Share

BAB 3

"Jadi ini, pembantu yang akan mengurus Tania?" tanya bu Raya, ibu dari Niko memandangi Sekar, dari atas sampai bawah.

"Iya Nyonya." jawab Novi.

"Tapi apa dia sudah berpengalaman? kelihatannya masih muda banget, berapa usia kamu?" tanya bu Raya, memandang Sekar.

"Saya baru mau 19 tahun Nyonya." jawab Sekar.

"19 tahun?? masih muda sekali. Terus kamu berani melamar kerja di rumahku ini, sudah punya keahlian apa?" tanya perempuan paruh baya, yang masih terlihat begitu cantik dan modis di usianya yang sudah tak muda lagi itu, menatap tajam Sekar.

"Banyak Nyonya, saya bisa bersih-bersih, bisa masak, nyuci.." jawab Sekar.

"Kalau ngurus balita berkebutuhan khusus bisa?" tanya Bu Raya lagi, masih menatap Sekar.

"Balita??" tanya gadis belia itu, kemudian menoleh ke arah Novi, karena sebelumnya, Novi tak pernah menyebut balita, dalam pekerjaannya.

Tapi kemudian, dengan mantap Sekar segera mengangguk.

"Bisa Nyonya." jawabnya, tanpa ragu.

"Oke, baiklah. Tapi sebelum kamu benar-benar di terima di rumah ini, aku ingin lihat langsung, cara kamu memperlakukan cucu saya." ucap bu Raya, kemudian menyuruh Novi, untuk mengantar Sekar istirahat.

"Nanti malam kalian semua kumpul, termasuk perempuan yang akan ngurusin Oma, apa dia sudah datang?" tanya bu Raya, kepada Novi.

"Belum Nyonya, katanya nanti sore baru akan datang." jawab Novi.

*****

"Yang beber aja sih Ma? gadis tadi disuruh urusin Tania? bukannya dia di pekerjakan di sini, buat masak aja ya? gantikan Mbok Rumi pulang kampung?" tanya Niko membulatkan matanya, saat Mamanya memberitahu, bahwa Sekar lah yang akan mengurus putrinya.

Ya putrinya, karena sebenarnya Niko adalah seorang duda, yang baru saja di tinggal meninggal oleh istrinya, karena penyakit kanker otak yang di deritanya.

"Memang nya kenapa Niko?" tanya Oma, yang sore itu duduk di kursi roda nya, sambil menunggu orang, yang katanya akan menjadi perawatnya.

"Niko ragu dengan kemampuannya Oma!  bagaimana tidak? baru bertemu saja, Niko sudah bonyok begini!" seru Niko yang sedang mengompres beberapa memar nya itu kesal.

"Kok bisa sih? Mama kirain itu lebam- lebam karena kamu latihan judo seperti biasanya.." ucap bu Raya tak percaya. 

"Ya mana mungkin Niko latihan judo sampai kayak gini Ma." jawab pemuda itu kesal.

Sekar yang saat itu duduk di lantai bersama Novi, hanya dapat menunduk karena merasa malu, sekaligus bersalah mendengarkan cerita putra majikannya.

"Ya gara-gara perempuan itu tuh!" Niko menunjuk ke arah Sekar .

"Gara-gara dia kecopetan, orang-orang nuduh Niko sebagai tersangkanya." 

"La kok bisa kamu yang di tuduh sih?" Oma tampak penasaran dengan cerita cucu kesayangan-nya itu.

"Kan Niko tadi lagi berdiri buat nungguin dia Oma, eh tau-tau ada orang kasih hp ke tangan Niko, lalu kabur gitu aja. Gak taunya setelah itu Niko di gebukin gitu aja sama orang-orang, karena di kira copet!" Niko menceritakan kejadian siang tadi, dengan kesal.

Bu Raya hanya dapat geleng-geleng kepala saja, mendengar cerita putranya.

Sedangkan Omanya terbahak mendengar cerita itu.

"Ahli judo kak bisa di gebukin!" Oma Niko tertawa, meledek cucunya itu.

 "Ya kali, Niko juga balas gebukin orang yang gak tahu apa-apa, Oma.." kesalnya melirik Sekar, dengan pandangan sinis.

Sekar hanya dapat nyengir, merasa serba salah. 

"Assalamu'alaikum Ma, ini dia orang yang akan merawat dan menjaga Oma." Denis akhirnya datang dan memperkenalkan gadis yang di bawanya.

Bu Raya tampak terbengong dengan penampilan gadis yang akan menjaga ibu mertuanya itu.

Ya Oma adalah ibu mertua bu Raya, walau suaminya telah meninggal, bu Raya tetap menjaga ibu mertuanya itu, karena memang sudah sangat sayang, pun sebaliknya.

"Namanya Sisil Ma, dia sudah berpengalaman kok, kalau hanya sekedar menjaga Oma." jelas pemuda yang masih berusia 21 tahun itu, sambil nyengir.

"Tunggu dulu Denis, ini dia mau kerja, apa mau fashion show sih??" tanya bu Raya, menatap penampilan gadis yang di bawa oleh putranya itu.

Sisil yang mengenakan gaun selutut tanpa lengan, dengan riasan yang cukup tebal itu, tampak salah tingkah, saat semua orang yang ada di ruangan itu, menatap dirinya aneh.

"Ooh, ini Ma, kebetulan tadi Sisil baru saja pulang kondangan, langsung kemari, begitu." jawab Denis, sedikit kelimpungan mencari alasan.

Dia benar-benar lupa, untuk menyuruh kekasihnya itu, berganti pakaian dulu tadi.

"Ya sudah, Novi! nanti kamu jelaskan semua tentang tugas-tugas mereka di rumah ini. Pokoknya aku gak mau tahu, semuanya harus bisa beres." tegas bu Raya.

"Baik Nyonya.." jawab Novi, mengangguk.

"Mbak, katanya tugas aku disini cuma masak?" bisik Sekar, pada Novi.

"Ya gak papa lah, berarti kamu di anggap mampu sama Nyonya, udah lakuin aja." jawab Novi.

"Jadi ini tugas kalian ya.." perempuan berusia 28 tahun itu, menyodorkan buku panduan, kepada Sekar, dan juga Sisil.

"Perlu kalian ketahui, jadwal minum obat Oma tidak boleh sampai telat, dan juga makannya.

Sedangkan untuk Non Tania, usianya itu baru  5 tahun, tapi dia ini di vonis autis oleh dokter. Oleh karena itu, jika mengasuhnya harus bisa benar-benar memahaminya.

Sudah banyak pengasuh Non Tania yang gagal, karena tidak tahan menjadi pengasuhnya. Tapi semoga kamu bisa lakukan yang terbaik ya, sehingga Non Tania bisa merasa nyaman sama kamu." ungkap Novi, tentang putri dari Niko.

"Baik Mbak, Insya Allah saya siap." jawab Sekar, tampak bersemangat untuk menjalankan tugasnya di rumah megah ini.

Untungnya, dulu di kampung, dia sudah biasa mengurus anak-anak, karena sering di mintai tetangga untuk menjagakan anak, dengan di upah.

Jadi Sekar merasa yakin, akan bisa melaksanakan perannya dengan baik, karena dia sendiri juga sangat suka pada anak-anak. 

"Ya sudah, selamat bertugas, dan ini adalah kamar kalian berdua. Tolong jaga kebersihannya, karena Nyonya Raya, paling tidak suka dengan tempat yang kotor dan berantakan." pesan perempuan berkulit eksotis itu, kemudian mempersilahkan keduanya, untuk meletakkan barang bawaannya ke dalam kamar.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status