Share

BAB 2

"Aku bukan copet woi!! aku lagi nungguin orang, buat aku jemput!!" jawab pemuda itu marah..

"Sek sek Mas, aku lagi ada sms ini!" jawab Sekar segera membuka ponselnya yang berbunyi.

["Ini nomor hp Mas Niko, yang jemput kamu ya Sekar."] tulis pesan itu, yang ternyata dari Novi.

Sekar segera menghubungi nomor itu dengan terburu-buru. 

Tapi ternyata, ponsel pemuda di depannya berbunyi, dan ia segera menjawab.

"Ya hallo..!!" jawab pemuda itu ketus.

"Hhhhallo... " Sekar menjawab, dan segera melihat pemuda itu, dengan wajah ketakutan.

Aduh! !! mati aku!' gumam nya, saat melihat mata pemuda itu melotot kepadanya tak percaya, jika ternyata orang yang sedang di tunggunya dari tadi, adalah gadis yang ada di depan nya saat ini, yang hampir saja membuatnya mati konyol di pukuli oleh warga.

"Kamu!!!!" seru pemuda yang bernama Niko itu, melotot dan menunjuk wajah Sekar, dengan sangat kesal.

Warga yang masih berkerumun dan melihat hal itu, seketika bubar dengan ketakutan.

Mereka takut, kalau sampai pemuda yang mereka pukuli tadi, menuntut ke kantor polisi. 

"Ayo masuk!!!" geramnya, segera menjatuhkan kepalan tangannya lagi, ke bawah.

"Untung cewek lo! kalau laki-laki, sudah gue libas lo!!" geramnya lagi.

Dengan takut-takut, Sekar kemudian masuk ke dalam mobil.

"Ehh!! siapa suruh di belakang? memangnya aku supirmu apa? !!" ketus Niko, menyuruh Sekar duduk di depan. 

"Iiiya Mas, maaf saya ndak tahu." jawab Sekar, kemudian duduk di kursi depan, dan merapatkan tubuhnya ke jendela mobil, dengan takut..

Niko segera masuk, 

"Pasang sabuk pengaman nya!!" cetusnya, tanpa menoleh ke arah Sekar.

"Sabuk pengaman yang mana to Mas?" tanya gadis itu, tampak kebingungan.

"Ckkk, ngerepotin aja! dasar kampungan!" gerutunya kemudian mendekati Sekar, untuk memasang sabuk pengaman gadis itu.

"Ehh, Mas mau ngapain??" Sekar tampak histeris, sangat terkejut, saat tangan pemuda itu menyentuhnya.

"Gak usah geer deh!! aku mau pasang sabuk pengaman mu ini! mau kita di tangkap polisi, gara-gara kamu!!" umpat Niko menahan geli, dengan kepolosan gadis itu.

Sekar akhirnya diam, dengan jantung yang masih berdegup kencang, tak karuan.

Setelah memasangkan sabuk pengaman, Niko segera melajukan mobilnya dengan cukup kencang..

Sepanjang perjalanan, tak ada hentinya pemuda itu mengomel, sambil sesekali melirik ke arah Sekar, dengan sinis.

Sekar tak menghiraukan itu, karena saat ini ia tengah berjuang, untuk menahan gejolak dalam perut nya yang sudah siap tumpah.

Wajahnya terlihat begitu pucat, karena menahan semua itu. Sehingga omelan pemuda di sebelahnya itu, tak ia hiraukan sama sekali.

Karena kalau sampai ia muntah di mobil yang terlihat begitu mewah dan sangat bagus itu, bisa-bisa ia malah di turunkan di jalan, dan tak jadi mendapatkan pekerjaan.

"Dasar budek!! gak sopan, diajak ngomong dari tadi gak jawab!" ketus Niko kesal.

Tapi Sekar tetap diam saja, karena sekali dia membuka mulut, bisa-bisa isi dalam perutnya, bakalan ikut keluar.

Setelah beberapa lama menempuh perjalanan, kini mereka memasuki sebuah gerbang rumah mewah yang terlihat begitu megah.

"Ayo turun!!" bentak Niko, kesal.

Dengan tergesa Sekar turun dari mobil, 

"Itu barang-barang kamu!" seru Niko, yang berdiri di dekat gadis itu.

Namun tiba-tiba, Sekar tak dapat lagi menahan mual nya, dan muntah sebanyak-banyaknya, sehingga mengenai kaki Niko.

"Ya ampun! !!! Argh!!! hidupku benar-benar sial, sudah ketemu sama kamu!!" teriaknya, segera menuju keran air, yang ada di pojokan halaman itu.

Seorang bapak-bapak, dengan pakaian sederhana segera menyambut, dan membawakan tas milik Sekar.

"Sudah tidak apa-apa Mbak, biar saya saja yang bersihkan muntahannya." ucap Bapak itu, tersenyum ramah, mengingatkan Sekar, dengan sosok Bapaknya di kampung. 

"Ya ampun Sekar, akhirnya kamu sampai juga disini." sambut Novi tampak ketakutan, sambil melirik ke arah anak majikannya, yang sedang membersihkan kakinya.

"Gila nih cewek! sudah bikin bonyok wajah gue, sekarang kaki gue yang di muntahin! !" omel Niko, menatap kesal pada Sekar dan Novi..

Sekar segera menunduk, dan minta maaf.

"Ya maaf Mas, habisnya di dalam mobil dingin banget, kayak di dalam kulkas." sahut gadis itu, merasa tak enak.. 

"Dasar kampungan!!" maki Niko lagi, kemudian segera berlalu, masuk ke dalam rumah.. 

"Galak banget Mbak, itu Mas Niko." ucap Sekar, kepada Novi.

"Udah, sekarang masuk dulu yuk, biar mbak kenalin ke Nyonya." ajak Novi, segera menarik lengan Sekar.

****

"Masa aku harus nyamar jadi pembantu sih Sayang?? mana jadi pengurus Nenek kamu lagi!!" seru seorang gadis yang bernama Sisil.

"Ya mau bagaimana lagi Sayang, hanya dengan cara ini, kita bisa terus bertemu dan dekat." jawab pemuda yang terlihat cukup tampan, yang ternyata adalah adik lelaki satu-satunya, dari Niko.

"Kamu tahu kan, Mama aku itu sangat keras, selama aku masih kuliah seperti ini, Mama gak bakal bolehin aku buat bawa perempuan ke rumah." ucap Denis, lagi.

"Ya udah deh, tapi janji ya, kamu harus lebih sering perhatian ke aku." rajuk Sisil manja.

"Iya, pokoknya kamu harus bisa ambil hati Mama dan Oma.., supaya hubungan kita, kelak bisa di restui. Kamu mau kan jadi istri aku, kalau sudah tiba waktunya??" ucap Denis, merayu kekasihnya itu.

Sisil mengangguk senang.

Kapan lagi coba, bisa dekat dengan anak orang kaya, yang memiliki banyak usaha di kota besar seperti ini.

Sisil yang merupakan seorang pelayan sebuah kafe, tempat di mana Denis sering nongkrong bersama teman-temannya, telah jatuh hati, dengan gadis yang memiliki paras cantik itu.

Di tambah sifatnya yang manja, membuat pemuda yang masih duduk di bangku kuliah semester 1 itu, tergila-gila, dan nekat membawa Sisil kerumahnya, walau harus menyamar sebagai seorang pembantu, demi bisa terus berdekatan dengan nya.

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nila Elok
bagus lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status