"Kenalin Mbak, namaku Sekar." Sekar mencoba berkenalan dengan Sisil, yang terlihat angkuh itu.
Sisil hanya menatap tangan Sekar sekilas, saat mengajaknya untuk bersalaman.Merasa di abaikan, Sekar akhirnya menyibukkan diri, untuk menata baju-baju nya, ke dalam lemari pakaian."Perlu aku garis bawahi ke kamu, gak usah sok dekat deh sama aku. Status kita itu berbeda, karena sebentar lagi, aku akan menjadi bagian dari keluarga ini, sedangkan kamu, akan tetap menjadi babu!!" ucap Sisil sinis."Mendengar ucapan Sisil barusan, tahulah Sekar, jika gadis yang sekarang menjadi teman satu kamarnya itu, tak menyukai dirinya."Satu lagi, kamu jangan pernah kegenitan atau godain Mas Denis! karena Mas Denis itu pacar aku!!" ucap gadis berambut pendek itu, bersedekap, dan menatap wajah cantik Sekar, yang sepertinya bisa menjadi sebuah ancaman baginya.Sekar sedikit terkejut mendengar itu, ia tak menyangka, kalau ternyata pelayan sepertinya, bisa berpacaran dengan anak majikan."Saya disini cuma mau kerja Mbak, bukan mau godain pacar orang." jawab Sekar, tenang."Huhh, sok polos. Pokoknya awas ya, jangan dekat-dekat dengan Mas Denis ku!" geramnya, kemudian segera beranjak dari kamar, karena di panggil oleh Nyonya rumah.***"Nah ini namanya Mbak Sekar sayang, ayo kenalan dulu." bu Raya memperkenalkan Sekar pada Tania, gadis cilik yang tak bisa bergaul dengan teman sebayanya, dan lebih senang bermain sendiri di kamarnya yang luas, yang penuh dengan aneka mainan.Gadis cilik berusia 5 tahun itu hanya menoleh sebentar, kemudian fokus lagi dengan mainannya."Tugas kamu hanya menemaninya, jangan sampai cucuku ini melakukan hal-hal yang berbahaya. Dan pastikan juga makannya, pokoknya di rumah ini, tugas kamu mengurus semua keperluan Tania." jelas bu Raya."Baik Nyonya." jawab Sekar.Begitu bu Raya keluar dari kamar cucunya, Sekar kemudian mencoba untuk mendekati Tania, yang sedang asik bermain."Tania..boleh Kakak ikut main??" Gadis kecil itu diam tak menjawab, kemudian pindah menjauhi Sekar.Tak putus harapan, Sekar hampiri lagi gadis kecil itu, dan mencoba ikut bermain bersama, tapi ternyata anak itu malah marah, dan melempar Sekar dengan mainannya, sehingga mengenai pelipis nya."Aduhhh..!" Sekar mengusap pelipis nya yang berdenyut, akibat benturan mainan yang terbuat dari balok kayu itu.Fix, anak ini memang tidak mau di dekati.Sekar jadi teringat dengan anak tetangganya di kampung dulu, yang mempunyai sifat seperti cucu majikannya ini."Baiklah, akan aku coba buat taklukkan." gadis dengan kerudung segi empat bewarna krem itu, menyemangati dirinya sendiri, agar tetap semangat. Sekar kemudian melihat-lihat isi kamar itu, dan menemukan beberapa tumpukan buku di sudut kamar, yang terlihat tak terurus lagi, karena ke tumpukan beberapa mainan yang lain.Gadis berusia 19 tahun itu kemudian tengkurap di kasur lantai, dan membaca buku-buku itu dengan suara keras, untuk menarik perhatian Tania.Sambil membaca, matanya terus mengawasi pergerakan cucu majikannya.Tania terlihat tak peduli, tapi sesekali menoleh ke arahnya.Sekar kemudian merubah intonasi dan suaranya dibuat jadi lebih menarik lagi.Usahanya tak sia-sia, gadis kecil itu mulai menatap lama ke arahnya, seakan ikut mendengarkan.Sekar pura-pura tak melihatnya, dan terus membaca buku-buku itu.Karena haus terus membaca, Sekar kemudian bangun, untuk keluar mengambil minum.Gadis kecil itu mengikuti langkah Sekar, dengan sudut matanya. Begitu Sekar keluar, Tania berteriak dan menangis keras, membuat Sekar kebingungan, dan segera kembali masuk, untuk menenangkannya.Anehnya, anak itu tak lagi menolaknya, saat Sekar kemudian mengangkat tubuhnya, dan menggendongnya."Cup cup cup....kenapa nangis? udah jangan nangis lagi ya.." dengan sabar Sekar menenangkan gadis kecil itu.Setelah itu Tania minta turun, dan menarik tangan Sekar, untuk mengambil buku-buku tadi, dan mendorong dorong tangan Sekar, untuk mengambil buku itu."Tania mau kakak bacakan buku ini??" tanya Sekar, menatap bola mata gadis kecil itu, yang terlihat begitu cantik. Anak itu tak menjawab, dan terus mendorong tangan Sekar."Baik-baik, sekarang Kakak bacakan ya.." Sekar kemudian duduk dan mulai membaca seperti tadi.Tania mendengarkan suara Sekar dengan serius, sesekali anak itu akan bertepuk tangan, kadang juga tertawa histeris sambil melompat-lompat senang.Tenggorokan Sekar benar-benar jadi kering di buatnya, karena di kamar itu tak ada air minum, jadi dia memutuskan untuk keluar mengambil minum, sambil menggendong Tania.Tania yang sudah merasa nyaman bersama Sekar, tampak anteng, ketika Sekar membawanya keluar.Sesampainya di lantai bawah, semua orang sedang duduk di ruang tengah sambil bercengkerama.Ada Niko, bu Raya, ada Oma juga, yang sedang di pijit bahunya oleh Sisil, dan ada Denis, yang sedang asik memainkan ponselnya.Saat Sekar turun sambil menggendong Tania, semua mata tampak memandangnya takjub, sampai-sampai Sekar merasa salah tingkah sendiri, karena di perhatikan."Permisi Nyonya.. saya mau ambil minum dulu." ucapnya sambil berjalan sedikit membungkuk, melewati majikannya."Itu Tania kok sudah mau di gendong sama Sekar??" tanya Niko, menunjuk ke arah putrinya heran.Bu Raya tersenyum senang melihat itu."Apa Mama bilang, gadis itu pasti bisa merawat Tania Niko.." seru bu Raya tampak antusias.Niko kemudian kembali terbengong, saat putrinya itu sudah turun dari gendongan Sekar, dan menarik tangan Sekar, menuju taman yang ada di samping rumah, yang berhadapan dengan kolam renang yang cukup luas, di rumah itu. Mereka semua kemudian memperhatikan keduanya, karena merasa penasaran, sebenarnya apa yang di inginkan oleh Tania, mengajak Sekar ke taman.Saat melihat, mereka lagi-lagi di buat tak percaya, Tania terlihat begitu bahagia, melompat-lompat sambil mendengarkan Sekar yang membacakan buku di tangannya.Netra bu Raya sampai basah, saat menyaksikan cucunya yang selalu murung dan tak ceria lagi, semenjak di tinggalkan oleh Mamanya, kini terlihat begitu bahagia.BersambungNiko segera berlari, mencari ruangan tempat Sekar berada."Sialan si Denis, ngapain juga dia malah masuk dan ikut menunggu Sekar di dalam!" geram Niko, merasa sangat marah."Sekar!!" Niko segera masuk, dan langsung menghampiri istrinya itu, dan menyuruh Denis untuk keluar."Ingat Denis, kamu hutang penjelasan, pada Abang nanti!" geramnya, menyuruh adiknya itu segera keluar dari ruangan. Denis hanya diam, dan pasrah saja saat abangnya itu, memarahi nya."Sayang, maafkan Mas ya, karena datang terlambat." bisik Niko, kemudian menciumi pipi sang istri. "Sakit Mas.." Sekar masih merintih kesakitan, dengan peluh yang sudah bercucuran."Dokter, bagaimana istri saya?" Niko tampak begitu panik, melihat kondisi istrinya, yang tampak begitu lemah."Ini sudah pembukaan 7 Pak, tapi dari satu jam yang lalu, istri Bapak pembukaannya tidak bertambah." jelas dokter "Terus bagaimana dokter?" tanya Niko panik.Sekar yang saat ini telah di pasang jarum infus, untuk menjaga staminanya dalam melahirkan,
Sekar menyilangkan kedua tangannya, di depan dadanya karena merasa sangat malu.Niko benar-benar tak percaya, melihat kecantikan Sekar, yang begitu memabukkan nya, malam itu.Gadis berbulu mata lentik itu, benar-benar berbeda saat mengenakan gaun, yang di pilihkan oleh Niko. "Sekar..." Niko segera menggeser posisi tubuhnya di ranjang, memberikan ruang untuk istri belia nya itu. "Kenapa harus di tutupi..?" bisik pemuda itu, dengan suara yang sudah terdengar berat, meraih kedua tangan istrinya."Saya malu Mas.." "Tidak usah malu, sekarang aku sudah menjadi suamimu, setiap hari juga bakalan lihat semuanya.." bujuk Niko, menyingkirkan tangan istrinya dari dadanya."Kamu pasti capek kan, mau Mas pijit?" tanya Niko, menawarkan dirinya, agar sang istri merasa lebih rileks."Memangnya Mas Niko, bisa?" tanya Sekar, tampak malu-malu. "Kalau buat istriku, aku jadi serba bisa, termasuk jadi tukang pijit kamu.." rayu Niko, membuat Sekar merasa tersanjung.Sekar tak menolak, saat kemudian Niko
"Sah?!" "Sah!!" helaan nafas lega, segera terdengar dari pemuda berhidung bangir itu, kemudian tersenyum tipis. Jambang dan kumis tipis, yang biasanya menghiasi wajahnya, kini telah tercukur bersih dari wajah tampannya itu.Sekar segera di tuntun menuju sang suami, untuk mencium tangan suaminya itu, sebagai bentuk awal baktinya seorang istri, terhadap suami.Tangan halus Sekar, terasa begitu dingin seperti es, saat menyalami tangan Niko, yang terasa sedikit basah karena berkeringat.Niko kemudian mendaratkan sebuah kecupan, di dahi Sekar.Cukup lama Niko mencium kening istri barunya itu, hingga kemudian bu Raya menjawil pinggang putranya, untuk menyudahi sesi cium kening.Semua orang tertawa cekikikan, menyaksikan itu. "Udah gak sabar kayaknya itu, mempelai laki-lakinya." celetuk kerabat Sekar, yang kemudian di sambut dengan tawa, oleh yang lainnya."Udah, langsung bawa ke kamar saja Mas.." celetuk mereka lagi, membuat wajah cantik Sekar, tampak memerah karena malu. Sedangkan Nik
"Mas Niko jorok ihhh!" seru Sekar, dengan wajah yang memerah, karena malu. "Kok jorok sih? kita kan mau beli Sekar, emangnya kamu gak pernah pake itu ya?" tanya Niko, jail."Auk ah..saya gak mau ke sana ah!" seru Sekar, kemudian membelok ke sebuah tempat duduk, dan duduk di sana.Niko menahan tawanya, melihat Sekar yang ngambek, dan tampak begitu malu, hanya karena di ajak membeli perangkat dalamannya. "Ya sudah kalau kamu gak mau, biar aku saja yang pilihkan, tapi coba aku lihat dulu, berapa kira-kira ukuran milik kamu itu..?" ucap Niko, menaik turunkan alisnya, membuat Sekar merasa geli sendiri, dengan ucapannya barusan."Mau lihat gimana? gak mau ah! jorok banget sih Mas Niko!" kesal gadis berwajah imut itu, bergidik ngeri. "Ya makanya, ayo kita pilih dulu sesuai dengan ukuran kamu. Yang tahu ukurannya kan cuma kamu, karena Mas belum pernah pegang, ataupun melihatnya." ucap Niko sambil nyengir.Sekar benar-benar merasa kesal sekaligus malu, dengan ucapan pria dewasa di depannya
"Ini beneran ya Mas? Kita mau ke kampung nanti malam?" tanya Sekar, saat pagi itu, Niko memintanya untuk bersiap."Ya bener lah Sekar.." jawab Niko, tersenyum geli, melihat Sekar yang terlihat panik."Tttapi, Mas Niko kan kakinya lagi sakit begitu.." jawab Sekar, menatap kaki Niko, yang masih terlihat membiru."Rasa sakitnya langsung hilang, setelah kamu pijat kemarin, ini cuma tinggal bekasnya aja." jawab Niko, mengusap kakinya itu, yang sebenarnya masih lumayan sakit."Masa sih Mas?" tanya Sekar tak percaya. "Ya beneran lah. Sepertinya tangan kamu itu memang mengandung obat deh!" gombal Niko, kemudian meraih tangan Sekar, dan menciumnya."Apaan sih Mas, pagi-pagi kok sudah gombal!" seru gadis bermata indah itu tersipu, kemudian berusaha menarik tangannya. "Hem! Niko! pagi-pagi sudah ngegombalin anak orang!" seru bu Raya, saat memergoki keduanya, yang tengah berduaan di teras belakang. Sekar yang malu, segera permisi untuk kembali ke dapur.Niko hanya menyeringai, mendengar ucapan
"Ihh geli Mas!" seru Sekar, berusaha melepas pegangan tangan Niko, dari perutnya."Udah ayo jalan, aku sudah lama gak naik motor, jadi takut jatuh kalau gak pegangan." jawab Niko modus, sembari tersenyum tipis. Akhirnya Sekar hanya diam, dan membiarkan pemuda itu melingkarkan tangannya di perutnya yang kecil.Hati Sekar tak karuan, tubuhnya terasa panas dingin saat tiba-tiba tangan hangat Niko, menyelusup masuk ke balik blus nya, sehingga kulit mereka bertemu.Nafas Sekar tertahan, tapi kini dia tengah berkendara, dan harus menjaga keseimbangan laju motornya.Niko seakan lupa diri dengan posisi mereka yang tengah berkendara, pemuda itu mengelus kulit perut Sekar yang terasa begitu halus di tangannya, sehingga membuat Sekar menjadi oleng dan menabrak sebuah pembatas jalan. "Aw!" seru Niko yang sudah terjatuh di aspal, dengan posisi kaki yang tertimpa motor.Untung saja jalanan tak terlalu ramai, orang-orang yang sedang berlalu lalang di sekitar situ, segera menolong mereka."Aduh, ma