"Jadi ini, pembantu yang akan mengurus Tania?" tanya bu Raya, ibu dari Niko memandangi Sekar, dari atas sampai bawah.
"Iya Nyonya." jawab Novi."Tapi apa dia sudah berpengalaman? kelihatannya masih muda banget, berapa usia kamu?" tanya bu Raya, memandang Sekar."Saya baru mau 19 tahun Nyonya." jawab Sekar."19 tahun?? masih muda sekali. Terus kamu berani melamar kerja di rumahku ini, sudah punya keahlian apa?" tanya perempuan paruh baya, yang masih terlihat begitu cantik dan modis di usianya yang sudah tak muda lagi itu, menatap tajam Sekar."Banyak Nyonya, saya bisa bersih-bersih, bisa masak, nyuci.." jawab Sekar."Kalau ngurus balita berkebutuhan khusus bisa?" tanya Bu Raya lagi, masih menatap Sekar."Balita??" tanya gadis belia itu, kemudian menoleh ke arah Novi, karena sebelumnya, Novi tak pernah menyebut balita, dalam pekerjaannya.Tapi kemudian, dengan mantap Sekar segera mengangguk."Bisa Nyonya." jawabnya, tanpa ragu."Oke, baiklah. Tapi sebelum kamu benar-benar di terima di rumah ini, aku ingin lihat langsung, cara kamu memperlakukan cucu saya." ucap bu Raya, kemudian menyuruh Novi, untuk mengantar Sekar istirahat."Nanti malam kalian semua kumpul, termasuk perempuan yang akan ngurusin Oma, apa dia sudah datang?" tanya bu Raya, kepada Novi."Belum Nyonya, katanya nanti sore baru akan datang." jawab Novi.*****"Yang beber aja sih Ma? gadis tadi disuruh urusin Tania? bukannya dia di pekerjakan di sini, buat masak aja ya? gantikan Mbok Rumi pulang kampung?" tanya Niko membulatkan matanya, saat Mamanya memberitahu, bahwa Sekar lah yang akan mengurus putrinya.Ya putrinya, karena sebenarnya Niko adalah seorang duda, yang baru saja di tinggal meninggal oleh istrinya, karena penyakit kanker otak yang di deritanya."Memang nya kenapa Niko?" tanya Oma, yang sore itu duduk di kursi roda nya, sambil menunggu orang, yang katanya akan menjadi perawatnya."Niko ragu dengan kemampuannya Oma! bagaimana tidak? baru bertemu saja, Niko sudah bonyok begini!" seru Niko yang sedang mengompres beberapa memar nya itu kesal."Kok bisa sih? Mama kirain itu lebam- lebam karena kamu latihan judo seperti biasanya.." ucap bu Raya tak percaya. "Ya mana mungkin Niko latihan judo sampai kayak gini Ma." jawab pemuda itu kesal.Sekar yang saat itu duduk di lantai bersama Novi, hanya dapat menunduk karena merasa malu, sekaligus bersalah mendengarkan cerita putra majikannya."Ya gara-gara perempuan itu tuh!" Niko menunjuk ke arah Sekar ."Gara-gara dia kecopetan, orang-orang nuduh Niko sebagai tersangkanya." "La kok bisa kamu yang di tuduh sih?" Oma tampak penasaran dengan cerita cucu kesayangan-nya itu."Kan Niko tadi lagi berdiri buat nungguin dia Oma, eh tau-tau ada orang kasih hp ke tangan Niko, lalu kabur gitu aja. Gak taunya setelah itu Niko di gebukin gitu aja sama orang-orang, karena di kira copet!" Niko menceritakan kejadian siang tadi, dengan kesal.Bu Raya hanya dapat geleng-geleng kepala saja, mendengar cerita putranya.Sedangkan Omanya terbahak mendengar cerita itu."Ahli judo kak bisa di gebukin!" Oma Niko tertawa, meledek cucunya itu. "Ya kali, Niko juga balas gebukin orang yang gak tahu apa-apa, Oma.." kesalnya melirik Sekar, dengan pandangan sinis.Sekar hanya dapat nyengir, merasa serba salah. "Assalamu'alaikum Ma, ini dia orang yang akan merawat dan menjaga Oma." Denis akhirnya datang dan memperkenalkan gadis yang di bawanya.Bu Raya tampak terbengong dengan penampilan gadis yang akan menjaga ibu mertuanya itu.Ya Oma adalah ibu mertua bu Raya, walau suaminya telah meninggal, bu Raya tetap menjaga ibu mertuanya itu, karena memang sudah sangat sayang, pun sebaliknya."Namanya Sisil Ma, dia sudah berpengalaman kok, kalau hanya sekedar menjaga Oma." jelas pemuda yang masih berusia 21 tahun itu, sambil nyengir."Tunggu dulu Denis, ini dia mau kerja, apa mau fashion show sih??" tanya bu Raya, menatap penampilan gadis yang di bawa oleh putranya itu.Sisil yang mengenakan gaun selutut tanpa lengan, dengan riasan yang cukup tebal itu, tampak salah tingkah, saat semua orang yang ada di ruangan itu, menatap dirinya aneh."Ooh, ini Ma, kebetulan tadi Sisil baru saja pulang kondangan, langsung kemari, begitu." jawab Denis, sedikit kelimpungan mencari alasan.Dia benar-benar lupa, untuk menyuruh kekasihnya itu, berganti pakaian dulu tadi."Ya sudah, Novi! nanti kamu jelaskan semua tentang tugas-tugas mereka di rumah ini. Pokoknya aku gak mau tahu, semuanya harus bisa beres." tegas bu Raya."Baik Nyonya.." jawab Novi, mengangguk."Mbak, katanya tugas aku disini cuma masak?" bisik Sekar, pada Novi."Ya gak papa lah, berarti kamu di anggap mampu sama Nyonya, udah lakuin aja." jawab Novi."Jadi ini tugas kalian ya.." perempuan berusia 28 tahun itu, menyodorkan buku panduan, kepada Sekar, dan juga Sisil."Perlu kalian ketahui, jadwal minum obat Oma tidak boleh sampai telat, dan juga makannya.Sedangkan untuk Non Tania, usianya itu baru 5 tahun, tapi dia ini di vonis autis oleh dokter. Oleh karena itu, jika mengasuhnya harus bisa benar-benar memahaminya.Sudah banyak pengasuh Non Tania yang gagal, karena tidak tahan menjadi pengasuhnya. Tapi semoga kamu bisa lakukan yang terbaik ya, sehingga Non Tania bisa merasa nyaman sama kamu." ungkap Novi, tentang putri dari Niko."Baik Mbak, Insya Allah saya siap." jawab Sekar, tampak bersemangat untuk menjalankan tugasnya di rumah megah ini.Untungnya, dulu di kampung, dia sudah biasa mengurus anak-anak, karena sering di mintai tetangga untuk menjagakan anak, dengan di upah.Jadi Sekar merasa yakin, akan bisa melaksanakan perannya dengan baik, karena dia sendiri juga sangat suka pada anak-anak. "Ya sudah, selamat bertugas, dan ini adalah kamar kalian berdua. Tolong jaga kebersihannya, karena Nyonya Raya, paling tidak suka dengan tempat yang kotor dan berantakan." pesan perempuan berkulit eksotis itu, kemudian mempersilahkan keduanya, untuk meletakkan barang bawaannya ke dalam kamar.BersambungNiko segera berlari, mencari ruangan tempat Sekar berada."Sialan si Denis, ngapain juga dia malah masuk dan ikut menunggu Sekar di dalam!" geram Niko, merasa sangat marah."Sekar!!" Niko segera masuk, dan langsung menghampiri istrinya itu, dan menyuruh Denis untuk keluar."Ingat Denis, kamu hutang penjelasan, pada Abang nanti!" geramnya, menyuruh adiknya itu segera keluar dari ruangan. Denis hanya diam, dan pasrah saja saat abangnya itu, memarahi nya."Sayang, maafkan Mas ya, karena datang terlambat." bisik Niko, kemudian menciumi pipi sang istri. "Sakit Mas.." Sekar masih merintih kesakitan, dengan peluh yang sudah bercucuran."Dokter, bagaimana istri saya?" Niko tampak begitu panik, melihat kondisi istrinya, yang tampak begitu lemah."Ini sudah pembukaan 7 Pak, tapi dari satu jam yang lalu, istri Bapak pembukaannya tidak bertambah." jelas dokter "Terus bagaimana dokter?" tanya Niko panik.Sekar yang saat ini telah di pasang jarum infus, untuk menjaga staminanya dalam melahirkan,
Sekar menyilangkan kedua tangannya, di depan dadanya karena merasa sangat malu.Niko benar-benar tak percaya, melihat kecantikan Sekar, yang begitu memabukkan nya, malam itu.Gadis berbulu mata lentik itu, benar-benar berbeda saat mengenakan gaun, yang di pilihkan oleh Niko. "Sekar..." Niko segera menggeser posisi tubuhnya di ranjang, memberikan ruang untuk istri belia nya itu. "Kenapa harus di tutupi..?" bisik pemuda itu, dengan suara yang sudah terdengar berat, meraih kedua tangan istrinya."Saya malu Mas.." "Tidak usah malu, sekarang aku sudah menjadi suamimu, setiap hari juga bakalan lihat semuanya.." bujuk Niko, menyingkirkan tangan istrinya dari dadanya."Kamu pasti capek kan, mau Mas pijit?" tanya Niko, menawarkan dirinya, agar sang istri merasa lebih rileks."Memangnya Mas Niko, bisa?" tanya Sekar, tampak malu-malu. "Kalau buat istriku, aku jadi serba bisa, termasuk jadi tukang pijit kamu.." rayu Niko, membuat Sekar merasa tersanjung.Sekar tak menolak, saat kemudian Niko
"Sah?!" "Sah!!" helaan nafas lega, segera terdengar dari pemuda berhidung bangir itu, kemudian tersenyum tipis. Jambang dan kumis tipis, yang biasanya menghiasi wajahnya, kini telah tercukur bersih dari wajah tampannya itu.Sekar segera di tuntun menuju sang suami, untuk mencium tangan suaminya itu, sebagai bentuk awal baktinya seorang istri, terhadap suami.Tangan halus Sekar, terasa begitu dingin seperti es, saat menyalami tangan Niko, yang terasa sedikit basah karena berkeringat.Niko kemudian mendaratkan sebuah kecupan, di dahi Sekar.Cukup lama Niko mencium kening istri barunya itu, hingga kemudian bu Raya menjawil pinggang putranya, untuk menyudahi sesi cium kening.Semua orang tertawa cekikikan, menyaksikan itu. "Udah gak sabar kayaknya itu, mempelai laki-lakinya." celetuk kerabat Sekar, yang kemudian di sambut dengan tawa, oleh yang lainnya."Udah, langsung bawa ke kamar saja Mas.." celetuk mereka lagi, membuat wajah cantik Sekar, tampak memerah karena malu. Sedangkan Nik
"Mas Niko jorok ihhh!" seru Sekar, dengan wajah yang memerah, karena malu. "Kok jorok sih? kita kan mau beli Sekar, emangnya kamu gak pernah pake itu ya?" tanya Niko, jail."Auk ah..saya gak mau ke sana ah!" seru Sekar, kemudian membelok ke sebuah tempat duduk, dan duduk di sana.Niko menahan tawanya, melihat Sekar yang ngambek, dan tampak begitu malu, hanya karena di ajak membeli perangkat dalamannya. "Ya sudah kalau kamu gak mau, biar aku saja yang pilihkan, tapi coba aku lihat dulu, berapa kira-kira ukuran milik kamu itu..?" ucap Niko, menaik turunkan alisnya, membuat Sekar merasa geli sendiri, dengan ucapannya barusan."Mau lihat gimana? gak mau ah! jorok banget sih Mas Niko!" kesal gadis berwajah imut itu, bergidik ngeri. "Ya makanya, ayo kita pilih dulu sesuai dengan ukuran kamu. Yang tahu ukurannya kan cuma kamu, karena Mas belum pernah pegang, ataupun melihatnya." ucap Niko sambil nyengir.Sekar benar-benar merasa kesal sekaligus malu, dengan ucapan pria dewasa di depannya
"Ini beneran ya Mas? Kita mau ke kampung nanti malam?" tanya Sekar, saat pagi itu, Niko memintanya untuk bersiap."Ya bener lah Sekar.." jawab Niko, tersenyum geli, melihat Sekar yang terlihat panik."Tttapi, Mas Niko kan kakinya lagi sakit begitu.." jawab Sekar, menatap kaki Niko, yang masih terlihat membiru."Rasa sakitnya langsung hilang, setelah kamu pijat kemarin, ini cuma tinggal bekasnya aja." jawab Niko, mengusap kakinya itu, yang sebenarnya masih lumayan sakit."Masa sih Mas?" tanya Sekar tak percaya. "Ya beneran lah. Sepertinya tangan kamu itu memang mengandung obat deh!" gombal Niko, kemudian meraih tangan Sekar, dan menciumnya."Apaan sih Mas, pagi-pagi kok sudah gombal!" seru gadis bermata indah itu tersipu, kemudian berusaha menarik tangannya. "Hem! Niko! pagi-pagi sudah ngegombalin anak orang!" seru bu Raya, saat memergoki keduanya, yang tengah berduaan di teras belakang. Sekar yang malu, segera permisi untuk kembali ke dapur.Niko hanya menyeringai, mendengar ucapan
"Ihh geli Mas!" seru Sekar, berusaha melepas pegangan tangan Niko, dari perutnya."Udah ayo jalan, aku sudah lama gak naik motor, jadi takut jatuh kalau gak pegangan." jawab Niko modus, sembari tersenyum tipis. Akhirnya Sekar hanya diam, dan membiarkan pemuda itu melingkarkan tangannya di perutnya yang kecil.Hati Sekar tak karuan, tubuhnya terasa panas dingin saat tiba-tiba tangan hangat Niko, menyelusup masuk ke balik blus nya, sehingga kulit mereka bertemu.Nafas Sekar tertahan, tapi kini dia tengah berkendara, dan harus menjaga keseimbangan laju motornya.Niko seakan lupa diri dengan posisi mereka yang tengah berkendara, pemuda itu mengelus kulit perut Sekar yang terasa begitu halus di tangannya, sehingga membuat Sekar menjadi oleng dan menabrak sebuah pembatas jalan. "Aw!" seru Niko yang sudah terjatuh di aspal, dengan posisi kaki yang tertimpa motor.Untung saja jalanan tak terlalu ramai, orang-orang yang sedang berlalu lalang di sekitar situ, segera menolong mereka."Aduh, ma