Share

KETIKA SI BUNGA DESA JADI PEMBANTU DI KOTA
KETIKA SI BUNGA DESA JADI PEMBANTU DI KOTA
Author: Wiks_elsakkakini

BAB 1

"Kamu yakin Nduk, mau kerja ke kota?" tanya Pak Ramli sambil terbatuk-batuk, karena penyakitnya yang tak kunjung sembuh. 

"Mau bagaimana lagi Pak? kalau bukan Sekar yang kerja, terus siapa?" jawab gadis berusia 18 tahun itu, menatap wajah Bapaknya, yang terlihat sedih.

"Bapak masih bisa kerja Nduk.." ucap lelaki paruh baya itu, tampak tak setuju. Apalagi Sekar, anaknya itu baru saja lulus dari sekolah menengah atas nya.

"Tapi kita butuh biaya cepat, untuk berobat Ibu Pak, kata dokter penyakit Ibu harus segera di operasi." jawab gadis yang terkenal sebagai bunga desa di kampungnya itu, tetap ngotot untuk berangkat kerja, di kota.

"Bapak khawatir Nduk.." ucap Pak Ramli dengan wajah sendu. 

Usianya yang baru 45 tahun itu, terlihat jauh  lebih tua dari usia aslinya, karena beratnya pekerjaan, yang selama ini ia lakoni.

"Bapak ndak usah khawatir ya, kemarin Mbak Novi sudah menghubungi Sekar, katanya di rumah tempat dia bekerja, lagi butuh dua orang pembantu lagi." ucap Sekar, mencoba menenangkan Bapaknya.

"Novi anaknya Pak Giman?" tanya Pak Ramli, memastikan.

"Iya Pak, Mbak Novi di sana kerjanya sudah enak, gajinya juga cukup besar. Bapak doakan Sekar ya, supaya bisa segera dapat uang, untuk berobat Ibu." ucap gadis itu lagi, kemudian memeluk Bapaknya.

"Ya sudah, kalau memang itu sudah jadi keputusanmu, Bapak bisa apa??" ucap lelaki yang berpostur tubuh sedang itu, mengelus puncak kepala putrinya, sedih.

*****

Hari keberangkatan Sekar telah tiba, pagi-pagi sekali, Pak Ramli mengantarkannya sampai terminal, untuk menuju Jakarta..

"Bapak ndak usah sedih gitu, doakan saja semoga Sekar kerasan, di tempat kerja Sekar." ucap gadis berkulit kuning langsat itu, mencium punggung tangan Bapaknya.

"Pasti Nduk, doa Bapak dan Ibu, selalu ter panjatkan buat kamu." ucap Pak Ramli, mencium kening putrinya, dan melepasnya untuk segera naik ke bus.

****

Perjalanan dari desa menuju Ibukota cukup jauh, membutuhkan waktu sekitar 4 jam perjalanan. 

"Nggih Mbak Novi.!" Sekar mengangkat telepon dari tetangganya itu, yang tiba-tiba menelepon.

"Oh, jadi nanti ada yang jemput Sekar di terminal?" jawabnya.

"Baik Mbak, baik..terimakasih ya Mbak.." jawab gadis yang mengenakan kerudung coklat itu, mengangguk-angguk, mendengarkan instruksi dari Novi, perempuan yang sudah lama, bekerja di kota.

Berkat Novi lah, dia bisa mendapatkan pekerjaan sebagai seorang pembantu.

Sekar yang terlahir di tengah keluarga sederhana, menjadikan gadis jelita itu sudah mandiri semenjak kecil.

Di kampungnya ia menjadi idola, karena kecantikan nya.

Namun pemuda-pemuda kaya, tak dapat meminangnya, karena tentu saja kesenjangan sosial, dan ekonomi yang mencolok tajam, diantara mereka.

Kasta dalam Islam memang sudah tak ada, namun nyatanya masih begitu banyak lapisan masyarakat, yang mempermasalahkan hal itu.

Seperti kejadian beberapa bulan lalu, anak seorang juragan kaya, ingin meminangnya, karena jatuh hati dengan kecantikan yang dimiliki oleh Sekar.

Namun orang tuanya langsung melabrak keluarga Sekar, dan menyuruh Sekar untuk menjauhi putra mereka.

Sepenting itu kadang status sosial seseorang, sehingga walau memiliki wajah yang rupawan, membuat Sekar tak jarang hanya di pandang sebelah mata.

Sekar yang duduk di dekat jendela bus, berkali-kali harus merapikan pucuk kerudungnya, yang miring kanan, kadang miring kiri, diterpa angin. 

Ia tak dapat memejamkan matanya, karena rasa mual yang melanda nya. Mabuk kendaraan, itu salah satu yang membuatnya lebih suka melakukan perjalanan, dengan mengendarai motor. 

Tapi karena perjalanannya kali ini cukup jauh,  jadi tidak mungkin dia melakukan perjalanan, dengan naik motor.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, kini gadis itu telah berdiri di terminal, tempat di mana ia akan di jemput, oleh anak sang majikan.

Tadi Novi telah memberitahunya, jika anak majikannya itu masih muda, sekitar berumur 30an, dan membawa mobil berwarna hitam.

Berkali-kali, Sekar celingak-celinguk, mencari sosok yang akan menjemputnya di dalam terminal.

"Mana ya? kok gak ada ya yang pakai mobil hitam." gumam nya, sambil memegangi tas besar berisi pakaiannya, dengan waspada. 

Beberapa calo bis dan angkutan, sempat menanyainya, ingin pergi kemana.

Namun Sekar segera memberitahu, bahwa dia sudah ada orang,  yang akan menjemput.

"Apa aku telpon saja ya Mbak Novi nya??" gumamnya lagi, kemudian segera mengeluarkan ponsel second, yang berhasil ia beli dengan lumayan murah, ketika belanja ke pasar, hasil ia menabung selama ini.

Belum sempat panggilannya di jawab, tiba-tiba seseorang merampas ponselnya begitu saja, dan berlari menjauhi nya.

Tentu saja Sekar histeris dan segera berteriak, sambil mengejar copet itu. 

"Tolong copet!!!!" serunya berlari mengejar copet, dengan berlari cukup kencang sambil memeluk tas bawaannya.

Sudah terbiasa berjalan kaki, dan berlarian di kampung, membuat Sekar tak kesulitan untuk mengejar copet itu, sambil berteriak-teriak. 

Banyak orang-orang yang ikut berlari, untuk membantu mengejar si copet.

Sesampainya di luar terminal, copet yang panik, segera memberikan ponsel pada seorang laki-laki yang tengah berdiri di pinggir jalan, di samping mobilnya.

Warga yang melihat itu, segera menghampiri lelaki tadi, dan menuduhnya sebagai komplotan copet tadi.

"Sabar Pak sabar!!! saya ini bukan copet! saya hanya sedang menunggu orang untuk saya jemput!" jelas pemuda itu, menahan warga yang ingin memukuli nya.

Namun warga tak percaya, 

"Alah!!!! mana ada maling ngaku! kalau sampai maling pada ngaku, ya pasti bakalan penuh tuh, penjara!!" sahut salah satu warga tadi, dan segera melayangkan pukulannya secara bertubi-tubi. 

"Stop!!! Stop!!! jangan main hakim sendiri bapak-bapak! ! sekarang yang penting hp saya sudah ketemu!" jerit Sekar, mencoba melindungi pemuda itu, dan menghalangi warga yang ingin memukul.

Mendengar itu, pemuda tadi tampak marah..

"Oh! jadi ini hp lo!??" serunya, segera memberikan ponsel itu, ke tangan Sekar.

"Gara-gara lo, gue hampir mati di pukuli sama warga!" serunya kesal. 

"Ya makanya Mas, jangan suka nyopet kalau gak mau di pukuli sama warga! yang ada jadi bonyok kan?" Sekar menjawab, dan menyalahkan pemuda itu.

"Aku bukan copet woi!! aku lagi nungguin orang, buat aku jemput!!" jawab pemuda itu marah..

"Sek sek Mas, aku lagi ada sms ini!" jawab Sekar segera membuka ponselnya yang berbunyi.

Bersambung 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status