Share

49. Mengajak Liburan

Author: ReyNotes
last update Last Updated: 2025-08-23 19:48:46

Setelah perbincangan dengan Marissa, Geo kembali ke kamarnya dengan membawa laptop. Malam itu layar laptop Geo masih menyala, menampilkan tab kerja berisi laporan dari Blue and Grey Consultant.

Ia baru saja menerima email balasan dari konsultan yang selama beberapa minggu ini jadi rekan diskusinya.

Geo: “Saya sudah cek kembali detail laporan keuangan minggu ini. Rapi sekali. Bahkan saya tidak menemukan celah untuk protes.”

Bianca (Blue & Grey): “Syukurlah kalau memuaskan. Tapi jangan lupa, laporan keuangan sebagus apa pun percuma kalau pemiliknya lupa istirahat. Tadi Anda balas pesan saya jam tiga pagi.”

Geo tersenyum kecil. Ia mengetik dengan cepat.

Geo: “Kebiasaan lama. Kadang ide justru muncul di jam segitu.”

Bianca: “Hati-hati. Ide yang bagus bisa rusak kalau tubuhnya drop. Tidak ada salahnya tidur cukup.”

Geo terdiam sejenak, lalu mengetik lagi.

Geo: “Baiklah, saya akan coba. Tapi jangan kaget kalau nanti ada balasan email dini hari. Itu seni seorang pebisnis.”

Bianca: “Kalau beg
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
au nom de lalun
ayo pergi liburan biar tenang Bil Bil, jangan overthinking mulu, ntar kamu sakit lagi lho
goodnovel comment avatar
rifdanafisha
semangat up 5bab per hari thor.. klo perlu 10 Bab wkwkwk
goodnovel comment avatar
Nurliana Ali
lanjut lg Thor sukaaa banget
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   96. Tanda Jadi

    Sore hari, Bianca mengajak Blue, Grey, Billy dan Windy kembali melihat-lihat rumah yang ditawarkan Geo. Sales ramah itu tampak senang melihat Bianca kembali.“Waah anak kembar yang tampan. Ini yang bersekolah di sekolah internasional?” Sales itu membungkuk dan bicara pada Blue dan Grey.Seperti biasa, Grey yang selalu menjadi juru bicara. “Iya. Aku Grey dan ini kakak kembarku, Blue. Om bisa lihat dari mata kami kalau bingung membedakan kami.”Sales tersebut menatap mata Blue dan Grey bergantian lalu mengangguk. “Baik, Om mengerti.”Lalu, sales itu menatap Bianca. “Wah, senang sekali Nyonya datang kembali! Dan kali ini bersama keluarga, ya?”Bianca hanya tersenyum sopan. “Anak-anak ingin lihat rumahnya. Saya pikir tidak ada salahnya datang lagi.”Grey langsung menggenggam tangan Blue, matanya berbinar. “Kak, ayo! Katanya ada taman di belakang rumah!”Sales yang mendengar terkekeh. “Baiklah. Tanpa menunggu lama, ayo kita touring house.”Blue dan Grey segera mengikuti sales tersebut. Sel

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   95. Sedang Dipikirkan

    Selesai berkeliling rumah contoh, Geo dan Bianca pamit pada sales ramah tersebut.Mereka keluar dari rumah contoh dengan langkah pelan. Sales marketing masih tersenyum ramah sambil menyerahkan brosur.“Silakan dipikirkan, Tuan, Nyonya. Kami siap membantu jika ada pertanyaan lebih lanjut.”“Terima kasih.” Bianca membalas santun.“Sama-sama, Nyonya. Tapi, mohon maaf, kami butuh jawaban secepatnya karena unit yang ditawarkan cepat sekali terjual.”Bianca tersenyum mendengar kata-kata pamungkas seorang sales.Geo menerima brosur itu tanpa banyak bicara. Begitu mereka kembali ke mobil, suasana di antara mereka masih terasa canggung. Hening, hanya terdengar suara musik pelan dari radio mobil.Bianca akhirnya bersuara, nada suaranya pelan tapi tegas.“Aku akan memikirkan tawaranmu, Geo. Tapi jangan berharap aku mengambil keputusan sekarang. Aku tidak bisa begitu saja menerima sesuatu yang terlalu besar darimu.”Geo menoleh, menatap Bianca dalam-dalam.“Aku tidak pernah berharap jawaban cepat

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   94. Sebelum Ke Kafe

    Bianca buru-buru meralat. “Kalau Mommy ngobrol sama lelaki, bukan berarti pacaran, Grey!”“Oh.” Kepala Grey mengangguk-angguk. “Soalnya kata ibu-ibu teman Grey, nggak papa Mommy pacaran sama Mr. Rafael. Kan Mommy single.”Entah seberapa merah wajah Bianca saat ini mendengar ucapan Grey.Sementara Geo hanya diam, tanpa mau berkomentar apa pun. Takut salah bicara. Tetapi, hatinya kembali panas membara.Setelah mengantar Blue dan Grey, Geo meminta supir mengantar mereka ke kafe. Bukan kafe yang biasa Bianca datangi saat menunggu Blue dan Grey sekolah.Geo mengantisiapasi agar mereka tidak bertemu Rafael hingga memilih kafe lain yang lebih eksklusif.“Di dekat sekolah sini, ada perumahan. Anak-anak yang tinggal di sana bisa naik sepeda ke sekolah dan diawasi oleh petugas.” Geo menunjuk sebuah pagar tanaman sepanjang jalan.Bianca mengamati melalui sisi jendelanya. Karena pagar tanaman itu rapat, ia tidak bisa melihat secara jelas pemandangan di dalam perumahan.“Sebelum ke kafe, kamu mau

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   93. Mau Pacaran?

    Pertanyaan itu menggantung berat di udara. Geo terdiam lama. Jemarinya meremas pelan lututnya sendiri, napasnya terdengar dalam dan berat.Seolah setiap kata yang ingin keluar harus ia pertimbangkan matang-matang.Akhirnya, ia menatap Billy dan berkata jujur.“Aku… belum tahu harus menyebutnya apa, Billy. Aku bahkan tidak yakin pantas lagi bicara soal hubungan dengan Bianca.”Geo menarik napas panjang, menunduk sebentar, lalu melanjutkan.“Yang kutahu, aku ingin ada di sekitar mereka. Aku ingin belajar jadi ayah yang benar buat Blue dan Grey. Sejak awal, mereka tidak pernah salah.”“Soal Bianca… aku tidak mau memaksa. Aku sadar, aku terlalu sering melukai. Jadi sekarang, tugasku cuma satu: menebus semua salahku, sedikit demi sedikit. Kalau nanti waktunya tiba… biarlah Bianca sendiri yang menentukan… aku ini siapa di hidupnya.”Suasana mendadak hening. Pernyataan Geo membuat Billy terdiam.Billy menghela napas panjang. Ada rasa lega, tapi juga sesak yang menyeruak di dadanya.Lalu, sepe

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   92. Bahan Lelucon

    “Iya, ketawa saja.” Geo mendengus geli.Billy terkekeh dan menepuk bahu Geo. “Terima kasih atas bantuannya.”Setelah hampir satu jam bekerja sama, dapur akhirnya kembali rapi. Bau sabun pembersih memenuhi ruangan, berganti dari aroma ketegangan menjadi rasa lega.Geo mengelap keringat di dahinya, Billy menjatuhkan diri ke kursi dengan napas panjang, sementara Bianca membuka lemari dan mengeluarkan beberapa bahan makanan sederhana.Bianca tersenyum kecil dan mendesah. “Aku rasa kita hanya dapat makan malam darurat. Tidak ada yang mewah… cuma mie instan, telur, dan sedikit sayur.”Billy menepuk meja. “Perfect! Setelah berperang lawan tikus, mie instan pun jadi hidangan kemenangan.”Grey berseru antusias. “Yeay, makan mie instan bersama!”Dengan senyum manis, Blue juga menenangkan sang Mommy. “Aku bantu ya, Mom. Asal jangan ada tikus lagi. Aku sudah mual tadi.”Mereka semua tertawa, bahkan Bianca tak bisa menahan senyum melihat komentar yang kaku namun lucu.Geo tanpa banyak bicara memba

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   91. Ada Apa?

    Seekor tikus abu-abu melesat keluar. Bianca langsung pucat, jantungnya terasa melompat ke tenggorokan.Dengan gemetaran, Bianca berteriak. “A-aaaa! Tikuuus!”Ia menjatuhkan piring bersih yang baru saja ditaruh, lalu buru-buru lari ke kamar. Pintu dikunci rapat. Tangannya bergetar saat meraih ponsel. Pilihan pertama tentu Billy.Namun… panggilannya hanya berdering. Kakaknya itu pasti sedang sibuk dengan pasien dan tak bisa menjawab.Panik, Bianca mencari nama lain di daftar kontak. Entah kenapa jari-jarinya malah berhenti di nama Rafael.Gugup, Bianca langsung berseru saat mendengar suara Rafael. “Raf… tolong aku… ada tikus di dapur.”Rafael terdiam sebentar, lalu meledak tawa. “Tikus? Hanya itu? Bianca, kamu kan si jenius matematika, berani hadapi angka ratusan ribu… tapi tikus?!”Wajah Bianca memerah karena kesal.Bianca. “Jangan tertawa! Aku serius. Aku benci binatang itu… dia menjijikkan!”Rafael masih tertawa sampai matanya berair. Suaranya yang hangat bercampur geli membuat Bianca

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status