Share

6. Hutang sang Kakak

Author: ReyNotes
last update Last Updated: 2025-07-15 15:51:13

Bianca mengerjapkan mata mendengar pertanyaan Geo. Netranya berputar ke sekitar ruangan. Apa ia tidak salah dengar? Apa benar Geo yang bicara dengannya barusan?

“Kamu – Kamu bicara denganku?” terbata, Bianca menatap Geo dengan wajah tegang. “Sejak kapan kamu bisa bicara?”

“A ... Aku tidak perlu menjelaskan apa pun padamu.” Masih dengan ekspresi masamnya, Geo lantas mendengus kasar. “Ke – Kenapa menikah denganku? Mau uang?”

“Uang?” ulang Bianca.

Belum hilang keterkejutan Bianca karena mendengar Geo bicara, sekarang ia lebih terkejut lagi mendengar tuduhan Geo.

Boro-boro bertanya bagaimana Geo bisa bicara, Bianca kini malah panjang lebar menjelaskan bahwa ia hanya bermaksud membantu keluarga Willson.

“Aku tidak per ... caya padamu.”

Pernyataan Geo membuat Bianca melorotkan bahu. Ia sangat ingin bercerita tentang kebusukan Taylor yang berniat menipu keluarga Willson. Tetapi, ia masih perlu mengumpulkan banyak bukti.

“Terserah. Tapi, semua sudah terlanjur. Orang tuamu sudah menikahkan kita dan akan tetap menjalankan rencana untuk memberimu keturunan.”

“Aku ... tidak sudi ... punya anak denganmu!”

Mendengar pernyataan Geo, seketika timbul juga rasa kesal di hati Bianca. Jangankan Geo, ia juga terpaksa melakukan semua ini.

“Bilang sendiri pada orang tuamu!”

Geo tidak berkomentar lagi. Lelaki itu menutup komunikasi dengan kembali memejamkan mata.

Berbagai pertanyaan bersarang di kepala Bianca. Bagaimana mungkin Geo benar-benar bisa memulihkan dirinya sendiri?

Bianca menggeleng samar. Pasti Geo mendapat bantuan. Entah dari siapa.

Penasaran, Bianca mencoba menghubungi Madam Ana. Dahinya berkerut dalam saat nomer telepon yang ia tekan ternyata salah.

“Tidak mungkin aku salah nomer." Bianca menatap heran layar ponselnya.

Mata Bianca melirik Geo yang benar-benar telah tertidur. Ia bahkan dapat mendengar suara dengkuran pelan.

“Benar-benar misterius,” gumam Bianca.

Bahkan semalaman, Bianca tidak dapat tidur nyenyak. Ia terbangun beberapa kali dan mengecek keadaan Geo. Hingga Bianca terjaga oleh suara yang memanggilnya.

“Bi! Bianca!”

Bianca terduduk. Ia baru sadar Geo yang memanggilnya.

“Kenapa?” Bianca segera menghampiri Geo.

“Keluar!”

“Hah?!”

“Keluar! Sekarang!”

Bianca mundur perlahan. Perintah itu sangat jelas ia dengar dengan nada tegas. Apalagi mata Geo terlihat tajam menatapnya.

Cepat, Bianca keluar dari kamar. Sengaja ia masuk ke ruangan persis di samping kamar Geo dan memasang telinga untuk mendengar apa yang akan terjadi.

Beberapa menit kemudian, Bianca mendengar suara langkah kaki. Ia mengintip dari celah pintu dan melihat seseorang masuk ke kamar Geo.

Sayangnya, Bianca tidak dapat melihat ataupun mendengar apa pun karena pintu tertutup rapat.

Dua jam kemudian, Bianca mendengar suara pintu terbuka. Ia segera keluar dan langsung bertatapan dengan lelaki di depannya.

“Kamu ... siapa?” Dengan mengumpulkan keberanian, Bianca bertanya.

Lelaki itu menatap Bianca. Ia tersenyum sedikit dan menunduk santun.

“Nona Bianca.”

“Kamu ... kenal aku?”

Kepala lelaki itu mengangguk. Bianca yang tadinya tegang merasa sedikit lega karena ternyata lelaki itu terlihat cukup ramah.

“Kenalkan. Aku, Josh.”

Bianca menatap uluran tangan itu lalu menyambutnya. “Salam kenal. Kamu, apanya Geo?”

“Saya harus pergi.” Enggan menjawab pertanyaan Bianca, lelaki itu menunduk sedikit, lalu membalik tubuh dan berjalan cepat.

“Tunggu!” Bianca segera menyamai langkahnya dengan Josh. “Aku tebak kamu yang selama ini membantu pemulihan Geo. Iya kan?”

Lelaki itu tidak merespon. Langkahnya bertambah panjang hingga Bianca menjadi sulit mengejarnya. Ia berhenti melangkah, lalu berteriak.

“Aku akan lapor Auntie Marissa kalau Geo sudah bisa bicara!”

Kalimat itu sukses membuat Josh menghentikan langkahnya. Lelaki itu berbalik tubuh dan menghampiri Bianca.

“Tuan Geo tidak ingin ada keluarga yang tau. Tolong rahasiakan sampai beliau .... “

“Apa? Sampai apa?” Bianca bertanya penasaran saat Josh menjeda kalimatnya.

Josh tampak menghela napas panjang, lalu menjawab, “Sampai beliau menginginkannya.”

“Kalau aku nggak mau?” tantang Bianca.

Mata Josh memicing pada Bianca hingga wanita itu merasa takut. Bianca mundur dua langkah.

“Billy – kakakmu, memiliki banyak hutang di perusahaan. Jika kamu angkat bicara tentang keadaan Tuan Gio, beliau bisa memenjarakan kamu.” Josh mengancam. “Jadi, bekerja samalah, Nona Bianca!”

“Hu – Hutang?”

Bianca menatap punggung Josh yang menjauh. Belum sempat ia bertanya, lelaki itu telah pergi meninggalkannya.

Cepat, Bianca masuk ke dalam kamar Geo. Lelaki itu sedang berbaring dan melatih tangan dengan sarung tangan terapi yang dapat menggerakkan jari-jari secara otomatis.

Mereka saling bertatapan sejenak. Sebenarnya, Bianca takut pada sosok Geo. Hanya karena lelaki itu masih berbaring di ranjang ia berani mendekatinya.

“Josh bilang kakakku memiliki hutang. Berapa?”

Geo mendengus pelan lalu mengendik pada tablet di meja. "Berikan itu padaku."

Bianca menurut. Geo terlihat menggulir layar tablet lalu meminta Bianca membacanya. Mata Bianca sontak membulat sempurna.

“Sa – Satu milyar? Untuk apa kakakku meminjam uang sebanyak ini?!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Lisa Anggraini
wah apa yg sebenarnya terjadi dgn Billy.. kok bisa banyak hutang
goodnovel comment avatar
Yiming
haduuhhhh billy pinjem duit byk bgt. buat apa yaa??
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   280. Ketauan

    “Kenapa nggak menginap saja?” Geo memandang heran Taylor yang bersikeras pulang malam-malam.“Besok aku ke sini lagi kok.”“Justru itu! Ngapain bolak-balik, sih?” Geo mengerutkan kening.“Umm... ada sesuatu yang harus aku lakukan di perkebunan.” Taylor beralasan.Tidak mungkin kan ia bilang kalau ia memaksa pulang malam-malam karena sudah berjanji membawakan tanaman baru untuk Alika. Geo pasti akan menahannya.“Tapi ingat, besok sore, kita ada rapat.”“Iya, aku ingat.” Taylor mengangguk. “Aku berangkat sekarang, ya.”“Tunggu!” Geo menahan langkah Taylor.Lelaki itu bicara dengan ponselnya. Lalu, berkata pada ada Taylor. “Pakai supirku. Biar dia menginap di perkebunan dan besok mengantarmu kembali ke sini.”“Hah? Nggak usah.... “Taylor langsung terdiam saat melihat Geo menatapnya tajam tanda lelaki itu tidak mau dibantah.“Baiklah.” Taylor mengangguk. Dalam hati mendesah bahwa artinya besok Geo akan tau ia membawa banyak tanaman di dalam mobil.“Pergi lah.” Tanpa menunggu balasan Tayl

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   279. Berarti Jodoh

    Akhirnya, Alika sudah diperbolehkan pulang. Meski begitu, anak perempuan manis itu belum bisa banyak beraktifitas. Kepalanya masih diperban dan tangan serta kakinya masih luka baret yang belum kering.Diam-diam, Taylor sering mengunjungi rumah sakit. Ia banyak membantu Dini menjaga Alika. Terutama jika Dini harus mengajar.Seperti hari ini, Taylor sudah datang pagi-pagi sekali untuk menggantikan Dini menemani Alika. Dini sudah siap dengan pakaian kerja.“Sebenarnya kamu nggak usah repot-repot, Taylor. Aku bisa menyewa jasa pengasuh anak dari yayasan terpercaya."“Nggak papa. Aku memang mau temani Alika kok.”“Maaf, ya. Jadi merepotkan. Jatah cuti mengajarku sudah habis.” Dini mengembuskan napas dengan ekspresi sedih.“Sudah kubilang, jangan sungkan begitu.” Taylor mendorong pelan tubuh Dini untuk segera keluar. “Pergi lah sekarang. Jangan sampai terkena macet dan terlambat.”Sejak hari kecelakaan itu dan ia mendonorkan darahnya apa Alika, Taylor tak lagi bisa bersikap acuh.Setiap kal

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   278. Wanita Baik-Baik

    “Maaf.” Dini mengurai pelukan dan menunduk santun pada Bianca. “Sepertinya saya terlalu emosional.”“Itu wajar.” Bianca mengambilkan selembar tisu untuk Dini.Alika masih tertidur pulas dengan boneka kelinci pemberian Bianca di pelukannya. Dini mengamatinya dengn senyum lembut di wajah.“Akhirnya saya bisa duduk tenang hari ini,” ujar Dini sambil tersenyum lelah. “Tiga hari terakhir benar-benar terasa panjang.”“Anak-anak memang bisa membuat dunia kita jungkir balik,” sahutnya ringan. “Tapi… mereka juga alasan kita kuat.”Dini tertawa kecil. “Betul sekali. Alika itu... seperti matahari buat saya. Dia suka bangun pagi, lalu langsung ke dapur minta sarapan pancake — padahal saya cuma bisa masak seadanya.”Nada suaranya penuh kasih saat bercerita. “Dia suka warna ungu, suka menggambar bunga matahari, dan... kalau hujan, selalu nyanyi lagu yang sama. ‘Rain, rain, go away.’”Bianca tersenyum, menatap Alika dengan penuh lembut. “Lucu sekali. Blue juga suka menggambar, tapi lebih sering robo

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   277. Jenguk Alika

    “Kamu boleh tidur di sini.” Bianca berkata setelah keluar dari kamar mandi.Geo tersenyum senang. “Oke.”“Jangan senang dulu. Aku masih kesal. Kamu boleh di sini karena siapa tau aku membutuhkan bantuan.” Bianca merengut dan naik ke ranjang.“Mengerti.” Geo mengangguk.Bianca tidur memunggungi Geo. Meski istrinya masih dingin, Geo tetap bersyukur. Ia tidur menghadap Bianca.“Sayang, mau aku pijetin pinggangnya?”Bianca tidak menjawab, tetapi Geo melihat kepala Bianca mengangguk. Lelaki itu bergeser mendekati tubuh sang istri.Geo mulai memijat pinggang Bianca. “Segini cukup atau perlu lebih keras lagi?”“Cukup.”“Oke.”Saat Geo melihat Bianca sudah kembali tidur pulas, ia baru berhenti memijat. Lengannya melingkari pinggang dan mengelus-elus perut sang istri. Bianca biasanya merasa mulas saat menstruasi dan ia mencoba menenangkan bagian tersebut.Akhirnya Geo merasa ngantuk juga. Ia tertidur sambil memeluk tubuh Bianca dan berharap besok pagi sang istri sudah tidak marah lagi.Esoknya

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   276. Panggilan Darurat

    Geo keluar dengan wajah memberengut. Persis anak kecil yang baru kena omel ibunya. Di depan pintu kamar, ia terpaku sejenak, bingung mau ke mana.Ke kamar Blue dan Grey tidak mungkin. Dua anak jenius itu pasti bertanya dan bisa langsung menyimpulkan bahwa orang tuanya bertengkar. Dan yang pasti, si kembar sulung akan membela mommy-nya.Kamar Sky dan Luna juga tidak bisa karena setiap dua jam sekali, akan ada suster yang masuk dan memeriksa keadaan Sky dan Luna.Kamar tamu? Geo menggeleng. Pelayan akan mengadu ke Mommy Marissa bahwa ia minta disiapkan kamar. Sudah pasti, Mommy dan Daddy jadi tau bahwa Bianca tidak mau tidur dengannya malam ini.Akhirnya Geo melangkah ke ruang kerja. Paling tidak ada sofa di sana. Ia akan mengunci pintu seolah sedang bekerja lembur.“Kak Geo?”Geo berhenti. Taylor mendekatinya dengan wajah bingung. “Mau ke mana, Kak?”“Mau tidur di ruang kerja.” Geo membalas lemah.Taylor menaikkan alis. “Kakakku diusir dari kamar sendiri?” tanyanya sambil menahan tawa.

  • KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA   275. Tersinggung

    Geo sampai menyewa suster pribadi untuk membantu Dini. Paling tidak ada yang menemani wanita yang terlihat masih shock itu. Juga agar Geo dapat membawa pulang Taylor.“Aku di sini saja, Kak.” Taylor masih tampak enggan pergi.“Pulang!” Geo menyahut tegas. “Kita bicarakan di mansion.”Akhirnya Taylor berpamitan pada Dini. Dengan langkah berat, lelaki itu mengikuti Geo yang mempercepat langkah ke mobil.Keluarga Willson duduk melingkar di ruang keluarga, suasananya menegang meski lampu chandelier memancarkan cahaya lembut. Taylor duduk di hadapan mereka, masih dengan pakaian kencan yang agak berantakan.“Aku kebetulan sedang jalan-jalan setelah makan malam dengan Denita. Ada kerumunan orang di pinggir jalan, pikirku cuma keributan biasa. Tapi waktu dengar ada anak kecil jadi korban tabrak lari, aku ikut lari ke sana. Baru sadar kalau itu Alika setelah melihat wajahnya.”“Dan kamu langsung bantu bawa ke rumah sakit?” tanya Marissa.Taylor mengangguk. “Ya. Dokternya bilang dia kehilangan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status