Share

BAB 4

"Kenalin Mbak, namaku Sekar." Sekar mencoba berkenalan dengan Sisil, yang terlihat angkuh itu.

Sisil hanya menatap tangan Sekar sekilas, saat mengajaknya untuk bersalaman.

Merasa di abaikan, Sekar akhirnya menyibukkan diri, untuk menata baju-baju nya, ke dalam lemari pakaian.

"Perlu aku garis bawahi ke kamu, gak usah sok dekat deh sama aku. Status kita itu berbeda, karena sebentar lagi, aku akan menjadi bagian dari keluarga ini, sedangkan kamu, akan tetap menjadi babu!!" ucap Sisil sinis.

"Mendengar ucapan Sisil barusan, tahulah Sekar, jika gadis yang sekarang menjadi teman satu kamarnya itu, tak menyukai dirinya.

"Satu lagi, kamu jangan pernah kegenitan atau godain Mas Denis! karena Mas Denis itu pacar aku!!" ucap gadis berambut pendek itu, bersedekap, dan menatap wajah cantik Sekar, yang sepertinya bisa menjadi sebuah ancaman baginya.

Sekar sedikit terkejut mendengar itu, ia tak menyangka, kalau ternyata pelayan sepertinya, bisa berpacaran dengan anak majikan.

"Saya disini cuma mau kerja Mbak, bukan mau godain pacar orang." jawab Sekar, tenang.

"Huhh, sok polos. Pokoknya awas ya, jangan dekat-dekat dengan Mas Denis ku!" geramnya,  kemudian segera beranjak dari kamar, karena di panggil oleh Nyonya rumah.

***

"Nah ini namanya Mbak Sekar sayang, ayo kenalan dulu." bu Raya memperkenalkan Sekar pada Tania, gadis cilik yang tak bisa bergaul dengan teman sebayanya, dan lebih senang bermain sendiri di kamarnya yang luas, yang penuh dengan aneka mainan.

Gadis cilik berusia 5 tahun itu hanya menoleh sebentar, kemudian fokus lagi dengan mainannya.

"Tugas kamu hanya menemaninya, jangan sampai cucuku ini melakukan hal-hal yang berbahaya. Dan pastikan juga makannya, pokoknya di rumah ini, tugas kamu mengurus semua keperluan Tania." jelas bu Raya.

"Baik Nyonya." jawab Sekar.

Begitu bu Raya keluar dari kamar cucunya, Sekar kemudian mencoba untuk mendekati Tania, yang sedang asik bermain.

"Tania..boleh Kakak ikut main??" Gadis kecil itu diam tak menjawab, kemudian pindah menjauhi Sekar.

Tak putus harapan, Sekar hampiri lagi gadis kecil itu, dan mencoba ikut bermain bersama, tapi ternyata anak itu malah marah, dan melempar Sekar dengan mainannya, sehingga mengenai pelipis nya.

"Aduhhh..!" Sekar mengusap pelipis nya yang berdenyut, akibat benturan mainan yang terbuat dari balok kayu itu.

Fix, anak ini memang tidak mau di dekati.

Sekar jadi teringat dengan anak tetangganya di kampung dulu, yang mempunyai sifat seperti cucu majikannya ini.

"Baiklah, akan aku coba buat taklukkan." gadis dengan kerudung segi empat bewarna krem itu, menyemangati dirinya sendiri, agar tetap semangat. 

Sekar kemudian melihat-lihat isi kamar itu, dan menemukan beberapa tumpukan buku di sudut kamar, yang terlihat tak terurus lagi, karena ke tumpukan beberapa mainan yang lain.

Gadis berusia 19 tahun itu kemudian tengkurap di kasur lantai, dan membaca buku-buku itu dengan suara keras, untuk menarik perhatian Tania.

Sambil membaca, matanya terus mengawasi pergerakan cucu majikannya.

Tania terlihat tak peduli, tapi sesekali menoleh ke arahnya.

Sekar kemudian merubah intonasi dan suaranya dibuat jadi lebih menarik lagi.

Usahanya tak sia-sia, gadis kecil itu mulai menatap lama ke arahnya, seakan ikut mendengarkan.

Sekar pura-pura tak melihatnya, dan terus membaca buku-buku itu.

Karena haus terus membaca, Sekar kemudian bangun, untuk keluar mengambil minum.

Gadis kecil itu mengikuti langkah Sekar, dengan sudut matanya. 

Begitu Sekar keluar, Tania berteriak dan menangis keras, membuat Sekar kebingungan, dan segera kembali masuk, untuk menenangkannya.

Anehnya, anak itu tak lagi menolaknya, saat Sekar kemudian mengangkat tubuhnya, dan menggendongnya.

"Cup cup cup....kenapa nangis? udah jangan nangis lagi ya.." dengan sabar Sekar menenangkan gadis kecil itu.

Setelah itu Tania minta turun, dan menarik tangan Sekar, untuk mengambil buku-buku tadi, dan mendorong dorong tangan Sekar, untuk mengambil buku itu.

"Tania mau kakak bacakan buku ini??" tanya Sekar, menatap bola mata gadis kecil itu, yang terlihat begitu cantik. 

Anak itu tak menjawab, dan terus mendorong tangan Sekar.

"Baik-baik, sekarang Kakak bacakan ya.." Sekar kemudian duduk dan mulai membaca seperti tadi.

Tania mendengarkan suara Sekar dengan serius, sesekali anak itu akan bertepuk tangan, kadang juga tertawa histeris sambil melompat-lompat senang.

Tenggorokan Sekar benar-benar jadi kering di buatnya, karena di kamar itu tak ada air minum,  jadi dia memutuskan untuk keluar mengambil minum, sambil menggendong Tania.

Tania yang sudah merasa nyaman bersama Sekar, tampak anteng, ketika Sekar membawanya keluar.

Sesampainya di lantai bawah, semua orang sedang duduk di ruang tengah sambil bercengkerama.

Ada Niko, bu Raya, ada Oma juga, yang sedang di pijit bahunya oleh Sisil, dan ada Denis, yang sedang asik memainkan ponselnya.

Saat Sekar turun sambil menggendong Tania, semua mata tampak memandangnya takjub, sampai-sampai Sekar merasa salah tingkah sendiri, karena di perhatikan.

"Permisi Nyonya.. saya mau ambil minum dulu." ucapnya sambil berjalan sedikit membungkuk, melewati majikannya.

"Itu Tania kok sudah mau di gendong sama Sekar??" tanya Niko, menunjuk ke arah putrinya heran.

Bu Raya tersenyum senang melihat itu.

"Apa Mama bilang, gadis itu pasti bisa merawat Tania Niko.." seru bu Raya  tampak antusias.

Niko kemudian kembali terbengong, saat putrinya itu sudah turun dari gendongan Sekar, dan menarik tangan Sekar, menuju taman yang ada di samping rumah, yang berhadapan dengan kolam renang yang cukup luas, di rumah itu. 

Mereka semua kemudian memperhatikan keduanya, karena merasa penasaran, sebenarnya apa yang di inginkan oleh Tania, mengajak Sekar ke taman.

Saat melihat, mereka lagi-lagi di buat tak percaya, Tania terlihat begitu bahagia, melompat-lompat sambil mendengarkan Sekar yang membacakan buku di tangannya.

Netra bu Raya sampai basah, saat menyaksikan cucunya yang selalu murung dan tak ceria lagi, semenjak di tinggalkan oleh Mamanya, kini terlihat begitu bahagia.

Bersambung 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status