Malam itu waktu yang enak buat bicara sama Allah.”

Aleeya mengangguk. Tapi pandangannya tertahan di wajah ibunya yang pucat.

“bun, akhir-akhir ini kok bunda keliha
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 82

    Satu tahun telah berlalu sejak Bunda Tari pergi.Waktu memang tidak menyembuhkan luka, tapi perlahan membiasakan hati untuk hidup berdampingan dengan rindu. Dan rumah itu, meski sunyi dari langkah lembut dan suara nasihat Bunda, kini kembali penuh kehidupan. ---Hari itu cerah. Langit biru terang, awan berarak pelan seperti turut bersenandung.Abrar berdiri di pelaminan, mengenakan beskap krem. Di sampingnya, Mentari tersenyum anggun dengan gaun putih sederhana, rambutnya disanggul rapi. Mata mereka saling bertemu, dan hanya dengan satu tatapan, mereka tahu—ini yang Bunda inginkan.Pernikahan mereka digelar di rumah peninggalan Tari. Di bawah tenda putih dengan rangkaian bunga melati dan mawar, semua keluarga berkumpul.Alif berdiri sebagai wali sekaligus saksi. Ammar menjadi pembawa acara, menyisipkan candaan khasnya yang membuat semua tamu tertawa. Aleeya dan Alisa berdiri di sisi Mentari sebagai pendamping, sesekali menyeka air mata haru. “Bunda pasti bahagia melihat ini,” bis

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 81

    Alif membantu menurunkan Bunda dari mobil. Wajahnya pucat. Tangannya bergetar.“Pelan-pelan, ya, Bun… kita udah di rumah…” bisiknya.Tari membuka matanya, lemah. Tapi ada senyuman. Senyuman kecil, tipis, namun penuh rasa.“Alhamdulillah… rumah Bunda…” ucapnya lirih.Aleeya, Mentari, Nayla, dan perempuan-perempuan lain dalam keluarga ikut membantu. Mereka menyiapkan bunga melati dalam vas, kain-kain putih yang bersih, dan lampu temaram.Setiap sudut rumah dipenuhi cinta. Setiap sentuhan adalah doa.---Alif menyarankan agar setiap hari ada waktu khusus.Satu anak. Satu sesi. Satu kenangan dengan Bunda.Hari pertama, Abrar duduk di samping Bunda sambil membawa buku sketsa.Ia menggambar wajah ibunya, sedikit demi sedikit, sambil bercakap.“Bunda masih cantik… meski sekarang kurus…”Tari tersenyum. “Tapi hatimu sekarang lebih kuat dari lukisanmu, Nak…”Hari kedua, Ammar datang dengan membawa rekaman lagu-lagu lama yang biasa mereka dengar bersama dulu. Lagu “Bunda” dari Potret diputar pe

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 80

    Di dalam ruang ICU, malam mulai menyentuh dini hari. Mesin-mesin terus berdetak. Lampu temaram menyorot tubuh lemah di ranjang itu.Aleeya yang tak tidur sejak kemarin, terlonjak ketika monitor menunjukkan pergerakan. Mata Tari perlahan terbuka.“BUNDA…!!” Aleeya dan Alisa angsung bangkit dari duduknya, memencet tombol panggil perawat.Bunda mengerjap pelan. Napasnya berat, tapi matanya menatap. Ia sadar. Ia melihat putrinya. Ia masih mengenali Aleeya.Suara itu lirih. Hampir seperti bisikan angin yang hendak menghilang. Tapi bagi Aleeya, itu seperti mata air yang tiba-tiba memancar di tengah padang pasir.Satu per satu, anak-anak Tari masuk. Alif, Ammar, Abrar, semua berdiri mengelilingi ranjang. Wajah mereka sembab. Mereka tidak tahu harus bersyukur karena Bunda sadar, atau harus bersiap untuk kehilangan.Tari tersenyum samar. Ia menyapu wajah anak-anaknya dengan pandangan yang begitu dalam, seolah ingin mengukir wajah mereka. dalam memorinya yang terakhir.“Alif…” Tari berbisik. Al

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 79

    Malam itu dingin. Angin seperti membawa bisikan yang tak bisa dimengerti. Di dalam kamar, Bunda Tari duduk di kursinya, tubuhnya lebih kurus dari minggu lalu, wajahnya pucat namun tetap berusaha tersenyum ketika Aleeya masuk membawakan segelas susu almond hangat.“Bunda, minum dulu ya. Ini bisa bantu tidur lebih nyenyak…”Tari hanya mengangguk lemah. Tangannya gemetar saat mengambil gelas. Aleeya buru-buru membantu.“Bunda gak usah paksa diri, ya? Kalau capek, istirahat aja...”Tari berusaha bicara, tapi... matanya perlahan menutup. Gelas terjatuh dari tangannya, pecah di lantai.“BUNDA!!” Aleeya menjerit.---PANIK MEREBAK SEISI RUMAHAlif yang sedang di ruang makan berlari. Ammar menyusul dari lantai atas. Mentari tergopoh dari dapur. Suara tangisan Aleeya membuat semua jantung berdegup tak karuan.“Aleeya kenapa—”“BUNDA PINGSAN!!” Aleeya memeluk tubuh Bunda yang limbung di kursi. Wajah Tari sangat pucat. Nafasnya pendek.Ammar langsung mengangkat tubuh Bunda ke mobil. Alif menyeti

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 78

    Ruangan tunggu rumah sakit sore itu begitu hening. Hanya terdengar suara detik jam dinding dan bisikan-bisikan halus dari perawat yang berlalu-lalang.Alif duduk dengan tangan terlipat di dada, wajahnya penuh tekanan. Ammar menatap kosong ke arah lantai, sementara Aleeya menggenggam tas kecilnya erat-erat, berusaha mengalihkan rasa gelisah yang nyaris meledak.Pintu ruangan dokter terbuka. Bunda keluar dengan wajah tenang, tapi matanya... tampak seperti baru saja berperang dalam lautan kenyataan yang menyakitkan.Aleeya langsung berdiri. “Bunda… gimana hasilnya?”Bunda menghela napas, matanya menatap anak-anaknya satu-satu. Ada senyum getir di sudut bibirnya. “Kita ngobrol di rumah aja, ya, Nak…”Dan itu cukup jadi pertanda.---MALAM ITU DI RUANG KELUARGATari duduk di kursi rotan kesayangannya. Lampu temaram membuat bayangan di wajahnya makin tajam, menyorotkan garis-garis letih yang selama ini disembunyikannya.Alif duduk di depannya, Ammar di sebelah kiri, Aleeya di kanan. Semuany

  • KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH    Season 3 bab 77

    Sudah seminggu lebih Tari terlihat sedikit berbeda. Bukan berarti ia mengeluh atau menunjukkan gejala yang mencolok—justru karena itulah anak-anaknya semakin merasa gelisah. Tari tetap tertawa, tetap memasak, tetap menyuapi cucu-cucunya, dan tetap mengucapkan doa dengan mata berbinar.Tapi... di balik semua itu, ada lelah yang tak biasa, ada senyum yang terlihat dipaksakan, dan yang paling menyakitkan, ada tatapan seolah sedang mengucapkan perpisahan diam-diam.Dan itu pertama kali dirasakan oleh Aleeya.Malam itu, Tari duduk di beranda rumah, memeluk cucunya yang baru tertidur di gendongannya. Langit cerah, tapi angin malam dingin menggigit.Aleeya menghampiri pelan, membawa selimut kecil.“Bun, ngapain di luar malam-malam gini?” tanyanya sambil menyampirkan selimut ke bahu Tari.Tari tersenyum. “Mau nyari tenang aja, Nak. Malam itu waktu yang enak buat bicara sama Allah.”Aleeya mengangguk. Tapi pandangannya tertahan di wajah ibunya yang pucat.“bun, akhir-akhir ini kok bunda keliha

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status