Share

2. Matanya Terbuka

Author: ReyNotes
last update Last Updated: 2025-07-15 15:36:06

Marissa dan beberapa orang langsung mendekati ranjang hidrolik. Matanya membulat sempurna. Marissa mengelus dada sang putra dengan tangan bergetar.

“Geo! Nak? Kamu sudah sadar?”

Geo tampak hanya memandang dengan tatapan kosong. Wajahnya pun tetap datar, seolah jiawanya tidak benar-benar ada di sana.

“Taylor!” panggil Marissa. “Cepat panggil dokter!”

Bianca melihat Taylor beranjak ke pojok ruangan dengan ponsel di telinga. Tak lama kemudian, Taylor kembali ke sisi Marissa.

“Dokter Rein akan segera datang.”

Mereka menunggu dengan risau. Geo masih membuka mata dengan sesekali menutup kelopaknya perlahan.

“Jangan-jangan Geo bangun karena mendengar kita menikahkannya dengan seorang wanita.” Atrick—ayah Geo menggumam pada istrinya.

“Apa Geo akan murka jika sadar ia dinikahkan dengan Bianca?” Marissa membalas pelan. Wajahnya tampak cemas.

Tidak ada komentar lagi dari Atrick. Kedua orang tua itu menatap putra mereka yang hanya mengedip-ngedipkan matanya pelan.

Dokter yang ditunggu akhirnya datang. Ia memeriksa kesehatan rutin, mengecek respon dan mengajak Geo berbincang.

Lalu, dokter menggeleng lemah. “Belum ada respon selain otot matanya. Tidak ada pengaruh sama sekali pada tingkat kesadaran. Meski, kita tetap harus bersyukur akhirnya ada sedikit perkembangan.”

Dokter mengusap mata Geo yang langsung menutup kembali. Satu per satu anggota keluarga yang tadi berkumpul mulai meninggalkan ruangan.

Bianca melirik Taylor yang sedang mengamati Geo. Entah apa yang ada di pikiran lelaki itu. Bianca menebak pasti bukan rencana yang baik.

“Kalau matanya terbuka lagi, tutup saja.” Taylor berbisik padanya, lalu keluar dari kamar tanpa menunggu jawaban dari Bianca.

Kini, Bianca hanya sendirian di ruangan bersama Geo. Perasaan aneh menyelimuti dirinya. Tetapi, ia segera menepis rasa itu dan pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian.

Gaun pengantinnya hanyalah terusan putih gading selutut dengan lengan pendek. Tanpa aksesoris dan rambut yang hanya disisir rapi. Tetap saja Bianca tidak nyaman dengan pakaian tersebut.

Keluar dari kamar mandi, Bianca melirik ranjang. Yakin lelaki di ranjang itu kembali tertidur, Bianca membaca buku di pojok ruangan.

Menjelang siang, pintu kamar diketuk dan dibuka. Bianca menatap seorang pelayan wanita bertubuh subur masuk dengan kereta dorong berisi makanan.

“Makan siang Anda, Nyonya Bianca,” ucap pelayan dengan ramah.

“Ini semua?” Bianca menatap heran pada berbagai hidangan lezat tersedia.

“Anda harus makan makanan bergizi tinggi karena akan melahirkan seorang penerus keluarga Willson.”

Setelah merapikan makanan di meja, pelayan keluar. Bianca duduk dan menatap makanan di depannya. Perlahan ia menyuapi dirinya dan memejamkan mata menikmati kelezatan makanan orang kaya.

Bianca Arsenio adalah yatim piatu, putri bungsu dari dua bersaudara. Kakak lelaki Bianca—Billy—adalah supir keluarga Willson yang membawa kendaraan bersama Geo. Mobil yang dikendarai Billy mengalami rem blong di jalanan bersalju hingga tergelincir dan jungkir balik.

Berita tentang kecelakaan tersebut sangat ramai kala itu. Tetapi, pengacara keluarga Willson dapat meredam berita itu hingga tidak berlarut-larut menjadi trending topic.

Hingga saat ini keadaan kakak Bianca tidak jauh berbeda dengan keadaan Geo. Mereka sama-sama hanya berbaring di ranjang.

Awalnya, keluarga Willson membiayai pengobatan Billy. Namun setelah enam bulan, Taylor mengatakan bahwa pihak asuransi perusahaan yang akan bertanggung jawab. Ternyata tidak semua biaya pengobatan didapat Billy.

Bianca harus bekerja keras menjadi pegawai di perusahaan yang dipimpin Taylor untuk membiayai rumah sakit sang kakak. Ia bahkan mengundurkan diri sebagai mahasiswi penerima beasiswa demi merawat Billy.

Sambil makan, Bianca melirik ponselnya yang berdenting satu. Ia membuka notifikasi dari mobile banking dan langsung tersedak makanan.

“Uhuk, uhuk!” Bianca menelan ludah melihat sejumlah uang besar telah ditransfer ke rekeningnya.

Beberapa detik kemudian, muncul pesan dari Taylor.

“Uang hadiah karena menikahi Geo sudah ditransfer. Sisanya akan kamu dapatkan setelah melahirkan keturunan Geo.”

Bianca mengerjap-ngerjapkan mata. Seumur hidup, belum pernah ia memiliki uang sebanyak lima ratus juta di rekeningnya.

Meski masih sangat murka pada Taylor, Bianca membalas pesan itu dengan kalimat singkat.

“Terima kasih.”

Terus- terang saja, ia tidak senang mendapat uang tersebut dengan cara seperti ini. Bianca mengembuskan napas beratnya sambil menatap saldo rekening yang ia miliki saat ini.

Paling tidak, sekarang Bianca dapat membiayai perawatan Billy di rumah sakit. Selama hampir satu tahun, Bianca memang memutuskan Billy tetap dirawat di rumah sakit khusus pasien lumpuh karena berbagai pertimbangan, seperti lebih cepat tertangani dan ada yang menjaga selama ia bekerja.

Dengan uang yang didapat, Bianca akan mendaftarkan sang kakak untuk mengikuti berbagai terapi agar otot sarafnya terstimulasi.

Bianca melirik ranjang hidrolik. Seandainya Geo bukan putra tunggal, mungkin keluarga Willson tidak akan mengangkat seorang putra lagi untuk membantu keluarga mengurus perusahaan mereka yang sangat banyak.

Taylor adalah anak satu-satunya dari sahabat Atrick. Orang tuanya meninggal karena wabah penyakit menular saat Taylor masih remaja.

Atrick dan Marissa akhirnya memutuskan mengangkat Taylor sebagai anak angkat mereka. Keduanya berpikir akan baik bagi Geo untuk memiliki seorang adik. Meski begitu, Geo dan Taylor tidak pernah bisa akrab karena sifat mereka bertolak belakang.

Pintu kamar kembali terbuka. Marissa masuk dan menatap meja, lalu mengangguk-angguk mengetahui Bianca telah makan.

“Mulai malam ini, kamu akan tidur bersama Geo. Jaga putraku baik-baik. Pahami segala kebutuhannya.”

Meski bingung, Bianca hanya bisa mengangguk.

Sungguh, ia sangat sungkan pada Marissa.

“Selain itu, kamu juga harus pandai merawat diri. Makan dengan gizi yang baik, minum vitamin, olahraga dan istirahat yang cukup.”

Marissa menjulurkan satu botol vitamin pada Bianca. “Ini vitamin herbal untuk menyehatkan kandungan. Sebelum inseminasi, kita harus menyiapkan dirimu lebih dulu.”

“Terima kasih.” Bianca mengangguk mengerti.

Marissa menatap Geo, lalu mengembuskan napas panjang. “Meski lemah, organ reproduksi Geo masih berfungsi. Setelah kamu siap, kita akan mengambil benih Geo dan menanamkannya di rahimmu.”

“Baik, Auntie.” Bianca kembali mengangguk.

Marissa menghampiri ranjang Geo. Tangannya mengelus lalu mencium dahi sang putra satu-satunya dengan mata berair. “Mama masih berharap kamu bangun, Geo.”

Sebelum keluar dari kamar, Marissa menatap Bianca kembali. “Uang hadiah pernikahanmu sebesar satu milyar sudah kami transfer. Kamu tidak perlu lagi bekerja di perusahaan Taylor. Mulai saat ini tugasmu hanya mendampingi putraku!”

Bianca tertegun menatap pintu yang ditutup Marissa.

“Satu milyar? Taylor keparat itu hanya memberiku lima ratus juta!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
M. Alif Iqkmal
kenapa dia tidak beri tahu kalau dia dapat lima ratus juta ..
goodnovel comment avatar
Yiming
bener2 minta dirujak nih si taylor
goodnovel comment avatar
Marlien Cute
Taylor brengsek, korupsi pula uang Bianca 1/2 nya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   254. Siapa Wanita Itu?

    “Kita tunggu Luna buang air besar. Kotorannya akan kita bawa ke laboratorium. Jika hasilnya bagus, Luna bisa rawat jalan saja.”Dokter pergi setelah Bianca dan Geo puas bertanya-tanya. Bianca mengusap sayang kepala Luna yang sudah sibuk mewarnai gambar. Sementara Geo langsung kembali bekerja online.“Geo, aku pinjam ponsel. Mau telepon Bil-Bil. Ponselku low batt." Bianca berkata sambil ke meja, mengisi daya ponselnya dan kembali ke sisi ranjang Luna.Geo mengangguk dan memberikan ponselnya. Bianca membuka ponsel tersebut dengan sidik jari. Begitu layar terbuka langsung terlihat foto seorang wanita cantik berambut hitam yang panjang.Bianca langsung memberengut. Ia mau protes tapi ada Luna di dekatnya. Sambil menahan rasa kesal, Bianca menelepon Billy.Selesai menelepon, Bianca mengembalikan ponsel dengan wajah memberengut. Karena sedang sibuk, Geo tidak memperhatikan istrinya sedang kesal. Ia hanya mengambil ponsel tanpa mengalihk

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   253. Hanya Memastikan

    “Jadi, itu anak-anakmu?”Elara menoleh sedikit dan mengangguk. “Iya, Uncle Edgard.”“Mereka tidak mirip denganmu atau Taylor,” dengus Edgard.Lelaki berumur senja dengan pakaian rapi itu mengamati Blue dan Grey dari jarak agak jauh.“Tapi, Taylor saat itu yakin sudah menukar benih Geo dengan benih kami."“Hmm... kenapa kamu tidak jadi menemani mereka?”Elara mengembuskan napas panjang. “Meskipun wajahku sudah dioperasi total, tetapi aku belum bisa berpura-pura di depan Taylor.”“Kamu sudah sangat berubah. Tidak mirip sama sekali dengan Selina. Kenapa harus takut? Justru ini saat yang tepat untuk tau apa operasimu berhasil mengelabui keluarga Willson.”Elara alias Selina terdiam. Ia mengamati Taylor yang menggendong anak kecil dengan penuh sayang. Ia jadi heran melihat Taylor tampak berubah.Biar bagaimanapun, antara dirinya dan Taylor pernah ada hubungan khusus. Ia yakin meski wajah dan rambutnya berubah, Taylor masih masih mengenali suara dan gerak-gerik tubuhnya.“Aku hanya ingin me

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   252. Ke Museum Lagi

    “Elara Nadyne. Asisten kurator museum, Tuan,” jawab Josh saat Geo bertanya pada asisten pribadinya.“Yang mana orangnya?”“Saya kirimkan sebentar. Ada di foto-foto saat Tuan Muda Blue dan Grey datang ke museum.” Josh segera mengirimkan foto Elara yang jelas.Foto wanita cantik berambut panjang yang tersenyum. Geo mengangguk-angguk lalu meminta Josh membalas email dari Elara tersebut.“Email itu dikirim dari email pribadi?” Josh mengerutkan kening. “Bagaimana Elara tau email pribadi, Tuan Geo?”“Kamu tidak memberitahunya?” Geo jadi ikut bingung.“Saya tidak pernah sembarangan memberi data pribadi Tuan.” Josh terdengar kesal. “Tuan tau itu.”“Iya, iya. Maaf, Josh.” Geo terkekeh mendengar nada protes Josh.“Saran saya, jangan dulu dibalas, Tuan. Biar saya selidiki dulu bagaimana Elara ini mendapatkan email Tuan Geo.”“Oke. Aku serahkan padamu.” Geo menutup komunikasinya.Di perusahaan, Josh bekerja dengan cekatan. Ia menelepon penyelenggara museum dan menanyakan tentang tiket gratis. Pan

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   251. Keturunan Siapa, sih?

    Beberapa jam kemudian.“Kak, ini Sky kenapa?” Taylor membalik kamera.Geo sempat tegang saat Taylor melakukan video call. Kini, terlihat di kamera wajah putra bungsu – Sky – yang sedang mematung. Wajahnya sedikit memberengut.“Kamu melarangnya sesuatu?” tanya Geo.“Umm... aku cuma bilang dia nggak boleh ke rumah sakit karena di sana tempat penyakit. Nanti bisa ketularan. Terus dia keras kepala mau lihat Luna. Aku tetap bilang nggak boleh.” Taylor menjelaskan.“Ya ituu.”“Apa?” Taylor menggeleng tak mengerti.“Kalau tidak dituruti kemauannya, Sky akan mematung. Memang begitu gaya terbarunya.”“Astagaa.” Taylor menepuk dahinya.“Itu masih mending. Mematungnya di ruang keluarga. Kemarin pernah di taman saat sedang panas. Terpaksa aku turuti.”“Terus? Ini gimana, aku bingung.”Geo terdiam sesa

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   250. Uncle Taylor Datang

    Josh mengangguk singkat. Ia tetap bersiaga menemani dan menjaga Blue dan Grey.Grey menunjuk lengan robot. “Kalau robotnya salah ambil apel, dia bisa minta maaf nggak?”Blue menoleh ke adiknya cepat. “Robot mana bisa malu, Grey.”Grey mendengus, merasa diserang. “Tapi kadang kamu juga salah ambil apel waktu di kebun Uncle Taylor!”“Aku bukan robot!”“Otaknya kaya robot!”Billy langsung batuk menahan tawa mendengar Blue dan Grey saling bersahutam.Elara membungkuk sedikit ke Grey. “Robot memang tidak punya perasaan. Tapi, Blue pasti punya perasaan bersalah memetik apel yang tidak untuk dipanen... di kebun siapa tadi?”“Uncle Taylor.”“Nah iya. Apalagi perkebunan yang memang sangat tertata.”Josh mengerutkan kening sedikit mendengar percakapan Elara dan si kembar tentang teknologi untuk bercocok tanam. Tapi kemudian teralihkan karena mereka telah berada di ruang panel satelit.“Kalau roket mau keluar dari Bumi, dia harus melewati troposfer dulu kan? Terus stratosfer. Tapi kalau roket ta

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   249. Tetap ke Museum

    Negosiasi Geo yang meminta Luna dirawat di mansion ditolak dokter. Hingga akhirnya, Geo mengajukan syarat untuk menyembunyikan identitas putri mereka dan meminta penjagaan ketat.Saat itu juga Luna di bawa ke ruang perawatan intensif VIP. Saat jarum suntik menusuk nadinya, anak kecil itu bahkan hanya meringis lemah. Luna benar-benar lemas dan langsung tertidur.Sesekali, Bianca mengusap ujung matanya yang berair. Tubuhnya ikut lemas melihat sang putri di ranjang hidrolik dengan piyama rumah sakit.“Sepertinya, malam ini kita gagal pergi ke museum, Blue.” Grey berbisik.Blue mengangguk. “Iya. Gak papa. Mommy dan Daddy pasti harus nungguin Luna.”“Kalau ada Kakek, kita pasti tetap bisa pergi.”“Iya. Atau ada Uncle Taylor.”Blue dan Grey diam di sofa memperhatikan orang tua mereka yang duduk di sisi ranjang Luna. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain menunggu, hingga akhirnya pintu ruang perawatan terbuka.Josh datang membawa tas besar. Geo langsung menyambut dan bicara sebentar di p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status