Share

7. Kamu Bisa Jalan?

Author: ReyNotes
last update Last Updated: 2025-08-01 16:07:06

Bianca kembali menatap layar tablet. Tanda tangan dan tulisan tangan di lembar peminjaman memang milik Billy.

Tetap saja Bianca menggeleng tak percaya.

"Kenapa perusahaan membolehkan kakakku meminjam uang sebanyak ini? Aku tidak percaya. Data bisa direkayasa, bukan?"

"Kakakmu meminjam secara berkala." Geo menjawab santai. "Jumlah itu total peminjamannya."

"Tapi, kenapa dikasih??" Bianca masih berusaha menyangkal.

"Aku hanya menerima laporan."

Setiap kali Bianca bertanya, Geo hanya menjawab singkat. Tidak tau. Bianca jadi semakin kesal.

"Kakakku pinjam satu milyar dan kamu sebagai CEO perusahaan nggak tau? Gimana, sih?"

Bianca menatap Geo yang memicing padanya. Sepertinya lelaki itu juga mulai kesal.

"Tanya sendiri pada Billy."

"Oke. Aku pergi sekarang."

Bianca membalik tubuh dan segera pergi. Namun belum ada lima menit, wanita itu masuk kembali dengan wajah memberengut.

"Sekuriti bilang aku tidak boleh keluar dari mansion ini."

"Betul."

"Kamu mau mengurungku di sini?"

"Kamu sendiri yang mengurung dirimu sendiri di sini dengan menikah denganku."

Dengan napas memburu cepat, Bianca terdiam. Ia teringat ucapan Madam Ana bahwa sebenarnya ia memang tidak diperkenankan pergi dari tempat mewah ini.

"Sial!"

"Beraninya kamu mengumpat padaku!" Geo meninggikan nada suaranya.

"Aku mengumpat diriku sendiri." Bianca membalas dengan penuh emosi.

Hening sejenak. Otak cerdas Bianca berpikir cepat. Meski ragu, sepertinya ia harus mengubah rencana.

"Aku akan bayar hutang Kak Billy jika sudah mendapat bayaran dari kontrak pernikahan ini."

Tidak ada jawaban dari Geo. Lelaki itu hanya memandang keluar jendela dengan tatapan datar.

Jika sudah begitu, tidak ada lagi yang bisa Bianca lakukan. Geo pasti lebih betah menatap ke luar jendela dibanding bicara dengannya.

Dengan langkah gontai, Bianca melangkah ke pojok ruangan. Lebih baik mengalihkan masalah dengan belerja.

Bianca duduk di ranjangnya dan mulai membuka laptop yang diberikan Taylor untuk bekerja.

"Aku mau mandi."

Suara Geo mengagetkan Bianca yang sedang serius membalas email.

"Tunggu," sahut Bianca.

"Sekarang!"

Dengan embusan napas panjang, Bianca meninggalkan laptopnya. Tanpa bicara, ia mempersiapkan perlengkapan mandi dan mulai membuka pakaian Geo.

Meski masih kesal, Bianca membasuh tubuh Geo dengan pelan dan hati-hati. Saat akan membasuh bagian bawah, Bianca memekik kaget.

"Arrgghh." Spontan, Bianca menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.

"Apa, sih? Berisik!" Geo yang terkejut karena jeritan Bianca mengomel.

"Itu ... apa yang menonjol?" Bianca mengintip lalu segera memejamkan mata kembali.

"Wajar, kan? Aku lelaki normal." Geo berkata santai.

Bianca malah malu melihatnya. Kemarin-kemarin, organ reproduksi lelaki itu tidak pernah menegak saat ia memandikannya.

"Aku ... Aku nggak mau basuh itu."

"Lalu? Siapa yang akan melakukannya?"

"Turunkan dulu," pinta Bianca dengan risih.

"Nanti dia turun sendiri."

Akhirnya Bianca mengalihkan perhatian dengan membasuh bagian kaki Geo lebih dulu. Ia berharap setelah ini bagian pangkal paha Geo sudah tidak menonjol lagi.

"Naikkan ranjang bagian atas," titah Geo.

Bianca menurut. Ternyata Geo sudah mulai bisa menggerakkan tubuhnya.

"Bopong aku ke kamar mandi. Aku mau pipis."

"Hah? Memangnya kamu bisa jalan?" Bianca melongo sejenak mendengar permintaan Geo.

Geo tidak menjawab. Bianca mengamati lelaki itu berpegangan pada tepi ranjang lalu menurunkan kaki-kakinya.

Kemudian, Geo melingkari lengan di bahu Bianca dan mulai berdiri. Bianca harus menahan diri untuk tidak menatap bagian bawah tubuh Geo.

Tetapi, tentu saja sulit. Ia harus membimbing langkah Geo yang menyeret kaki-kakinya ke kamar mandi.

Bianca bernapas lega saat Geo memintanya keluar dan membiarkannya di kamar mandi sendiri.

"Eh, tapi memang Geo bisa mengurus dirinya sendiri, ya?" Bianca bertanya-tanya dalam hati tetapi ia enggan untuk masuk ke kamar mandi.

Saat ragu-ragu untuk membantu, Bianca mendengar Geo berteriak memanggilnya.

"Bi!Bianca!"

"Iya."

"Aku sudah selesai. Berikan celana boxerku!"

Bianca mengangguk dan segera memberikan apa yang Geo minta. Dengan mata kepalanya sendiri, Bianca melihat Geo berusaha memakai celana dalamnya.

"Oke." Geo tampak puas saat ia berhasil. "Sekarang, bantu aku kembali ke ranjang."

Bianca mendekati Geo. Ia menunduk sedikit agar lelaki itu bisa melingkari lengan di bahunya.

Perlahan, Geo duduk di tepi ranjang. Bianca membantu mengangkat kaki-kaki Geo hingga lelaki itu berbaring kembali.

"Kamu belum pakai baju."

"Tidak perlu." Geo menggeleng. "Selimut ini sudah cukup menutupi tubuhku."

Bianca mengangguk lalu membenahi selimut. Ia juga meletakkan tablet di sisi ranjang agar Geo mudah meraihnya.

"Ada lagi yang mau aku bantu?" Basa-basi, Bianca bertanya.

"Iya. Matikan lampu dan tutup tirai. Aku mau tidur."

"Sinar matahari pagi bagus untuk .... "

"Matikan lampu dan tutup tirai!" Geo mengulangi perintahnya dengan nada lebih tinggi.

"Huhftt." Bianca mengembuskan napas kasar lalu menuruti permintaan Geo.

Sekarang kamar jadi gelap. Bagaimana ia bisa bekerja dalam keadaan begini?

Ketika Bianca melihat Geo sudah tertidur, perlahan ia keluar dengan membawa laptopnya. Bianca duduk di lantai di depan pintu kamar Geo.

Tak terasa hampir dua jam berlalu. Bianca meregangkan kedua tangannya ke atas. Lalu memekik tertahan saat melihat seorang lelaki menatapnya.

"Apa yang kamu lakukan di sini?!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Yiming
siapa yg ngomong itu? akhh nunggu lg buat update.
goodnovel comment avatar
ReyNotes
kakk ... makasii gem pertamanya. luv ......
goodnovel comment avatar
au nom de lalun
capa tuh???
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   147. Malam Pertama

    Ballroom perlahan mulai lengang. Musik yang sejak tadi riang kini berganti menjadi iringan lembut, seolah menutup pesta megah yang baru saja berlangsung. Para tamu berjalan keluar dengan senyum puas, masing-masing menerima sebuah kotak mewah yang sudah ditata rapi di meja dekat pintu keluar.Kotak dalam balutan hitam matte dengan pita abu-abu mengilap. Di dalamnya ada satu set aromaterapi edisi khusus dari Richmont Fragrance, perusahaan wewangian terkenal dunia, lengkap dengan minyak esensial beraroma romantis. Tidak hanya itu, di sudut kotak terletak sebuah diffuser kecil berlapis emas—produksi terbatas dari Gold Dy yang merupakan perusahaan perhiasan kekinian dan memiliki cabang di beberapa negara besar.Seorang tamu berbisik kagum pada istrinya saat berjalan menuju lobi, “Souvenirnya luar biasa. Rasanya ini bukan sekadar hadiah, tapi karya seni.”Komentar itu menggambarkan kesan yang sama yang dirasakan semua tamu. Pesta ini bukan hanya megah, tetapi juga penuh perhatian pada det

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   146. Sempurna

    Setelah prosesi sakral selesai, suasana ballroom berubah menjadi lebih santai. Musik lembut mengalun, para pelayan sibuk menghidangkan hidangan pembuka di meja-meja bundar yang dihiasi bunga putih-biru elegan. Para tamu, satu per satu, mulai menghampiri Geo dan Bianca untuk mengucapkan selamat.Ketua dan pengurus RT di komplek perumahan tempat Bianca tinggal, menjadi yang pertama mendekat. Pria paruh baya itu tersenyum lebar sambil menyalami Geo.“Selamat ya, Pak Geo, Bu Bianca. Kami baru tau kisah kalian sebegitu harunya.”“Persis film drama, ya.”“Syukurlah kalian bisa bersatu kembali.”Bianca membalas dengan senyum penuh rasa hormat. “Terima kasih banyak, bapak-bapak dan Ibu-Ibu.”Setelah itu, kepala sekolah Blue dan Grey, ditemani beberapa guru, ikut maju. Sang kepala sekolah menyalami keduanya dengan hangat. “Selamat atas pernikahannya, Bu Bianca, Pak Geo. Kami benar-benar turut merasakan kebahagiaan yang ditularkan Blue dan Grey.”Geo mengangguk penuh kebanggaan, matanya melir

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   146. Sempurna

    Setelah prosesi sakral selesai, suasana ballroom berubah menjadi lebih santai. Musik lembut mengalun, para pelayan sibuk menghidangkan hidangan pembuka di meja-meja bundar yang dihiasi bunga putih-biru elegan.Para tamu, satu per satu, mulai menghampiri Geo dan Bianca untuk mengucapkan selamat.Ketua dan pengurus RT di komplek perumahan tempat Bianca tinggal, menjadi yang pertama mendekat. Pria paruh baya itu tersenyum lebar sambil menyalami Geo.“Selamat ya, Pak Geo, Bu Bianca. Kami baru tau kisah kalian sebegitu harunya.”“Persis film drama, ya.”“Syukurlah kalian bisa bersatu kembali.”Bianca membalas dengan senyum penuh rasa hormat. “Terima kasih banyak, bapak-bapak dan Ibu-Ibu.”Setelah itu, kepala sekolah Blue dan Grey, ditemani beberapa guru, ikut maju. Sang kepala sekolah menyalami keduanya dengan hangat.“Selamat atas pernikahannya, Bu Bianca, Pak Geo. K

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   145. Moment Bahagia

    Geo maju selangkah, menundukkan kepala hormat pada Billy. Ia melirik Bianca, lalu menoleh pada calon kakak iparnya. “Billy,” suaranya bergetar, namun mantap. “Aku tahu aku bukan pria sempurna. Aku pernah membuat banyak kesalahan… terutama pada keluargamu.”Bianca menatap Geo, matanya melembut, tapi Geo tetap memandang Billy dengan tekad.“Tapi hari ini, di hadapanmu… di hadapan semua orang yang kami cintai… aku berjanji.” Nafasnya terdengar berat, seolah menahan emosi yang menyesak di dada.“Aku berjanji akan menjaga Bianca dengan segenap hidupku. Aku akan membuatnya tersenyum, bahkan ketika dunia tidak berpihak. Aku akan berdiri di sampingnya—dalam senang, dalam susah, sampai napas terakhirku.”Suara Geo sempat tersendat. Jemarinya mengepal, berusaha menahan getaran di tubuhnya. Tamu-tamu terdiam, larut dalam ketulusan yang mengalir begitu nyata dari setiap kata.Bahkan musik latar yang lembut pun terasa seakan ikut berhenti memberi ruang pada janji itu.Billy menarik napas panjang.

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   144. Wedding Day

    Pagi itu hotel bintang lima yang dipilih keluarga Geo telah bertransformasi menjadi istana modern. Bianca tiba bersama Billy, Winda, dan si kembar. Begitu langkahnya sampai di lobby, ia tak kuasa menahan decak kagum.Ballroom besar yang pintunya terbuka memperlihatkan kemegahan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Langit-langit tinggi dihiasi lampu kristal yang memantulkan cahaya putih lembut ke permukaan marmer mengilap. Warna dominan putih memberi kesan bersih dan megah, sementara detail biru dan abu-abu membuat ruangan itu anggun sekaligus menenangkan.“Mommy, lihat! Ada bunga biru!” Grey berlari kecil ke arah pintu ballroom, menunjuk rangkaian hydrangea biru muda yang disusun memanjang di dinding.Bianca tersenyum, menggenggam tangannya. “Iya, sayang. Cantik sekali, ya? Seperti di negeri dongeng.”Blue yang ikut mengamati menambahkan polos, “Seperti Frozen. Tapi ini untuk mommy dan daddy.”Billy menepuk pundak adiknya, menahan tawa kecil. “Kamu benar-benar beruntung, Bi. Jara

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   143. Sedikit Lega

    Begitu kabar bahwa Marissa dilarikan ke rumah sakit terdengar, Bianca langsung panik. Ia bahkan tidak sempat menanyakan detail pada Atrick yang menelpon. Dengan tergesa, ia mengajak Blue, Grey, dan Billy ikut bersamanya. semua bergegas bersiap-siap ke rumah sakit dengan wajah cemas.“Jaga Bianca. Sebenarnya, tidak baik bagi calon pengantin keluar malam-malam begini.” Windy berbisik pada Billy.Billy mengangguk. Ia mencium kepala Narren dan segera berpamitan.Sepanjang perjalanan, Bianca menggenggam erat tangan kedua putranya. Mobil terasa terlalu lambat meski supir melaju cukup cepat. Blue menatap wajah mommy-nya yang tegang, sedangkan Grey berulang kali menarik lengan baju Bianca.“Mommy, Grandma Marissa nggak apa-apa kan?” tanya Grey, suaranya nyaris pecah.Bianca mencoba tersenyum meski hatinya bergemuruh. “Grandma orang kuat, sayang. Kita doakan supaya beliau cepat pulih, ya.” Ia meremas tangan kecil mereka, berharap ketenangan yang ia pura-purakan bisa menular.Setibanya di ruma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status