Share

ERLAN & RANIA [34]

last update Last Updated: 2025-04-01 20:39:42

Malam semakin larut. Namun, Rania masih terjaga. Matanya enggan terpejam, walau sudah ia usahakan, tetap saja pikirannya masih melalang buana, memikirkan banyak hal. Sementara Erlan, sudah terlelap di atas ranjang menyapa mimpi.

Rania beringsut dari tempat tidur. Seperti biasa, dia tidur di lantai, sedangkan Erlan tidur di ranjang. Begitulah adanya jika tidur di kamar ini. Berbeda jika tidur di kamar Desi, sudah pasti Rania mendapatkan tempat nyaman dan hangat.

Rania menatap suaminya dalam-dalam. "Di balik wajah yang tenang ini, ada sebuah rahasia yang coba disembunyikan di setiap waktu," gumamnya.

"Gue selalu gagal mengenali lu. Terkadang gue mikir, lu seperti pahlawan yang datang di waktu yang tepat buat nyelametin nyawa gue, tapi dari wujud pahlawan itu, ada sosok monster yang tidak bisa gue pahami."

"Kenapa gue bilang gitu? Karena, di balik kehangatan lu, yang datang buat nyelametin gue, ada sosok pemarah yang terkadang bikin gue bingung."

"Sumpah, Lan. Kalau lu benci gue, terus
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [71]

    Rania merebahkan tubuhnya di atas sofa. Matanya menatap langit-langit kamar. Sedari tadi, matanya enggan terpejam. Padahal, sudah berusaha keras untuk tidur."Apa bener yang Erlan katakan?" gumamnya, mengingat kembali bait demi bait, yang diucapkan suaminya....Kejadian satu jam lalu. 'Ini cuma asumsi gue. Nyokap Tiri lu, bakalan jual informasi tentang pernikahan kita, ke keluarga Funny. Semata-mata buat dapat keuntungan. Gue yakin, keluarga Funny, enggak semudah itu, buat kasih jabatan tinggi kepada seseorang, apa lagi, mereka enggak kenal Nyokap Tiri lu?''Kenapa, lu seyakin itu?' tanya Rania heran.'Coba lu pikirin ini. Setelah kejadian kemarin, gue tahu, Funny enggak bakalan diam aja. Termasuk keluarganya. Satu hal yang menjadi pertanyaannya. Bagaimana bisa, mereka mengetahui soal Vera?''Makanya itu, tadi gue tanya. Soal pertemuan Almarhum Bokap lu sama si Mak Lampir itu. Siapa tahu, gue bisa dapat informasi lebih.'||••||"Ayah," sebut Rania lirih."Dulu Ayah pernah cerita en

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [70]

    "Ran, lu punya waktu enggak? Sebentar, lima menit, enggak apa-apa. Ada hal yang pengen gue bahas sama lu," kata Erlan datar. Namun, terdengar serius. Rania mendongak, diam sesaat, setelah itu mengangguk. "Iya. Lu mau bahas apa?" jawabnya sembari mengubah posisinya menjadi duduk. "Tapi, lu jangan marah kalua gue tanya ini."Suasana mendadak tegang, bersamaan dengan nada suara Erlan yang terdengar serius."Memangnya apa, yang pengen lu bahas?" "Ini soal Vera, Nyokap Tiri lu, Ran."Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba Erlan menyinggung soal Vera. Tubuh Rania menegang. Erlan bisa melihat adanya perubahan sikap istrinya. "Ada apa? Kenapa tiba-tiba, lu mau bahas dia?" tanya Rania terdengar pilu.Sungguh, ia sedang menahan sesak di dada, berusaha keras untuk menekan emosi, secara tidak langsung memuncak saat nama Vera disebut. "Sebelumnya, sorry. Gue tanya ini. Kapan, Bokap lu kenal Vera? Apa lu, tahu pertemuan keduanya? Mungkin, almarhum Bokap lu, pernah cerita soal pertemuan d

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [69]

    Sore harinya. Rania pulang bersama Erlan dengan menaiki motor. Di waktu hampir bersamaan, Desi juga baru sampai di rumah. Selisih satu menitan, mungkin. Desi berbalik badan, memandangi dua insan yang mulai merajut keakraban satu sama lain."Mommy?" Rania cukup terkejut saat melihat Desi berdiri tidak jauh dari pintu masuk."Kalian baru pulang?" tanya Desi antusias.Rania mengangguk, "iya, Mom. Mommy juga baru sampe rumah?""Iya, Sayang. Baru aja Mommy parkirkan mobil. Mommy seneng deh, semakin hari, kalian semakin akrab. Apa lagi, kalian sampe pulang bareng kayak gini. Mommy udah seneng banget lihatnya," ungkap Desi penuh haru. Tak bisa dipungkiri, perasaan bahagia itu membumbung tinggi dalam hatinya. Rania tersenyum canggung, "ah, Mommy. Kebetulan aja kok. Erlan ngajakin pulang bareng."Erlan berjalan menuju pintu masuk setelah memarkirkan motornya.Langkahnya terhenti saat mendapati Desi dan Rania berdiri di depan pintu. "Kenapa berdiri di sini?" tanyanya heran sembari menatap D

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [68]

    Apa yang Erlan sampaikan di kelas tadi pagi, membuat Rania meradang. Sungguh, ia ingin tahu alasan kenapa Erlan menjadi Ketua OSIS tanpa sepengetahuannya?Rania menarik Erlan untuk pergi ke halaman belakang di jam istirahat. Dia sudah telanjur malu. Tidak peduli, jika nanti ada yang memergoki dirinya sekalipun. "Lu, mau ngajak gue kemana?" tanya Erlan santai, tanpa emosi, bahkan tidak memberontak ketika Rania menarik tangannya."Entar juga lu, tau sendiri!" jawab Rania ketus, tanpa menoleh.Erlan mengangguk pelan. Tak lagi bertanya.||•||Rania membawa Erlan masuk ke kelas yang sudah tak terpakai. Area ini sepi, terbilang jarang sekali didatangi. Kecuali jika ada hal yang mengharuskan mereka untuk datang ke sana.Erlan berdiri santai, melipat kedua tangannya di dada, memandangi istrinya yang dipenuhi kemarahan."Ngapain lu ngajak gue ke tempat yang sepi kayak gini? Kenapa kita enggak kumpul aja di lapangan? Mereka sudah menunggu gue untuk memberi kata sambutan," ucapnya penuh percaya

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [67]

    "Apa?" Desi buru-buru menghampiri Erlan. "Apa tadi kata kamu? Tumben, kamu ngomong kayak gitu ke Rania? Kamu enggak lagi demam kan?" Desi menempelkan telapak tangannya di kening Erlan. Mencoba untuk mengecek suhu tubuh putra kesayangannya. "Mommy, apaan si? Enggak udah lebay gitu. Biasa aja, Mom." Erlan sedikit berdengus kesal, sembari menarik tangan Desi. Reaksi Mommynya terlalu berlebihan."Mommy, enggak lebay, Sayang. Cuma heran aja. Kaget gitu. Enggak ada ujan, tiba-tiba sikap kamu manis gitu ke Rania. Biasanya, kamu bakalan marah-marah kalau Mommy bilang, Rania itu istri kamu."Desi pun menarik kursi, lalu duduk tepat di samping putra semata wayangnya itu. Dipandanginya terus menerus, mencoba untuk mencari tahu, apa yang sebenarnya terjadi kepada putranya?Erlan menghela napas panjang. "Kemarin, Erlan marah ke Rania, reaksi Mommy gitu. Sekarang pas Erlan baik, sikap Mommy seolah-olah enggak percaya."Erlan menggerutu kesal dan sorot matanya mengarah pada Rania yang berdiri mem

  • KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU    ERLAN & RANIA [66]

    Sementara itu, di tempat terpisah. Leni, sedang berada di ruangan Desi, tertunduk, tak berani menatap Desi secara langsung."Bu, saya izin pulang duluan. Biasa, saya harus mengurus adik saya, Bu," lapor Leni, penuh kehati-hatian.Desi mengangkat kepalanya. "Iya. Kamu boleh pulang." Dia tersenyum lembut, tanpa sedikitpun kecurigaan. "Hati-hati di jalan. Salam buat adik kamu.""Iya, Bu. Terima kasih. Nanti saya akan sampaikan salam Bu Desi kepada Adik saya."Desi mengangguk paham. Begitu juga dengan Leni. Dirasa urusannya telah selesai, Leni pun segera melenggang pergi dari ruangan tersebut.Jika dibandingkan dengan staf yang lain, hanya Leni saja pulang lebih awal. Dikarenakan dia harus mengurus rumah dan adiknya yang masih duduk di bangku sekolah SMP.Leni tampak berjalan meninggalkan butik milik Desi. Sementara itu, dari jarak lima puluh meter dari butik, Aldo dan Rangga sedang mengintai.Dua pemuda ganteng penuh pesona itu, mendapat perintah dari Erlan, untuk memantau gerak gerik L

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status