Share

KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA
KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA
Author: ReyNotes

1. Nikah Kilat

Author: ReyNotes
last update Last Updated: 2025-07-15 15:27:16

"Me-menikah dengan kakak angkatmu? Kamu gila?!" Terbata, Bianca menyuarakan keterkejutannya.

Bagaimana mungkin kekasihnya sendiri memintanya untuk menikahi kakaknya?

"Begini, Bi. Kamu tau sendiri kakak angkatku sudah hampir satu tahun ini koma. Keluargaku sangat khawatir suatu saat ia tidak bisa bertahan."

Bianca tetap tidak habis pikir dengan apa yang diucapkan kekasihnya—Taylor.

"Kenapa harus aku?" tanya gadis itu dengan suara menahan amarah.

"Keluarga memintaku mencari wanita baik-baik untuk melahirkan penerus kakakku itu. Kamu satu-satunya wanita yang kupercaya, Bi."

Lagi-lagi, Taylor memandang Bianca dengan tatapan memohon. Suaranya terdengar memelas dan putus asa.

Bianca balas menatap sang kekasih. Ia berusaha mencari-cari kebohongan di mata itu. Namun, sekali lagi, kepalanya menggeleng pelan.

"Kamu rela kekasihmu menikah dengan kakakmu? Kekasih macam apa kamu ini?" Bianca bertanya lirih, tapi suaranya terdengar kesal.

"Pernikahan ini hanya sebagai status semata, Bi. Kamu mengandung anak kakakku pun melalui inseminasi. Aku hanya berniat membantumu dan kakakku."

Taylor menghampiri Bianca. Mengusap pelan lengan atas sang kekasih dan berkata dengan lirih.

"Tolong pikirkan, ya? Kamu butuh uang banyak untuk pengobatan kakakmu yang sakit, bukan? Penawaran ini bisa menjadi jalan keluar dari masalahmu,” katanya sambil menatap Bianca lembut. “Aku pulang dulu.”

Bianca memandang punggung Taylor yang menjauh hingga sosok itu menghilang di balik pintu.

Dengan mata terpejam, Bianca menjatuhkan bokongnya di atas sofa. Udara di apartemen kecilnya ini jadi terasa semakin menyesakkan dada.

Tiga milyar untuk melahirkan keturunan pewaris keluarga bilioner di negara mereka. Tawaran yang datang saat ia benar-benar membutuhkan uang.

‘Hanya sampai kamu melahirkan anak pewaris itu. Setelahnya, kamu dan kakak angkatku bisa bercerai. dan kita menikah.’

Pernyataan Taylor terngiang kembali di telinga. Meski begitu, hatinya masih sangat bimbang. Menikahi kakak angkat dari kekasihnya sendiri masih terdengar tidak masuk akal baginya.

Tak ingin larut dalam bimbang, malam harinya Bianca memutuskan pergi ke apartemen Taylor. Ia harus tahu dengan detail bagaimana kontrak pernikahan ini, sekaligus ia ingin mengajukan beberapa syarat.

Bianca menekan password pintu apartemen Taylor. Ia masuk dan langsung mengerutkan kening saat melihat beberapa potongan pakaian bertebaran di lantai.

Kepalanya menoleh saat mendengar desahan dari kamar. Dengan jantung berdebar, Bianca mendekati pintu dan mengintip dari balik celahnya yang tidak tertutup rapat.

Sontak, Bianca menutup mulut. Jantungnya mencelos saat melihat Taylor seperti baru selesai bercinta dengan wanita yang dikenal Bianca sebagai sekretarisnya.

Baru akan melabrak kekasihnya, ia mendengar namanya disebut-sebut. Bianca berdiri mematung sambil menajamkan pendengaran.

"Kamu harus meyakinkan Bianca lagi untuk menikahi kakak angkatmu, Sayang."

"Ternyata wanita bodoh itu tidak tergiur oleh uang banyak." Taylor mendengus.

Bianca mengepalkan tangan erat. Wanita bodoh katanya?!

"Jangan-jangan dia memang sudah jatuh cinta betulan denganmu." Sekretaris Taylor itu terbahak-bahak. "Dasar wanita tolol."

Bianca mendengar nada jijik dalam suara Taylor saat berkata, "Masa bodoh dengan perasaannya. Yang jelas, aku tidak akan jatuh cinta pada gadis polos seperti dia. Kamu tau aku mendekatinya karena kecerdasannya yang bisa kumanfaatkan di kantor."

"Sekarang, mari kita manfaatkan rahimnya untuk melahirkan anak kita," sahut si sekretaris.

Bianca tidak bisa mempercayai telinganya sendiri.

Jadi ini ….

Inilah tujuan Taylor yang sebenarnya.

"Bayangkan. Jika anak kita lahir dan mereka mengira itu anak kakakku. Anak itu akan menjadi pewaris tunggal. Kita akan kaya raya!"

Gelak tawa kedua manusia jahaman itu mengiringi langkah Bianca keluar dari apartemen.

Selama ini ternyata Taylor telah menipunya. Bahkan kedua makhluk busuk itu berencana mengganti benih kakak angkat Taylor dengan benih mereka.

Bianca berjalan tak tentu arah. Ia hanya berputar-putar dengan otaknya yang bekerja cepat.

"Jangan menangis!" Bianca memperingati dirinya sendiri, meski hatinya luluh lantak dengan kenyataan yang baru saja menamparnya dengan keras.

Gadis itu dengan cepat mengusap kasar pipinya yang basah oleh air mata.

Setelah mengembuskan napas beratnya berkali-kali, Bianca mengangguk tegas.

"Oke, Taylor. Aku ikuti permainanmu sekarang!"

**

Bianca berdiri di samping ranjang hidrolik. Seorang lelaki berbaring dengan kulit pucat dan rambut yang panjangnya tidak lebih dari dua centimeter.

Geoff Hamlet Willson—pengusaha muda berusia pertengahan tiga puluhan itu adalah kakak angkat Taylor.

“Geo, ini calon istrimu. Kami akan menikahkanmu hari ini.”

Marissa—ibu Geo—seorang wanita yang masih terlihat cantik dan elegan di usianya yang senja mengelus kepala Geo.

Tentu saja tidak ada reaksi.

Bianca menatap wajah datar itu dengan rasa penasaran. Apa yang membuatnya betah koma berbulan-bulan? Padahal dokter mengatakan organ penunjang hidupnya telah berangsur pulih setelah mengalami kecelakaan fatal.

Bianca lalu melirik Taylor yang bicara dengan ibu angkatnya. Marissa terdengar mengucapkan terima kasih berkali-kali pada Taylor karena merelakan Bianca menikah dengan Geo.

“Aku rela, Ma. Aku juga ingin Kak Geo memiliki keturunan dari wanita baik-baik. Kak Geo juga selama ini mengenal Bianca sebagai wanita pekerja keras.”

Ingin rasanya Bianca muntah mendengar ucapan Taylor. Pintar sekali lelaki itu membual!

Marissa terlihat mengangguk. “Semoga saja proses inseminasi bayi Geo berjalan lancar, jadi kita memiliki pewaris darinya.”

Proses pernikahan berlangsung cepat. Marissa yang menyisipkan cincin emas polos di jari manis Bianca.

Tidak ada pesta ataupun ucapan selamat yang didapat Bianca. Ia hanya benar-benar sebagai alat resmi untuk mencetak bayi penerus marga keluarga bilioner.

Keluarga masih berbincang di ruangan setelah pernikahan. Bianca melirik lelaki yang telah menjadi suaminya. Ia mengerutkan kening saat melihat bola mata Geo yang tertutup terlihat bergerak-gerak.

“Umm... Auntie Marissa?”

Bukan hanya Marissa yang menoleh. Semua orang yang masih berada di ruangan menatap Bianca.

“Ada apa?” Marissa menjawab tanpa menghampiri Bianca.

“Pu-putra Anda ….” Bianca memandang Geoff dengan tatapan ngeri. “Putra Anda membuka matanya!”

ReyNotes

Haiii ... ReyReaders. Ketemu lagi di novel baru. Semoga suka ya. Terima kasih banyak buat yang masih lanjut baca buku-buku Rey. Aku terharuu. Semoga sehat-sehat selalu, dimudahkan dan dilancarkan segala urusan serta diberi kelapangan rezeki. Aamiin. Luv semuanya.

| 25
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Yiming
so sorry for bianca. but believe me, thor will upgrade your life at the end. hehe
goodnovel comment avatar
Rose Mustika Rini
dan mungkin dia bangun karena yg dinikahinya wanita yg dia suka kekasih adik angkatnya
goodnovel comment avatar
Rose Mustika Rini
sepertinya ceo ini pura2 masih koma udah dinikahin baru melek..dan sepertinya ada misi tersembunyi mungkin kecelakaannya itu direncanakan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   147. Malam Pertama

    Ballroom perlahan mulai lengang. Musik yang sejak tadi riang kini berganti menjadi iringan lembut, seolah menutup pesta megah yang baru saja berlangsung. Para tamu berjalan keluar dengan senyum puas, masing-masing menerima sebuah kotak mewah yang sudah ditata rapi di meja dekat pintu keluar.Kotak dalam balutan hitam matte dengan pita abu-abu mengilap. Di dalamnya ada satu set aromaterapi edisi khusus dari Richmont Fragrance, perusahaan wewangian terkenal dunia, lengkap dengan minyak esensial beraroma romantis. Tidak hanya itu, di sudut kotak terletak sebuah diffuser kecil berlapis emas—produksi terbatas dari Gold Dy yang merupakan perusahaan perhiasan kekinian dan memiliki cabang di beberapa negara besar.Seorang tamu berbisik kagum pada istrinya saat berjalan menuju lobi, “Souvenirnya luar biasa. Rasanya ini bukan sekadar hadiah, tapi karya seni.”Komentar itu menggambarkan kesan yang sama yang dirasakan semua tamu. Pesta ini bukan hanya megah, tetapi juga penuh perhatian pada det

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   146. Sempurna

    Setelah prosesi sakral selesai, suasana ballroom berubah menjadi lebih santai. Musik lembut mengalun, para pelayan sibuk menghidangkan hidangan pembuka di meja-meja bundar yang dihiasi bunga putih-biru elegan. Para tamu, satu per satu, mulai menghampiri Geo dan Bianca untuk mengucapkan selamat.Ketua dan pengurus RT di komplek perumahan tempat Bianca tinggal, menjadi yang pertama mendekat. Pria paruh baya itu tersenyum lebar sambil menyalami Geo.“Selamat ya, Pak Geo, Bu Bianca. Kami baru tau kisah kalian sebegitu harunya.”“Persis film drama, ya.”“Syukurlah kalian bisa bersatu kembali.”Bianca membalas dengan senyum penuh rasa hormat. “Terima kasih banyak, bapak-bapak dan Ibu-Ibu.”Setelah itu, kepala sekolah Blue dan Grey, ditemani beberapa guru, ikut maju. Sang kepala sekolah menyalami keduanya dengan hangat. “Selamat atas pernikahannya, Bu Bianca, Pak Geo. Kami benar-benar turut merasakan kebahagiaan yang ditularkan Blue dan Grey.”Geo mengangguk penuh kebanggaan, matanya melir

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   146. Sempurna

    Setelah prosesi sakral selesai, suasana ballroom berubah menjadi lebih santai. Musik lembut mengalun, para pelayan sibuk menghidangkan hidangan pembuka di meja-meja bundar yang dihiasi bunga putih-biru elegan.Para tamu, satu per satu, mulai menghampiri Geo dan Bianca untuk mengucapkan selamat.Ketua dan pengurus RT di komplek perumahan tempat Bianca tinggal, menjadi yang pertama mendekat. Pria paruh baya itu tersenyum lebar sambil menyalami Geo.“Selamat ya, Pak Geo, Bu Bianca. Kami baru tau kisah kalian sebegitu harunya.”“Persis film drama, ya.”“Syukurlah kalian bisa bersatu kembali.”Bianca membalas dengan senyum penuh rasa hormat. “Terima kasih banyak, bapak-bapak dan Ibu-Ibu.”Setelah itu, kepala sekolah Blue dan Grey, ditemani beberapa guru, ikut maju. Sang kepala sekolah menyalami keduanya dengan hangat.“Selamat atas pernikahannya, Bu Bianca, Pak Geo. K

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   145. Moment Bahagia

    Geo maju selangkah, menundukkan kepala hormat pada Billy. Ia melirik Bianca, lalu menoleh pada calon kakak iparnya. “Billy,” suaranya bergetar, namun mantap. “Aku tahu aku bukan pria sempurna. Aku pernah membuat banyak kesalahan… terutama pada keluargamu.”Bianca menatap Geo, matanya melembut, tapi Geo tetap memandang Billy dengan tekad.“Tapi hari ini, di hadapanmu… di hadapan semua orang yang kami cintai… aku berjanji.” Nafasnya terdengar berat, seolah menahan emosi yang menyesak di dada.“Aku berjanji akan menjaga Bianca dengan segenap hidupku. Aku akan membuatnya tersenyum, bahkan ketika dunia tidak berpihak. Aku akan berdiri di sampingnya—dalam senang, dalam susah, sampai napas terakhirku.”Suara Geo sempat tersendat. Jemarinya mengepal, berusaha menahan getaran di tubuhnya. Tamu-tamu terdiam, larut dalam ketulusan yang mengalir begitu nyata dari setiap kata.Bahkan musik latar yang lembut pun terasa seakan ikut berhenti memberi ruang pada janji itu.Billy menarik napas panjang.

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   144. Wedding Day

    Pagi itu hotel bintang lima yang dipilih keluarga Geo telah bertransformasi menjadi istana modern. Bianca tiba bersama Billy, Winda, dan si kembar. Begitu langkahnya sampai di lobby, ia tak kuasa menahan decak kagum.Ballroom besar yang pintunya terbuka memperlihatkan kemegahan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Langit-langit tinggi dihiasi lampu kristal yang memantulkan cahaya putih lembut ke permukaan marmer mengilap. Warna dominan putih memberi kesan bersih dan megah, sementara detail biru dan abu-abu membuat ruangan itu anggun sekaligus menenangkan.“Mommy, lihat! Ada bunga biru!” Grey berlari kecil ke arah pintu ballroom, menunjuk rangkaian hydrangea biru muda yang disusun memanjang di dinding.Bianca tersenyum, menggenggam tangannya. “Iya, sayang. Cantik sekali, ya? Seperti di negeri dongeng.”Blue yang ikut mengamati menambahkan polos, “Seperti Frozen. Tapi ini untuk mommy dan daddy.”Billy menepuk pundak adiknya, menahan tawa kecil. “Kamu benar-benar beruntung, Bi. Jara

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   143. Sedikit Lega

    Begitu kabar bahwa Marissa dilarikan ke rumah sakit terdengar, Bianca langsung panik. Ia bahkan tidak sempat menanyakan detail pada Atrick yang menelpon. Dengan tergesa, ia mengajak Blue, Grey, dan Billy ikut bersamanya. semua bergegas bersiap-siap ke rumah sakit dengan wajah cemas.“Jaga Bianca. Sebenarnya, tidak baik bagi calon pengantin keluar malam-malam begini.” Windy berbisik pada Billy.Billy mengangguk. Ia mencium kepala Narren dan segera berpamitan.Sepanjang perjalanan, Bianca menggenggam erat tangan kedua putranya. Mobil terasa terlalu lambat meski supir melaju cukup cepat. Blue menatap wajah mommy-nya yang tegang, sedangkan Grey berulang kali menarik lengan baju Bianca.“Mommy, Grandma Marissa nggak apa-apa kan?” tanya Grey, suaranya nyaris pecah.Bianca mencoba tersenyum meski hatinya bergemuruh. “Grandma orang kuat, sayang. Kita doakan supaya beliau cepat pulih, ya.” Ia meremas tangan kecil mereka, berharap ketenangan yang ia pura-purakan bisa menular.Setibanya di ruma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status